09

925 149 34
                                    

"Kak Seungmin, masih nervous?" Tanya Jisung setelah presentasi mereka telah berakhir dan telah mencapai sepakat. 

"Tangan gue masih dingin- eh, maksudnya tanganku." 

Jisung tertawa pelan. "Gapapa kak kalau lebih nyaman pake lo-gue." Jisung meraih tangan kanan Seungmin dan memegangnya "Ih, iya tangan kakak masih dingin sampe sekarang." 

Wajah Seungmin memerah, ia tidak tau harus berbuat apa jadinya ia hanya membiarkan saja Jisung memegang tangannya. 

"Ayo makan malam bareng setelah ini, perayaan untuk kita berdua" Ajak Jisung masih memegang tangan Seungmin. 

Seungmin sedikit kaget, matanya beralih menatap Minho yang masih sibuk berbicara dengan klien mereka. "Maaf Jisung, gue ga bisa malam ini." Seungmin meringis, tangan kirinya ia gunakan untuk mengelus tengkuknya merasa bersalah menolak ajakan Jisung.

"Yah, sayang banget, padahal besok kita udah balik." 

"Maaf, ya. mungkin lain kali." 

"Oke kucatat. Lain kali ya kak. Kalau gitu minta nomor kakak dong." 

"Oke." 

. 

.

i n s e n s i t i v e

.

Minho menopangkan dagunya menatap lurus pada Seungmin yang sedang berbicara di depan, sedang pikirannya melayang pada kejadian Seungmin yang kentara sekali malu-malu saat berbicara dengan pemuda bernama Jisung itu. Ia menghela napas, perasaannya buruk. bertambah lagi sepertinya, ringisnya. 

Ditambah saat wajah Seungmin yang memerah saat Jisung memegangnya. Rasanya ia ingin sekali menghampiri keduanya dan menepis tangan milik Jisung itu. Namun, siapa dia berani melakukan hal itu? Yang ada suasana diantara mereka berdua akan kembali menjadi canggung seperti dulu. Jadi, Ia hanya perlu menahannya seperti biasa kan? 

Setelah bersalaman dengan klien, Minho menghampiri para pegawainya. "Saya balik ke hotel duluan."

Terdengar sahutan kecewa dari beberapa pegawainya. "Yah, Pak Minho gak asik."

Minho hanya tersenyum. "Maaf, saya masih tidak enak badan."  

"Gapapa, pak. Semoga cepet sembuh ya pak." Ujar salah satu pegawai.

"Iya, makasih. Kalian have fun ya." Balas Minho lalu berjalan menjauh menuju keluar gedung. Baru saja ia akan memesan taksi, seseorang menarik lengannya pelan. 

"Lo masih sakit?" Tanya Seungmin dengan raut khawatir. 

Minho tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya, ia tidak menyangka Seungmin akan menyusulnya. 

Karena Minho masih belum juga menjawabnya membuat Seungmin semakin khawatir. "Gue temenin ya." 

"Gausah, min. Gue habis ini langsung mau istirahat kok. Lo ngikut yang lain aja." Minho langsung menolaknya merasa tidak enak membuat Seungmin terjebak bersamanya, seingetnya Seungmin termasuk yang semangat untuk berkeliling Singapura. 

"Gue temenin lo, gimana kalau ntar lo pingsan atau ada apa-apa, ini negara orang, Minho!" Tegas Seungmin bersikeras.

Minho terkekeh gemas, hatinya merasa ringan seketika apalagi ditambah mendengar namanya disebut oleh Seungmin. "Lo yakin? Lo bakal ketinggalan kesempatan untuk keliling Singapura, besok kita udah balik loh ini." Minho tersenyum miring, berniat menggoda Seungmin. 

i n s e n s i t i v eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang