3.2

18 1 0
                                    

||Tujuan Hidup||

Andini tidak menjawabnya, ia langsung menarik Alexa kedalam pelukannya. Didalam pelukan Andini, tangis Alexa semakin menjadi, Andini yang melihatnya merasa iba apa yang terjadi pada Alexa.

Dasar iblis! Apa yang telah dilakukan Ayahnya, sehingga anak sekecil ini, menyebutkan dirinya sebagai barang investasi? Jika saja aku tahu siapa pelakunya, aku akan membunuhmu - Andini

"Ibu...?" Panggil seorang gadis cilik yang usianya lebih muda dari Alexa.

Andini melepaskan pelukannya, ia dan juga Alexa menoleh kebelakang bersamaan, dan mendapati seorang gadis kecil yang tengah menatap mereka berdua dengan tatapan sendu.

"Ibu....?" Panggilnya.

Andini segera menyeka air matanya, ia segera merentangkan kedua tangannya, gadis itu tersenyum lalu segera berlari kedalam pelukan sang ibu.

Grep

Tanpa sadar, Alexa menarik lengan baju Andini. "Si....apa?" Tanya Alexa pelan.

Andini menoleh, "Kate... Beri salam sama..."

"Alexa Carolline Josie.... Atau panggil saja Alexa.... Dan... Saya mohon, anda untuk tidak memberitahukan kepada orang-orang, jika saya keturunan Josie" Jelasnya sendu.

Deg

Jadi... Dia keluarga Josie? Keluarga yang isinya iblis untuk saling membunuh saudaranya satu sama lain? - Andini

Andini yang mendengarnya terkejut, namun, dengan cepat Andini segera menepiskan pikiran liarnya.

"Baiklah, akan aku lanjutkan. Dia... Kate Jonathan, anak keduaku.... Kate.... Dia Alexa.... Kamu harus memanggilnya Kakak, karena dia lebih tua 2thn darimu" Tutur Andini, dan dibalas anggukan oleh Kate.

Mendengar ucapan Andini yang mengetahui fakta tentang keluarganya, seketika Alexa merasa gugup dengan kehidupannya dimasa depan. Namun, saat mendengar penjelasan yang dilontarkan Andini tanpa bertanya lebih dalam, mungkin Alexa bisa mempercayai Andini untuk bisa bertahan hidup.

Kate menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Alexa, Alexa yang melihatnya segera membalas uluran tangan itu. "Alexa" Ucap Alexa, "Kate" Ucap Kate selanjutnya.

"Joa.... Bolehkan, aku memanggilmu.... Joa?" Tanya Alexa ragu.

Kate sempat terdiam, bahkan Kate dan Andini sempat beradu pandang, lalu tak lama kemudian Andini menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

"Hum...!! Kakak bisa memanggilku Joa!" Ucap Kate riang.

🌤️

1 Tahun Kemudian

Tubuh Alexa benar-benar sudah pulih sepenuhnya, bahkan kepala Alexa yang sempat terbentur itu sudah tidak terasa sakit lagi.

Kini Alexa kecil berjalan menuju kediaman Josie, ditemani oleh Andini dan juga Kate. Awalnya Alexa ingin pergi sendirian dengan alasan, bahwa dirinya akan baik-baik saja, dikarenakan rumah yang sebesar layaknya istana itu telah lama ditinggali, namun Andini menolaknya dengan tegas, bahwa bisa saja ada salah satu mata-mata dari Raean untuk memantau gerak-gerik anak mereka, jadi, mau tidak mau Alexa menyetujuinya. Tetapi, sebelum Alexa kembali ke rumah terkutuk itu, Alexa sempat mencari tahu keberadaan Raean, dan untungnya, Raean kini sedang berada di luar negeri.

"Tante, saya mau pergi ke lantai dua, saya ingin melihat-lihat, apakah ada barang saya atau barang dari saudara saya yang bisa saya bawa" Ucap Alexa, dan dibalas anggukan Andini. "Baiklah, Tante dan Joa akan melihat-lihat yang ada dibawa" Sahutnya.

Alexa mulai menaiki tangga satu persatu, terasa bau anyir yang mulai memudar, lantaran bau tersebut sedikit demi sedikit tertimbun oleh debu.

Satu demi satu ruangan dimasuki oleh Alexa, Alexa mulai mencari apakah ada sesuatu yang bisa ia manfaatkan untuk bertahan hidup. Alexa terus mencari, mengobrak-abrik lemari, bahkan Alexa tanpa sengaja menemukan sebuah brankas yang lumayan besar terletak didalam lemari Karyn. Dengan rasa penasarannya, Alexa membuka brankas itu dan menemukan sekumpulan kertas yang berisikan tentang kebejatan Raean semasa hidupnya.

