"Apa harus?" tanya seorang gadis dengan orang di sebrang-- dalam telepon.
"Maaf. Ini semua untuk dirimu sendiri, Sarada." Perempuan dewasa yang adalah ibunya, Uchiha Sakura menjawab.
Sarada menghela nafas. "Baiklah, Mama," ujarnya sedikit lesu.
Setelah mematikan handphonenya, Sarada memperhatikan foto keluarga Uchiha yang berada di atas meja. Ia sedikit tersenyum mengingat dirinya yang dulu, polos dan masih belum mengenal dunia yang kejam ini. Dimana perperangan bisa saja terjadi, nasib si miskin yang selalu ditindas, si buruk rupa yang terasingkan, dan dunia yang tidak adil.
Sarada mengelap sedikit air mata yang keluar dari kelopak matanya.
"Kenapa bisa keluar?" tanyanya kepada diri sendiri.
Masa lalu ketika kehilangan orang yang menjadi panutannya. Seorang yang kini entah kemana seperti ditelan bumi, ayahnya, Uchiha Sasuke.
Sedari dulu, Sarada menunggu sang papa pulang dan berkumpul bersama mereka. Ia tidak pernah sekalipun melihat ayahnya. Mungkin ia pernah, tapi hanya lewat foto seorang anak kecil laki-laki berwajah seperti dirinya dan cerita-cerita dari ibunya.
Sudah bertahun-tahun ia menahan rasa rindunya, hampir ia melupakan bahwa dirinya mempunyai seorang ayah. Demi meluapkan rasa rindunya yang tak tersampai, Sarada rela meninggalkan tempat ia dilahirkan. Menjadi seorang miliarder tanpa diketahui oleh keluarga, berhati dingin, cuek, dan kejam. Semua ia tutupi, Sakura pun tidak mengetahuinya. Yah, walaupun memang keluarga Uchiha termasuk ke dalam 5 keluarga terkaya, Sakura tidak tahu kalau putrinya juga termasuk dan menempati posisi kedua. Status bahwa Sarada merupakan ketua leader mafia di Tokyo hanya teman-teman dan sahabatnya yang mengetahui.
Sekarang, ia disuruh kembali. Pulang ke Konoha.
****
Sarada menghirup udara segar di Konoha lamat-lamat. Sudah lama ia tidak melihat kampung halamannya. Sekarang sudah makin berubah, menjadi lebih teratur dan bersih. Tidak terlihat para pengemis dan pemulung sampah di sekitar. Ini semua karena Hokage ke-7 yang baru-baru ini menjabat. Konoha jadi semakin maju dibuatnya.
Sampai di rumah berlogo kipas, Sarada mengetuk pelan pintu rumah yang tidak banyak berubah. Masih kokoh dan kuat.
"Sarada ..." Sakura yang membuka pintu melihat Sarada sambil berkaca-kaca. "Mama merindukanmu," lanjutnya sembari mendekap Sarada ke pelukannya.
Sarada membalas pelukan ibunya. "Aku juga, ma."
"Ayo masuk. Kita ke kamarmu. Mama sudah membersihkannya," ucap Sakura.
Sarada dan Sakura meletakkan koper di kamar, serta memindahkan barang-barang Sarada ke lemari. Setelah beres, mereka berdua turun ke bawah. Oh iya, sebenarnya letak kamar Sarada berada di lantai dua. Ia sangat suka duduk di teras sambil meminum segelas susu. Bisa melihat halaman rumahnya dari atas membuatnya senang, sudah lama ia tidak merasakannya.
Sakura membawa Sarada ke ruang tamu. Mereka saling berbagi kisah.
"Sarada, kamu ingat 'kan tujuan mama memanggilmu ke sini?" tanya Sakura.
Sarada mengangguk. "Bukan cuma untuk pindah sekolah dan bersafari, aku juga harus mencari papa."
"Hm ... Mama tahu kamu juga sangat merindukan papamu. Mama juga rindu padanya, rindu saat keluarga kita bisa bersatu." Sakura tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe I Love You [BoruSara]
Fanfiction"Dengar, namaku Uchiha Sarada, aku adalah leader mafia yang sangat terkenal di kalangan masyarakat. Kalau kau berani menyentuhku sesentil saja, aku potong burungmu itu!" "Oh ya? Jika begitu, bolehkah aku membuat yang 'kedua' itu bangun?" Bagaimana S...