19. persahabatan para ciwi

2.2K 366 63
                                    

Giselle kini berdiri, bersidekap dengan tatapan sengak bercampur emosi di samping mobil Jenan dan hanya berniat untuk menyuruh pulang cowok itu.

“Kenapa gak masuk?” tanya Jenan melihat Giselle hanya diam saja berdiri di luar mobilnya.

Giselle langsung melemparkan tatapan nyalang, “Lo kira gue mau masuk, gitu?” balas Giselle sinis.

Jenan cuman bisa tersenyum pasrah melihat reaksi Giselle, akhirnya dia menuruti ucapan cewek itu dan memilih buat mengobrol di depan mobilnya.

“Yaudah, ngobrol disini,” kata Jenan sambil menyandarkan tubuhnya pada kap depan mobil.

Mendadak pening Giselle. Bayangin aja Jenan dengan outfit hitam-hitam nya nyender ke kap mobil Pajero miliknya.

Gimanapun, Giselle gak bisa menampik kalo Jenan ini punya muka yang melebihi standar cowok ganteng di Indonesia. Sampai tumpah-tumpah ketampanannya.

“Siapa yang mau ngobrol sama lu??” seru Giselle, bercampur emosi sama kepala pening melihat tingkah Jenan.

Jenan cuek aja, “Ya lu, kan?”

“Enggak, ogah. Gue gaada yang perlu di obrolin sama lu!” seru Giselle sembari berbalik dan menjauh darisana.

Kalau ini Jenan yang dulu mungkin cowok itu gak bakal kejar, tapi berhubung sekarang dia sudah tertampar kenyataan kalo Giselle gak suka sama dia, maka mau gak mau dia harus berjuang, karena dia merasa gadis yang disukainya itu patut dapat diperjuangkan untuk mengembalikan kembali kepercayaan nya pada Jenan.

Jenan mengikuti Giselle yang ternyata berjalan masuk kembali kedalam gedung umum yang hari itu cukup ramai di lantai satu.

Giselle menoleh mendapati Jenan dengan langkah lebarnya mengikuti, sontak gadis itu mendengus dan tanpa ragu langsung memilih menaiki tangga ketimbang menunggu lift.

I really adore u, Giselle Citra, and i mean it!”

Teriakan Jenan itu membuat seluruh pasang mata di dalam ruang gedung lantai satu kompak mengarah pada keduanya.

Dimana Giselle yang tengah berdiri di tengah-tengah anak tangga dan Jenan dibawah yang terlihat sedikit ngos-ngos an, mungkin karena mengejar Giselle yang sempat mempercepat tempo jalannya.

Giselle membelalak, dan sebelum sorakan dari orang-orang disekitar mereka mulai memburuk buru-buru Giselle turun dan menyeret Jenan keluar darisana sambil membekap mukut cowok itu.

“Jenandra lo apa-apaan sih? Malu tau, astaga!!” omel Giselle sambil berjalan menyeret lelaki itu keluar menuju parkiran dimana tempat mobil Jenan terparkir.

Jenan diam saja, faktor mulutnya di bekap juga.

Begitu sampai parkiran Giselle tanpa sadar menyudutkan badan Jenan merapat pada tembok, baru ia melepaskan bekap tangannya di mulut Jenan.

“Jenan, lo implusif banget sih jadi anak? Kalo ada yang kenal kita gimana? Lu gak mikirin dampak kedepannya ya? Nama gue bisa buruk, nama lo juga. Parahnya bisa-bisa kita dianggep lagi pacaran, Jenan. Lo kalo ngomong dipikir dulu dong, bego banget sih!!” omel Giselle panjang lebar.

Jenan malah menyenderkan tubuhnya di tembok, menyamankan diri sambil mengamati gadis di depannya yang masih berbicara banyak. Ia tidak berkomentar apapun, malah seulas senyum terbit di bibirnya melihat bagaimana kini Giselle berbicara nyerocos tanpa tahu batasan.

Jenan suka melihatnya, melihat Giselle yang gak sadar bahwa dirinya tengah bicara apa dan pada siapa sekarang. Melihat Giselle yang tanpa jaim mengomelinya dengan berani.

tweny's unillusion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang