04. Debut

706 8 2
                                    

Benar saja, keesokan harinya aku mencari relawan. Aku berangkat ke sekolah lebih awal. Membuat mereka sedikit memicingkan mata tidak percaya. Memang bukan hal wajar jika mendapati aku berangkat pagi. Biasanya aku menjadi langganan 5 menit sebelum bel masuk berbunyi.

Pagi itu, aku spontan meminta temanku untuk menjadi relawan hipnotis. Untungnya tidak ada penolakan. Seperti halnya Anggar, mereka juga berekspresi seolah bertanya apakah aku benar-benar bisa?

Karena belum yakin itulah, aku membutuhkan kalian sebagai bahan pembuktian.

Relawan pertama adalah rekan se-ekskul karate. Dia bersabuk kuning, satu tingkat di atasku yang masih pemula bersabuk putih. Namanya Diah.

Permulaan yang sederhana. Pagi itu, aku hanya memberinya instruksi tidur.

"Kita coba hipnotis ya. Diah, aku pinjam tangan kananmu,"
Diah pun bersedia menjadi relawan.

"Perhatikan telapak tangan anda, bagian yang saya tekan ini," aku menekan telapak tangannya tepat di tengah menggunakan jari telunjuk.

"Saat telunjuk saya tidak lagi menekan telapak tangan anda, maka akan tertinggal sebuah titik di sana," aku pun menarik jari telunjukku.

"Bisa anda lihat titiknya, anggukkan kepala jika sudah terlihat jelas," dan Diah mengangguk pelan.

"Oke. Perhatikan terus titiknya, semakin diperhatikan, titiknya akan semakin besar. Bisa disebutkan warnanya apa?"

Putih

"Ya. Perhatikan titik putihnya, saat ini anda sudah tidak bisa berpaling dari titik yang semakin membesar di telapak tangan anda. Rasakan titik tersebut semakin besar, besarnya sudah melebihi ukuran telapak tangan anda. Perlu anda ketahui, ternyata semakin besar titiknya, semakin silau warnanya," aku melihat mata Diah mulai menyipit khas seperti menghalau cahaya matahari.

"Sangat silau ya, anda bisa menutup mata anda jika merasa titik itu sudah terlalu menyilaukan untuk mata anda, dan saat mata anda tertutup..... Anda akan..... Tidur!"

Diah seketika menyandarkan kepala ke belakang, dia tertidur begitu tenang.

Lagi-lagi posisi tidur yang tidak nyaman. Aku memanggil orang terdekat untuk duduk di samping Diah. Meminta agar meminjamkan bahu untuk sandaran kepala bagi Diah.

"Diah kenapa put?"

"Tidur, kena hipnotis"

"Hah? Serius? Beneran kena hipnotis?"

Mendengar kata hipnotis, mereka yang tidak diperlukan semakin berkerumun. Seperti melihat sesuatu yang langka, unik, dan menyenangkan untuk ditonton.

"Kenapa tuh?" Kata orang yang baru bergabung ke dalam kerumunan.

"Hipnotis," kata yang lain lagi.

"Beneran? Tanyain-tanyain buat kayak Uya Kuya,"

Jujur aku sedikit merasa terganggu, dan aku tidak mau mengusik privasi relawan.

"Diah, bisa dengar suara saya?" Diah pun mengangguk pelan.

Samar-samar terdengar suara mereka yang berbisik tidak percaya.

Ini beneran hipnotis?

"Dengarkan perintah saya, nanti pada hitungan ketiga, anda akan terbangun dari tidur singkat anda. Anda akan sepenuhnya terlepas dari pengaruh hipnotis ini, dan anda akan kembali ke diri anda seperti semula. Hitungan ketiga anda akan bangun dengan perasaan yang segar sekali seperti baru saja tidur nyenyak semalaman. Satu, dua, tiga! Bangun,"

Akhirnya Diah terbangun sesuai dengan apa yang aku perintahkan. Dia mengusap mata sebentar, dan menatap sekeliling yang ternyata sudah dikelilingi teman-teman sekelas.

"Gimana rasanya dihipnotis?"

Enak.

Waktu bersantai pun selesai, saatnya fokus ke pelajaran pertama.

***

Hari itu, aku melakukan hipnotis kepada tiga relawan termasuk Diah. Masih dengan instruksi dasar yang sederhana, hipnotis tidur. Mereka yang menyaksikan terlihat takjub dan tak sedikit pula mengajukan diri menjadi relawan selanjutnya.

Aku menyadari bahwa hipnotis ini memang berhasil, dan aku bisa melakukannya. Tapi ada saja hal yang masih mengganjal di pikiran.

Mengapa semua hipnotis yang kulakukan pada mereka tidak ada satupun yang gagal? Aneh, tidak mungkin semudah itu kan?!

***

Semenjak debut hari pertama menjadi praktisi hipnotis di kelas, jam istirahat pun menjadi waktu pertunjukan sekaligus waktu untuk mencoba instruksi baru yang lebih variatif.

Referensi yang aku gunakan adalah adegan hipnotis di acara-acara tv. Hal pertama yang aku coba adalah meniru Uya Kuya. Aku biasa menyebutnya sebagai "Hipnotis Uji Kejujuran".

Hari berikutnya aku mencoba meniru acara tv yang adegannya adalah Rafi Ahmad dibuat tidak takut rambutan. Aku hanya meniru konsep dasarnya, yaitu menjadikan benda tertentu terlihat sebagai benda lain.
Properti yang aku butuhkan adalah sabuk, yang nantinya akan menjadi ular. Istilah yang aku pakai biasanya adalah "Hipnotis Ubah Wujud"

Selanjutnya aku juga terinspirasi dari kartun Spongebob Squarepants. Adegan saat Spongebob lupa bagaimana caranya mengikat tali sepatu, aku meniru itu sebagai variasi hipnotis yang aku sebut "Hipnotis Lupa"

Dan pada kesempatan lain, aku mendapat inspirasi lagi dari acara tv yang menampilkan adegan Almarhum Olga dihipnotis menjadi orang lain, seperti memakai hologram  yang membuat tingkah laku relawan menjadi karakter pada hologram tersebut. Aku menyebutnya sebagai "Hipnotis Hologram"

Berbagai macan uji coba aku lakukan dan aku kembangkan. Mulai dari meniru acara tv, meniru hipnotis yang biasanya Mr. Ars lakukan, sampai permainan hipnotis yang menjadi andalanku sendiri.

***

Pikiranku sibuk mencari permainan apa yang akan aku tunjukkan selanjutnya,
Dari berbagai percobaan aku mempelajari apa saja yang bisa dilakukan.

Hussstttt....
Aku juga pernah gagal!
Dan aku punya rahasia lainnya!

#satu,dua,...tidur!

***

28.5.21
Nurmalita Putri J

Satu, Dua, ... Tidur!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang