07

896 173 32
                                    

"Eh, min. Lo beneran udah temenan ama Minho?" Tanya Changbin tiba-tiba muncul di hadapan Seungmin saat istirahat jam makan siang tiba.

Semua orang yang berada di ruangan tersebut langsung memfokuskan telinganya pada Changbin, mencoba mencuri dengar percakapan diantara dua orang tersebut.

Seungmin menghela napas, "Emang kenapa kalau udah temenan?"

"Ya gapapa sih. Setelah temenan, pacaran, tunangan terus nikah. Gitu sih biasanya." Celetuk Changbin tidak nyambung.

"Maksud lo apaan dah?" Seungmin mengernyit bingung.

"Gak. Abaikan aja. Jadi, ceritainlah gimana bisa maaf-maafannya."

"Gak ada maaf-maafan, toh rasanya kayaknya ga mungkinlah dia sengaja ngerebut gebetan gue, ya kan. Lagian yang kek lo bilang dia sebenarnya pengen temenan ama gue kan."

Changbin meringis tidak tau ingin berkata apa, seandainya lo tau min.

"Jadi selama ini lo kemusuhan ama mas Minho gegara dia ngerebut gebetan lo min?" Haechan yang sedari tadi ikut mencuri dengar percakapan Changbin dan seungmin memutuskan nimbrung tanpa diundang.

Seungmin mendelik, menyadari ada Haechan si lambe turah-nya kantor. Pasti setelah ini satu kantor juga bakal tau.

"Lah? bukannya mas minho sukanya sama..." gantung Haechan lalu menatap Changbin seolah meminta kepastian.

Changbin hanya meringis, membuat Haechan menepuk dahinya dan ikutan meringis. "Bego banget emang." Komentar Haechan.

"Ya gitudeh, kakak sepupu lo emang sebego itu. Ga ngerti lagi sama jalan pikirannya." Ujar Changbin miris.

"Kalian lagi bicarain Minho?" Tanya Seungmin kebingungan, gagal paham dengan maksud percakapan keduanya yang sepertinya sedang membahas seseorang yang disukai Minho, Seungmin jadi penasaran siapa, apa Jisu?

Namun seolah transparan, keduanya mengabaikan Seungmin dan melanjutkan pembicaraan tentang kelakuan bodoh oknum Minho.

"Ya tapi masa sampe segitunya, siapapun juga bakal benci setengah mati njir, bukannya to the point tembak langsung orangnya. Astaga." Haechan menggelengkan kepalanya, ga habis pikir sama kelakuan kakak sepupunya.

"Udah gue nasihatin dari dulu loh, Chan!! Capek tau ga, dibilang berkali-kali masih aja ngeyel." Keluh Changbin dramatis.

Haechan menepuk punggung Changbin. "Yang sabar ya Bin. Kalau udah hilang sabarnya, kunciin aja mereka di gudang pabrik yang di Bogor. Dijamin pulang-pulang langsung bakal nikah." saran Haechan mengacungkan jempolnya.

"Boleh dicoba tuh, chan. Yoklah kapan mau kita coba?" Balas Changbin semangat.

"Woy, gue masih disini!" bentak Seungmin sudah lelah merasa terkacangi.

"Apa sih min, ganggu aja." Delik Changbin.

Seungmin melotot tajam, yang langsung membuat nyali Changbin menciut. "Iya, iya. Kenapa umin sayang? Lo mau nanya apa?"

"Geli, njir."

"salah mulu gua."

"Itu yang tadi kalian omongin, Minho lagi suka sama seseorang ya?" Tanya Seungmin menggaruk pipinya, bingung. "Bukannya dia lagi ngedeketin Jisu? Perasaan Jisu ngerespon deh." Seungmin heran, bukannya Jisu ngerespon Minho, kok perkataan mereka seolah mengatakan Jisu benci ama Minho. Apa bukan Jisu? Kalau bukan Jisu, ngapain coba Minho ngebaperin Jisu.

Seungmin menggeleng berusaha menepis pikiran kalau Minho emang sengaja mendekati Jisu karena Seungmin yang juga mendekati Jisu. Gue udah mutusin untuk berteman ama dia, ayo hilangkan pemikiran buruk. Batinnya.

i n s e n s i t i v eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang