buku

1K 97 0
                                    

Hari Ujian mulai dekat hal itu membuat ku semakin sibuk berkutat dengan buku buku tebal yang ku miliki, bahkan sering kali aku lebih memilih pergi ke perpustakaan saat jam istirahat atau jamkos, karena hanya disinilah aku bisa bernafas lega dan bisa fokus membaca semua materi yang tidak ku pahami.

Ya, aku adalah siswa kelas akhir yang artinya sebentar lagi aku lulus mungkin kurang dari 2 bulan dari sekarang, menjadi mahasiswa di universitas ternama tapi itu hanya angan angan ku saja nyatanya, aku tidak bisa mendaftar menjadi mahasiswa karena berbadan dua.

Ah ngomong ngomong kalian mungkin tidak tahu jika aku tengah hamil muda, usianya baru menginjak 3 bulan, belum terlalu terlihat, aku bersyukur, semua warga sekolah tidak mengetahui atau menyadari perubahan pada tubuhku.

"Aegiya~ kalau sudah besar nanti harus jadi orang sukses eum?" Bisikku lirih mengusap perut ku yang sedikit membuncit dan keras.

Awalnya berat menerima semua ini, ini tidak logis bagaimana mungkin laki-laki bisa hamil? Bukan kah hal tersebut hanya bisa dialami oleh wanita saja?. Aku sempat berkonsultasi kepada dokter, bertanya tentang apakah laki laki bisa hamil, dan jawabannya cukup membuat ku terkejut dan heran, ini tidak masuk diakal!

"Memang pada dasarnya kehamilan hanya bisa dialami oleh wanita, tapi dizaman sekarang ini laki-laki pun bisa mengalaminya walaupun sedikit kapasitas nya tapi ada dan kita menyebutnya 'Keistimewaan'"

Itulah kata kata dari dokter yang aku temui 4 bulan lalu.

Mau marah tapi untuk apa?

Nasi sudah menjadi bubur, takdir seperti ini tidak bisa aku rubah, sangatlah mustahil.

Terlalu sibuk dengan pikiran ku, aku sampai tidak sadar jika ada seseorang yang sedang berdiri tepat dibelakang ku.

"Hey anak haram, sedang belajar eoh?"

"Sepertinya iya, sini aku mau lihat"

Dirampasnya buku tebal yang ada ditengah-tengah kedua tanganku, melihat-lihat seolah-olah gadis cantik ini tertarik dengan apa yang ku baca.

Seret

"Upss, i'm sorry~"

Buku itu, rusak, aku melihatnya, melihat bagaimana dengan sengaja tangan lentik itu merobek buku yang ku baca.

Keringat mulai muncul bercucuran dipelipis ku, badanku menegang, memikirkan bagaimana mengembalikan buku ini ke penjaga perpustakaan.

Buku itu adalah milik sekolahan, dan sekarang rusak? Bagaimana caranya aku mengganti buku ini.

Dengan tangan yang bergetar aku merogoh saku celanaku, menghitung ada berapa lembar untuk mengganti buku tebal itu.

"Huff ternyata uang ku pas-pasan"

Mau tidak mau aku harus tetap mengganti nya, padahal uang itu cukup untuk membeli makan selama tiga hari tapi sekarang lenyap begitu saja.

Setelah pulang sekolah nanti aku harus mencari uang untuk makan malam.

"Bibi ma-maaf kan aku, bu-buku ini tidak sengaja aku ro-robek, aku hanya bisa memberi DP nya dulu, be-besok benar benar akan ku ganti" ucapku gugup menunduk sembari menyodorkan sebuah buku dengan robekan besar disana dan ada selembar uang diatasnya.

"Tidak perlu, bibi tadi melihat nya, jadi kau tidak perlu repot-repot mengganti buku ini, biar buku ini bibi yang urus"

Kepalaku mendongak, menatap Bibi penjaga perpustakaan dengan tatapan tidak percaya.

"Be-benarkah? Ah maksud ku, aku perlu mengganti kerusakan buku itu"

"Sudah bibi bilang bukan?, Tidak perlu, toh Bibi melihat bagaimana Nara merobek buku ini, aiisshh benar benar gadis itu bertingkah seenaknya"

Entah mengapa pundak ku turun setelah mendengar penuturan dari bibi Kim, entahlah rasanya beban ku terangkat setelah mengetahui bahwa bibi melihat semuanya.

"Terimakasih bibi, terimakasih banyak"

Membungkuk berulang kali sembari mengucapkan terimakasih, setelah itu aku izin pamit untuk kembali ke kelas.

Aku baru ingat jika sekarang waktunya jam pelajaran Pak Kyungsoo, matematika. Pelajaran yang cukup membuat otak ku memanas.

"Syukurlah aku tidak terlambat" gumam ku lirih sangat lirih, yang hanya bisa aku dengar seorang. Aku merasa lega setelah mendapati kelas masih ramai tanda Pak Kyungsoo belum masuk kedalam kelas.

Dengan cepat diriku mendudukan diri di kursi, mangambil buku catatanku, membaca materi yang sudah diterangkan Pak kyungsoo kemarin.

Firasat ku mengatakan kalau Pak Kyungsoo akan mengadakan ulangan dadakan hari ini.

"Selamat siang anak-anak, kumpulkan semua buku matematika kalian didepan sini dan keluarkan selembar kertas, kita ulangan hari ini"

Nah kan benar apa yang ku katakan, guru itu selalu saja memberi ulangan dadakan setelah satu bab selesai atau dua bab, sering kali satu materi selesai dia berikan.

Bisa kudengar keluhan beserta protesan tidak terima dari bibir teman sekelasku. Tentu aku juga mengeluh tapi hanya didalam hati, tidak mungkin aku ikut mengeluarkan keluhanku yang ada bisa bisa aku mendapatkan tatapan maut dari mereka.











 Tentu aku juga mengeluh tapi hanya didalam hati, tidak mungkin aku ikut mengeluarkan keluhanku yang ada bisa bisa aku mendapatkan tatapan maut dari mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih sudah membaca cerita ini

See you next time guys ✨♥️

Mistake NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang