one minute i need from you

56 10 5
                                    


;

Di suatu siang, dua orang cucu cicit adam hawa tengah duduk saling berhadapan pada salah satu kafe yang tak terlalu ramai pengunjung. Masing-masing minuman dihadapan keduanya pun belum tersentuh sama sekali, sebab dalam lima menit setelah keduanya bertemu, tak satupun dari mereka buka suara.

Entah memang belum siap atau sedang menimbang kapan waktu yang tepat untuk bicara.

Hingga saatnya perempuan cantik yang hari itu rambutnya digerai indah itu menghela napas panjang, pandangi laki-laki dihadapannya dengan raut wajah kecewa. Tak tahu bagaimana, tetapi intuisinya tidak dapat temukan hal baik dari pertemuan mereka hari ini.

"Berhari-hari kau hilang tanpa kabar lalu tiba-tiba minta bertemu denganku, dan saat sudah terjadi kau bahkan tidak mengatakan apapun. Jadi apa tujuanmu, Minhyuk?" Siapapun yang dengar, maka mereka akan sadar betapa suara Miyeon saat ini terselip nada putus asa.

Minhyuk tak begitu pasang ekspresi berarti, entah sudah mati rasa atau memang ia seorang bajingan ulung saja. Es kopi hitam yang mulai meleleh itupun akhirnya diteguk juga, sebelum perhatiannya kembali ia tujukan pada Miyeon seorang.

"Aku ingin putus," tuturnya lantang.

Bukan hal yang mengejutkan seharusnya, tetapi tetap saja Miyeon merasa seolah sekarang Minhyuk tengah menembakkan anak panah pada dadanya. Gadis cantik itu mengigit bibirnya bawahnya yang sedikit bergetar, karena tak tahu harus merespon apa atas permintaan atau malah pernyataan barusan.

"Aku tau hari ini akan datang tapi kenapa tetap sakit. Brengsek kau, Minhyuk." Miyeon membuang muka sembari menyugar rambutnya kebelakang. Wajah gadis itu merah padam sebab tengah berusaha tekan amarah yang bercampur dengan rasa sedih, kecewa serta benci.

Minhyuk telan teguk, "Maafkan aku. Aku rasa kita memang tidak cocok sama sekali. Bukan berarti aku tidak bahagia ketika bersama denganmu, tetapi perasaan itu tidak sama lagi. Aku-"

"Tidak perlu banyak bicara. Setidaknya kau memperjelas hubungan kita jadi aku tak perlu buang-buang waktu dengan bajingan sepertimu." Miyeon bangkit dari duduknya, menatap tajam ke arah Minhyuk.

Lantas ambil es americano miliknya sendiri yang dalam hitungan detik ke depan, isi dari gelas plastik bening itu ia siram tepat ke wajah laki-laki yang sekarang jadi mantan kekasihnya itu. Minhyuk pun tak berusaha mengelak walaupun dirimu sendiri tak menyangka Miyeon akan melakukan itu.

"I really wish you hell, Minhyuk."

Final gadis manis itu sebelum beranjak dari sana. Abaikan belasan pasang mata yang sekarang menatap penuh terkejut ke arah mereka. Miyeon hanya perlu untuk melampiaskan amarahnya. Toh, Minhyuk memang pantas mendapatkan itu.

;

Malam telah larut dan itu berarti sudah waktunya untuk Changbin pulang. Setelah rampung bersihkan restoran tempatnya bekerja, dia pun pamit pada rekannya yang lain dan lebih dulu pergi dari sana.

Tadinya Changbin berencana untuk mampir terlebih dahulu ke minimarket, namun langkahnya yang baru maju satu langkah itu pun otomatis terhenti kala netranya temukan sosok solid Lee Minhyuk di depan sana, tak begitu jauh dari tempat restorannya berada.

Senyum laki-laki itu merekah kala perhatian Changbin menemukannya, segera lambaikan tangan penuh antusias seolah meminta agar yang lebih muda untuk cepat hampiri dirinya.

Seo Changbin mendecak, bertemu Minhyuk terlalu awal begini sungguh bukan sesuatu yang ia inginkan. Tetapi mau bagaimana pun juga, orang itu telah membantunya banyak hal. Maka dari itu, mau tak mau Changbin segera berlari pelan ke arah Minhyuk. Pasang wajah cemberut sebagaimana biasanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marigold; Lee Minhyuk x Seo ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang