1

31 15 0
                                    

||Kesenangan?||

'Kiki' yang sedang tertidur pulas terkejut dengan teriakan Alexa.

"Wah!! Udah berapa lama kau disini? Bahkan dengan keadaan seperti ini, kau bisa tertidur? Wow!!" Ujar Alexa senang.

Seketika tubuh Kiki menegang, bukannya Kiki sudah terbiasa dengan keadaan yang menimpanya, melainkan karena ulah Alexa yang telah memberikan minuman yang telah dicampurkan obat tidur kepadanya.

Kiki mengerjapkan matanya beberapa kali lantaran nyawanya belum 100℅ kembali ke tubuhnya.

Byurrr

Alexa mengguyur Kiki dengan air yang amat-sangat dingin, mulai ujung kepala hingga kaki, membuat Kiki menggigil. "Woy! Bangun! Ini udah siang! Tidur mulu, sih!" Umpatnya kesal.

"Aku ada permainan buatmu, mau tidak?" Tanya Alexa, lalu melemparkan sebuah balsem, kepada Kiki.

Kiki menatap barang pemberian dari Alexa dengan tatapan bingung, untuk apa Alexa memberikannya balsem? Pikirnya.

Alexa tersenyum, ia berjongkok, lalu meraih balsem itu. Alexa mulai membuka tutup balsem itu, dan ya...

Ternyata permaianan yang Alexa maksud adalah, 69. Hum... Sangat tidak terduga.

Alexa mencolek balsem itu lumayan banyak. Dengan tatapan sangarnya, Alexa menarik 'tongkat' milik Kiki, menggosoknya sangat cepat dengan tangan yang sudah dilumuri balsem, hingga miliknya tanpa Kiki minta menjadi tegang dan berdiri sempurna. Kiki yang melihatnya membelalakkan matanya, terkejut dengan apa yang telah Alexa lakukan padanya. Alexa yang mengerti akan tatapan dari Kiki, tersenyum. "Gausah banyak tanya, mending kau buat salah satu dari wanita yang ada di ruangan ini merasa puas, dari pada nanti kau harus menderita sendiri?" Jawabnya. Seketika jiwa Kiki bersemangat, setelah mendengar kata 'pemuas' dari Alexa.

Entah apa yang terjadi pada Kiki, setelah pengalaman Kiki yang pernah tidur bersama dengan Alexa, dirinya tidak pernah merasa puas, walaupun dirinya sudah melakukannya kebanyak wanita, tidak ada yang bisa memuaskan hasratnya kecuali jika itu dilakukan oleh Alexa.

Maka dari itu, jika Alexa menawarkan seorang wanita padanya, Kiki tidak pernah menolaknya sama sekali.

"Mana? Mana? Yang mana? Semua, kah?" Ujar Kiki kegirangan. Alexa yang mendapati respon positif Kiki tersenyum puas.

Alexa menggelengkan kepalanya, sembari tersenyum kecut. "Crazy boy. Memangnya, kau mampu? Ini semua wanita, ada 4 loh?" Sahut Alexa.

"Kenapa tidak? Uh... Beda lagi jika itu kau sendiri, aku tidak akan mau dengan yang lainnya. Jadi, kau juga mau? Aku bisa kok melayanimu, hingga puas sampai membuatmu untuk meminta padaku lagi" Jawabnya dengan penuh percaya diri.

Alexa langsung menggelengkan kepalanya cepat, "Gak perlu. Aku gak butuh, mending hasrat gila yang kau punya itu berikan ke..." Alexa segera menarik rantai yang mengikat kaki Sona agar mendekat ke arahnya.

Setelah Sona mendekat, Kiki yang melihat seluruh tubuh Sona, sontak langsung menegang. "Waw! I'am lucky!" Ujar Kiki, seraya menjilat air liurnya yang hampir menetes.

Sona yang melihat kebuasan Kiki bergidik ngeri, ia segera menatap kearah Alexa untuk memohon ampun agar dirinya tidak di terkam oleh hewan buas. Alexa tersenyum, lalu bertanya, "Kau mau aku melepaskanmu? Tapi ada syaratnya. Kau harus berlutut dan minta pengampunan di hadapanku, um... Jangan lupakan seorang gadis yang sudah kau lukai. Gimana? Sanggup?" Sarkas Alexa.

Sona tidak menjawabnya, yang artinya Sona sama sekali tidak berkeinginan kuat untuk meminta ampun kepada Alexa. Alexa yang melihatnya tersenyum, "Sudah aku duga. Harga diri yang kau punya, masih saja tinggi"

"Baiklah. Hei! Kau bisa mulai! Buat dia merasa, amat~ sangat~ puas~!" Ucap Alexa. Kiki mengangguk.