Tak mau tertinggal apa yang telah ditemukannya, Alexa segera memasukkan semua dokumen kedalam tas ransel yang ia temukan disebelah brankas. Setelah memasukkan dokumen itu, Alexa segera beralih kedalam kamar Sonia, dan Alexa kembali dikejutkan dengan adanya sebuah brankas yang letaknya dibawah ranjang. "Gila! Kenapa semua orang memiliki brankas? Dan kenapa aku tidak?" Gumamnya, lalu segera membuka brankas itu. Dan.... Yang telah Alexa temukan adalah sebuah uang! "Wow!! Pantas saja, setiap Adrian dan Sonia bertemu, mereka selalu meributkan uang. Tapi... Darimana Sonia mendapatkan uang sebanyak ini, ya?" Tanpa pikir panjang, Alexa membawa seluruh uang Sonia tanpa tersisa.

"Hei!" Ucap Kate untuk mengejutkan Alexa.

Alexa menatapnya datar, tanpa berkata apa-apa, Alexa melanjutkan aksinya untuk memasukkan seluruh harta milik Sonia. Kate yang melihatnya, seketika membelalak, ia terkejut dengan apa yang telah dilihatnya.

"Gila! Gila!!! Hei, Kak!! Apakah ini asli?! Kenapa bisa sebanyak ini?!" Kate terus bergumam tidak karuan, lalu tak lama kemudian Andini datang.

"Alexa, Joa, apa kalian sudah selesai? Sepertinya kita harus segera pergi dari sini" Ujar Andini sembari memastikan sekitar.

"Ada apa, Tante?" Tanya Alexa bingung.

"Lebih baik kita keluar saja terlebih dahulu, nanti akan Tante jelaskan detailnya"

Alexa, dan Kate mengangguk, mereka segera menuruti perintah Andini. Dan benar dugaan Andini, jika Raean mengirim mata-mata untuk mengawasi apakah ada salah satu dari anaknya ada yang masih hidup atau mati.

Saat melihat mata-mata yang dikirim Raean, seketika tangan Alexa mengepal sangat kuat, Andini yang menyadarinya menepuk pundak Alexa, lalu mengatakan, "Apa kamu ingin balas dendam?" Tanyanya, dan dibalas anggukan oleh Alexa. "Ya, saya ingin balas dendam! Saya ingin mencabik-cabik Raean Josie mewakili para saudara saya yang telah mati dengan tangan saya sendiri" Jawabnya, dengan perasan kesal mengingat para saudaranya yang sudah meninggalkan dunia dan hanya tersisa nama saja.

Andini menatap Alexa lekat-lekat, "Tetapi, ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng, kamu pasti sudah tahu karena sudah pernah mengalaminya, bagaimana saudara-saudaramu terluka. Tangan yang akan kamu gunakan bisa saja akan ternodai air mata, bahkan nantinya tangan kecil itu bisa saja berlumuran darah. Jika ingin balas dendam kepada musuh, kamu tidak boleh menganggap musuhmu sebagai manusia. Apa kamu bisa?"

Alexa terdiam memikirkan perkataan Andini.

Andini menghembuskan napasnya berat, ia tahu jika mental anak-anak masih tahap labil.

"Jika kamu tidak bisa, maka kamu bisa untuk menyerah saja. Karena yang aku inginkan untuk balas dendam bukanlah manusia, yang aku inginkan hanyalah anjing pemburu berdarah dingin" Jelas Andini, membuat Alexa tercengang dengan perkataan yang telah dilontarkannya.

Alexa sempat terdiam, namun tak lama kemudian, Alexa menganggukkan kepalanya. Alexa telah bertekad, jika dirinya tidak akan menjadi orang lemah, ia juga bertekad, walaupun dirinya menjadi psychopath pun, dirinya akan tetap melindungi seseorang yang ia sayangi, walau nyawa taruhannya.

"Baiklah, akan saya lakukan. Menjadi orang jahat tidaklah sulit, lagi pula, saya telah kehilangan semuanya!"

"Lalu.... Jika anda menyuruh saya untuk menggonggong, saya akan menggonggong, jika anda menyuruh saya untuk menggigit, saya akan menggigit, dan jika anda menyuruh saya untuk membunuh, saya akan membunuh semuanya tanpa tersisa. Bukankah cukup seperti itu?" Jawab Alexa penuh amarah dan tekad.

Andini tersenyum, lalu segera membawa Kate dan juga Alexa untuk kembali ke rumah.

Tbc.

Bleeding Souls (Psychopath 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang