Atha Jeremia Stasya, gadis luar biasa yang merasa dirinya biasa saja.
Merasa tak punya kelebihan selain seorang hafidzah dan penghafal hadist, tak ada yang bisa dibilang mengagumkan. Dan sudah cukup baginya, menjalani kehidupan dengan penuh kekaguma...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Oh ya, kalo misalnya kamu ketemu kak Kanzo, lebih baik jangan langsung disapa, ya," peringat Kahlil.
Atha merasa aneh, lalu memutuskan untuk bertanya, "Kenapa?"
"Barangkali yang kamu temui itu sebenarnya adalah kak Kenzo. Mereka berdua mirip banget soalnya," terang Kahlil.
"Kembar, ya?" tebak Atha.
"Iya ... kembar yang terlalu identik. Ga ada perbedaan sama sekali di tubuhnya. Kan biasanya pada anak kembar terdapat perbedaan, entah itu tahi lalat atau tanda lahir, tapi kak Kenzo dan kak Kanzo ga ada. Cuma sifatnya aja yang beda seratus delapan puluh derajat."
"Maksudnya?" Atha berusaha meraba maksud ucapan Kahlil.
"Kak Kanzo itu orangnya lemah lembut, penyayang dan care. Kalo kak Kenzo itu temperamen, keras dan mudah terpancing emosi. Kamu udah lihat mata kak Kanzo kan tadi?"
"Eh?"
Pertanyaan Kahlil membuat pipi Atha bersemu.
"Kalo kamu udah lihat, kamu bakal bisa bedain. Karena sorot mata kak Kanzo itu hangat, sedangkan kak Kenzo itu dingin, tajam gitu. Supaya ga bingung, bedain aja dari penampilannya," saran Kahlil.
"Apa bedanya?" tanya Atha semakin bingung.
"Kalo kak Kanzo itu sering pakai peci dan bersarung. Kak Kenzo lebih sering pakai kaos yang gambarnya norak dan celana jeans," jelas Kahlil, berharap Atha mengerti.
Atha mengangguk, tanda ia faham.
"Kahlil, dicariin Khodijah," lapor seorang anak berumur kurang lebih 9 tahun sembari menarik koko yang dipakai Kahlil.
"Bilangin nanti aku ke kamarnya," sahut Kahlil acuh.
"Siapa itu Khodijah?" tanya Atha penasaran.
"Adikku yang masih kecil, umurnya empat tahun," jawab Kahlil.
"Sebenarnya, kamu berapa bersaudara, sih?" tanya Atha yang ingin tahu.
"Kalo seibu cuma 5. Tapi kalo semuanya ada 18," bisik Kahlil menjawab.
Atha melotot kaget, "Banyak banget."
Kahlil terkekeh, ia terbiasa dengan tanggapan semacam itu yang ia dapat dari banyak orang ketika ia mengatakannya.
"Abi, ayahku punya tiga istri. Ibuku istri kedua. Sedangkan kak Kenzo dan kak Kanzo dari istri pertama. Ibunya jepang. Ibuku asli Arab. Dan istri ketiga dari Korea."
"Seru ya? Banyak keragaman!" seru Atha takjub, ia langsung membayangkan betapa ramai keluarga Kahlil dengan banyak perbedaan yang padu.
"Begitulah. Kadang kalau ada adik yang lahir, semua pada rebutan usul nama. Makanya ujung-ujungnya selalu ngikut nama sesuai daerah asal ibunya. Lucu gitu," ucap Kahlil terkikik.