it hurts when i like you

506 89 23
                                    


;

Minhyuk menghindari Changbin. Entah memang sengaja menjauh atau hanya karena laki-laki itu sibuk bukan main dengan segala kegiatannya. Setahunya Minhyuk memang tengah mempersiapkan diri untuk kegiatan festival yang diadakan oleh pihak kampus sebagai acara tahunan. Selama satu minggu penuh mereka tak bertukar sapa atau sekedar menyinggahkan tatapan mata. Changbin tak begitu mempersalahkan, toh reaksi Minhyuk itu normal. Tak ada yang salah.

Ia pikir pria bermarga Lee itu tidak akan mau menemuinya lagi, namun ketika dirinya tengah asik menikmati hembusan angin malam, yang sesungguhnya telah terlalu larut untuk dinikmati, Minhyuk memanggil namanya. Saling bersahutan dengan hembusan angin malam yang cukup dingin pada musim panas.

"Changbin." Pelan namun teguh. Lelah namun ramah. Tanpa amarah seperti apa yang ia bayangkan.

Maka saat kepalanya terangkat untuk difokuskan pada sosok yang sekarang berdiri tak lebih dari lima langkah dihadapannya. Delima merahnya menipis manis.

"Mau bir?" Changbin mengangkat plastik putih ke udara, di mana di dalamnya terdapat lima kaleng bir yang rencananya akan ia tenggak semuanya sendirian malam itu. Namun sepertinya ia tak perlu merasa kesepian.

Minhyuk mengangkat sedikit sudut bibirnya, tak ada angguk atau kata yang dijadikan sebagai persetujuan. Tetapi langkah kakinya yang mendekat serta tubuh yang di bawa duduk tepat di sebelah Seo, sudah cukup untuk menjawab pertanyaan yang terombang-ambing oleh angin malam yang berhembus makin kencang.

Changbin menyerahkan satu kaleng bir miliknya pada Minhyuk, dan pria Lee itu pun membuka dan segera meminum cairan pahit yang panas di tenggorokannya tersebut. Setidaknya rasanya menyegarkan. Seo pun melakukan hal serupa, tetapi pandangannya tak pernah lepas dari Minhyuk.

"Kau tidak datang untuk latihan, lagi."

Benar juga, Changbin pun masuk dalam bagian pengisi acara festival yang akan digelar dua minggu lagi.

"Secara teknis aku dikeluarkan. Maka dari itu cukup untuk tidak mempermalukan diri ku, lagi."

Minhyuk pun balas memandangnya, sekonyong-konyong tertegun kala mendapati bahwa sedari tadi ia diperhatikan dengan begitu intens. Oleh seseorang yang mengaku dengan percaya diri bahwa dia menyukainya.

"Aku memikirkan mu sejujurnya. Ah, pasti dia tidak merasa nyaman jika aku berkeliaran di dekatnya. Mungkin dia tidak akan bisa fokus karena orang aneh selalu memperhatikannya bagai penguntit. Sudah cukup aku membebani mu," imbuh Changbin, kali ini netranya mengikuti jatuhnya daun kering ke permukaan.

"Aku sudah melupakannya."

Changbin kembali menolehkan kepalanya ke arah Minhyuk, tersenyum kecil atas pernyataan laki-laki itu. "Benarkah? Apa metode menghindar itu bekerja dengan baik? Kau sungguhan melupakannya? Kenapa aku tidak yakin. Menurut mu, kenapa?"

Lee Minhyuk diam seribu bahasa, tak tahu harus melantun kalimat macam apa untuk menyakinkan kepada Seo bahwa pengakuan cinta tak terduga itu sama sekali tidak mengusik malamnya. Meski kata ' sedang bohong' saat ini tersirat jelas pada keningnya.

"Hyuk," Changbin mengambil napas panjang lantas menghembuskan nya tenang. "Percaya tidak jika dua orang saling bertatapan selama sepuluh detik, maka dalam tiga detik pertama kau akan langsung jatuh cinta."

Changbin memaku perhatiannya hanya pada Minhyuk, seolah-olah pusat dunianya berada di sana. Pria Lee itu pun secara tidak sadar melakukan hal serupa, barangkali karena sepasang netra jelaga sayup yang kini terpatri dalam miliknya.

"Satu."

"Dua."

"Ti-"

Seo tidak memutus kalimatnya ketika Minhyuk buru-buru bangun dari duduknya bahkan sebelum bibirnya selesai berhitung detik ketiga. Yang lebih tua di antara mereka tak lagi segan memberikan perhatian, membelakangi Changbin adalah apa yang saat ini ia lakukan.

Marigold; Lee Minhyuk x Seo ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang