05

1K 188 38
                                    

"Oke, sekarang jawab. Lo ngambek kenapa, hm?"

Changbin sengaja datang awal ke kantor untuk menghampiri Seungmin yang ia yakin sudah duduk manis di mejanya. Melihat Seungmin yang bersikap seolah ia transparan, membuat Changbin rasanya ingin mengelus dadanya Felix. Kan kan, Changbin jadi galau lagi, mana belum jumpaan seminggu ini. Sabar bin, abin sabar jatah diperlebar, rapalnya bagaikan mantra di dalam hati.

"Chat gue cuman di read, terus gue di block. Lo kenapa sih min? Kalau ada masalah tuh cerita, biar gue tambahin masalahnya. "

Seungmin mendengus keras, namun tetap mengabaikan Changbin.

"Jawab atuh, min. Jangan ngambekkan kek uke."

"Kan bener, kalian sekongkol!" Seungmin langsung menggebrak mejanya dan menunjuk-nunjuk Changbin emosi. Untung saja hanya ada mereka berdua yang ada di ruangan tersebut.

"Sekongkol apaan? Maksud lo apa dah min, ga ngerti gua." Changbin benar-benar bingung.

"Gausah pura-pura gatau deh, lo ama dia sekongkol kan buat ngejatuhin gue." sinis Seungmin.

"Hah? dia siapa? ngejatuhin gimana?"Tanya Changbin gagal paham.

"Elo sama Lee Minho! Kalian berdua ngerjain gue kan, dengan dia yang nyuruh-nyuruh gue manggil dia mas."

"Bentar min, gue ga paham nih. Hubungannya dia nyuruh lo manggil mas sama ngejatuhin lo tuh apaan coba? dan lagi hubungannya dengan gue apa?"

Wajah Seungmin memerah menahan kesal, ia membuang napas perlahan lalu mencoba ngomong pelan-pelan. "Di kantor ini yang manggil dia mas itu cuman uke dan wanita. Terus, dia nyuruh gue manggil dia mas. Berarti dia ngejatuhin gue kan. Dan elo, bela dia. Fix lo sekongkol ama dia."

Changbin menggeram gemas. Astaga, dia rasanya lebih baik ngadepin Felix yang ngambek daripada ketidakpekaan Seungmin. "Min, ketidakpekaanmu ternyata udah di level boss terakhir."

"Dengerin gue baik-baik, dari dulu Minho itu tulus pengen ngedeketin lo, tapi lo nya aja yang terus-terusan ngehindarin dia kek virus." Changbin mencoba untuk menjelaskan.

Seungmin terdiam, ia mencoba merenungi perkataan Changbin dan Changbin terbukti benar, selama ini ia selalu menghindari Minho ketika pria itu mencoba mendekatinya, bahkan sekedar menyapapun ia lebih memilih untuk pura-pura tidak melihat atau sibuk dengan ponselnya.

"Lo sadar ga sih kenapa dari SMP bisa satu sekolahan mulu bahkan satu kampus hingga sampai satu kantor gini?" Tanya Changbin kembali.

"Maksud lo, selama ini, itu bukan ketidaksengajaan?"

Changbin menghela napas. "Gue gak punya hak untuk ngejelasin, tapi min, kalau gue bilang itu karena Minho pengen deket ama lo, pengen akrab ama lo, lo percaya ga?"

"Kenapa? Kenapa dia pengen dekat ama gue?" Tanya Seungmin pelan.

Astaga, bukankah jawabannya sudah sangat jelas. Changbin rasanya pengen ke rooftop terus teriak sekencang-kencangnya, dia bahkan gak digaji untuk ini.

"Seungmin, bisa ke ruangan saya sebentar?"

Percakapan mereka harus terpotong oleh kehadiran bu Irene.

i n s e n s i t i v eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang