Ibu gue bilang, ketika kita mencintai seseorang, kita akan mengingat segala hal tentangnya, sampai hal-hal paling mendetail yang luput dari perhatian banyak manusia.
Bukan hanya tentang bagaimana cara orang itu tertawa, tapi juga tentang bagaimana orang itu bereaksi terhadap situasi tertentu.
Bukan hanya tentang makanan dan minuman kesukaannya, tapi juga bagaimana cara orang itu mengunyah dan berapa lama sampai ia menelannya.
Bukan hanya musik favoritnya, tapi juga perasaan yang ia rasakan kala mendengarkannya.
Bukan hanya cerita-cerita yang ia ucapkan di kala ramai, tapi juga segala benang kepala yang di simpan dalam sepinya.
Dan, Arganata Baskara, gue mengetahui segala hal tentangnya.
Gue tahu baju jenis apa yang akan Abas pakai di setiap acara, atau bagaimana cara ia memainkan tangannya saat gugup, atau mungkin, caranya merapihkan rambut yang tak jarang kusut.
Abas dan kebiasannya yang berulang, Abas dan kemampuannya buat gue jatuh berulang-ulang. Dari pandangan pertama.
“Lia? Halo? Lo baik?”
Gue menoleh, mendapati Abas berdiri dengan kaus oblong putih dan celana pendek hitam rumahannya. Ia tersenyum, dan gue berani bersumpah, Abas yang seperti ini adalah Abas yang paling gue suka.
Maksud gue, jelas dia terlihat menawan di banyak kesempatan, tapi dia yang seperti ini terlihat manusiawi dan mudah digapai. Beberapa orang bilang Abas terlihat seperti dewa, mungkin itu alasannya mengapa ia tampan tapi tak banyak yang berani mendekatinya.
“Gue yang nanya, lo baik?” balas gue atas pertanyaannya barusan.
Dia menautkan alisnya. “Gue kenapa?”
“Ohh, lo lupa kalau semalem lo nang—”
“Li, serius? Harus banget ngegodain gue gara-gara itu?”
Gue ingat semalam kami menonton film bersama, dan Abas menangis karena pemeran utamanya berduka di akhir cerita. Tidak bisa bersatu dengan yang dicinta. Gue bahkan perlu memberinya satu kotak tisu untuk mengusap air mata.
“Kirain lo lupa, gue ngingetin aja. Kok marah,” kata gue sambil tertawa-tawa.
Menggoda Abas adalah satu dari sekian banyak hal yang gue suka sekaligus balas dendam karena dia juga sering menggoda gue. Bibirnya akan mengerucut beberapa senti kemudian meninggalkan gue sendiri dan gak mau bicara sampai gue mendekatinya dan meminta maaf dengan setulus hati.
“Maaf, Bas.”
Terbukti. Sekarang gue perlu menghampiri dia yang duduk di balkon, hendak menyesap kopi yang masih sedikit panas.
Abas jarang minum kopi. Pria itu hanya minum kopi saat ia ingin, dan itu mungkin bisa dihitung jari, kalau gue gak salah, mungkin sebulan dua kali?
“Maaf apa?” tanyanya ketus.
Gue tersenyum, menyodorkan padanya beberapa bungkus permen yang gue beli di minimarket bawah. Sekadar info, gue dan dia punya ikatan kuat dengan permen ini. Saat semua orang piknik dan harus membawa sandwich, kami mungkin akan putar balik dan mencari minimarket terdekat cuma untuk memastikan permen ini ada dalam keranjang bawaan.
“Lo tahu gak sih kalo gue gak pernah bisa marah sama lo?” bisiknya.
“Gimana gimana?” goda gue lagi. Gue mendengarnya. Abas berbisik dengan volume cukup keras yang bisa didengar telinga.
Abas menghela napas. “Ya gini, ketika lo jail kayak gini. Gue enggak bisa marah,” jelasnya.
“Ya terus gimana? Salah gue?”
“Bukan, bukan salah lo.” Abas berdiri, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan bergerak mendekati gue. Lelaki itu memicingkan mata, memindai wajah gue sambil menggerakkan wajahnya ke kanan dan kiri.
“Ngapain?”
“Gue penasaran lo ngejailin gue tuh karena benci atau apa,” katanya masih dengan posisi yang sama. “Dan satu-satunya yang enggak bisa bohong perihal rasa, adalah mata,” lanjutnya.
Gue mengerjap beberapa kali. “Iya, terus lo nemuin apa di sana?”
Abas menggeleng beberapa kali. Sedikit tidak yakin dengan apa yang akan keluar dari mulutnya. “Enggak tahu? Bintang? Galaksi? Lo nyimpen Bimasakti di sini?”
“Di kedua mata lo ini?”
Gue tertawa-tawa mendengar penuturannya.
“Lo cinta ya sama gue?” tembaknya.
“Hah?” gue mengernyit atas pertanyaannya yang tiba-tiba.
“Kata mama, kalau kita cinta sama orang, juga bisa kelihatan dari mata,” ujarnya.
“Kalau iya gak apa-apa Li, karena mencintai itu hak segala bangsa.”
TERLALU . MANIS
fridaycheese 2 0 2 1
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Manis
Short Story❛ Masih ada pikat pada kisah yang hampir tamat. // FANFICT 21st MAY 2O21 🌻 이동혁 ft. au Ⓒfridaycheese, 2O21🌻 ANTALOGI LARA the series [ II / III ]