Alexa segera melepaskan tali yang mengikat tangan Kiki, dan setelah itu ia pergi meninggalkan tempat itu.

Kiki mulai melakukan aksinya, ia mencium, melumat, menggigit, menyisap, seluruh tubuh Sona dengan laparnya. Bahkan suara Kiki terdengar seperti orang yang sedang menyantap makanan. Sona yang mendapat perlakuan seperti itu, sempat mendorong tubuh Kiki, namun naas, ia tidak kuat tenaga dibanding dengan Kiki yang mempunyai tenaga layaknya seribu kuda.

Saat Kiki mulai memasukkan 'Adiknya', Sona mulai berteriak sangat keras, hingga ia menitkkan air mata. Sona sangat teramat kesakitan di bagian Mahkotanya.

"Aaaaaaaakkkkhhhh!!" Jeritnya sangat keras.

Alexa yang tak jauh dari tempat kesukaannya, tersenyum puas setelah mendengar jeritan dari Sona. Bahkan, Alexa sampai terbahak-bahak saat mendengar suara jeritan itu, ia juga sempat mengingat kejadian yang membuatnya sampai tertawa tak henti-henti.

Yaitu-

Saat 'tongkat' Kiki diolesi dengan balsem! Dan Alexa juga memikirkan bagaimana rasa panasnya Mahkota Sona saat dimasuki oleh sesuatu itu? Membayangkannya saja, membuat Alexa terbahak-bahak hingga wajahnya memerah.

"Akh! Rasanya sangat puas~"

Hewan buas tetaplah hewan buas - Alexa

Alexa mengambil ponselnya, lalu ia segera mengetikkan pesan dan mengirimkannya kepada seseorang disana. Setelah terkirim, Alexa berdiri dan akan meninggalakan kediamannya.

"Bi! Mungkin besok aku tidak pulang. Jadi, tolong ya, bi? Seperti biasa, hehe" Ujar Alexa. Bi Lis menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Terimakasih, Bi! Dah~"

Setelah Alexa meninggalkan rumah, Bi Lis segera mengunci rapat pagar rumahnya.

Kate sedang berjalan menuju kursi taman, yang merupakan salah satu tempat untuk bersembunyi dari sebuah tugasnya. Setelah sampai, Kate segera duduk, lalu menghembuskan napasnya gusar. "Huhhfftt! Hari ini adalah hari yang cukup berat!" Dengusnya.

"Benarkah?"

Kate segera menolehkan kepalanya setelah mendengar suara yang mungkin sangat-sangat familiar baginya. Dengan senyum merekah, Kate berdiri lalu memeluk seseorang itu. "Kak Alexa~!!" Ucapnya bangga.

Alexa tersenyum, dan membalas pelukan Kate. "Ada apa? Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya Alexa dengan wajah penasarannya.

Kate segera melepaskan pelukannya, ia menatap Alexa dengan wajah bingungnya. "Hum~? Memangnya ada apa? Kenapa pertanyaan Kakak, begitu? Memangnya aku kenapa?" Tanyanya, lalu memilih untuk kembali duduk di kursi taman.

Alexa mengikuti Kate, lalu tangannya meraih wajah polos Kate untuk menelisik apakah ada yang disembunyikan darinya.

"Hum? Wajah kamu memang gak bisa bohong. Jadi, katakan apa yang terjadi? Selama kuliah, ada yang mengganggumu? Siapa? Perlu aku beresin, gak?" Tawar Alexa, dan langsung mendapat penolakan dari Kate.

Kate segera menggelengkan kepalanya. "Tidak! Tidak perlu! Lagian, ini bukan masalah serius, jadi, Kakak gak perlu khawatir" Jawabnya dengan tegas.

Alexa memiringkan kepalanya bingung, "Memangnya dia siapa? Sampai-sampai kamu gak rela buat nyakitin dia?" Tanya Alexa penasaran.

"Dia Kakak kandungku. Jadi, aku mohon sama Kakak, jangan coba-coba untuk sakitin dia, ya?" Ucap Kate memohon.

Alexa menatap Kate datar, "Hum... Apa ada jaminannya, jika aku tidak harus melakukan sesuatu padanya?"

"Ada! Tentu harus ada!! Kalau tidak, aku akan mengadukan Kakak pada Ibu!" Ancam Kate. Seketika Alexa mendengus kesal, jika seperti ini, Kate selalu membawa-bawa Ibu.

Tbc.

Bleeding Souls (Psychopath 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang