01. Relawan

1.1K 12 0
                                    

Kalian pembaca #Sunyitabu pasti tahu kalau aku mengikuti ekskul Karate. Karate merupakan seni beladiri dari Jepang, berasal dari kata kara dan te. Kara artinya kosong, dan te artinya tangan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa karate adalah seni bela diri yang gerakan jurus-jurusnya terfokus pada beladiri tangan kosong.

Pembina karate di sekolahku biasa disebut dengan senpai. Dia menjabat sebagai pembina di berbagai ekskul, salah satunya pramuka.

Sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa dia memiliki kemampuan di bidang hipnotis. Tidak hanya di kegiatan pramuka, dalam karate pun dia sering memberi sugesti pada karateka (praktisi karate).

Mulanya hanya berupa sugesti ringan, seperti sugesti membayangkan tempat latihan berada di dataran tinggi yang sejuk. Atau sugesti bahwa lapangan yang sebenarnya panas ini merupakan lantai marmer yang dingin.

Di waktu istirahat, dia kembali membuat pertunjukan. Meminta salah satu relawan untuk dijadikan mainan.

Kalau yang sebelumnya hanya hipnotis tidur, kali ini sugesti yang diberikan lebih dari itu.

"Apa yang kalian tahu tentang hipnotis?" tanya Mr. Ars selaku senpai kala itu.

Hiburan.
Penipuan.
Pembodohan.
Settingan.
Kejahatan.
Permainan.

"Apa kalian tahu, di luar sana hipnotis juga dipakai untuk terapi dan salah satu metode bius dalam operasi bedah tertentu?"

"Hipnotis itu bentuk dari manipulasi sugesti pada otak, ..." Dia memberi jeda sebentar.

"Semua gerak sadar tubuh dan indera yang kalian punya dikendalikan oleh otak. Manusia hanya menggunakan 20% kemampuan otaknya. Otak kamu akan jauh bermanfaat kalau kamu bisa mengendalikannya."

"Fungsi otak itu kompleks, dan seringnya manusia mengendalikan otak secara tidak sadar. Percaya tidak percaya, kalian bisa menghangatkan tubuh hanya dengan membayangkan api di depanmu."

"Kalian juga bisa kebal dari rasa sakit hanya karena sugesti otak. Tidak perlu ilmu-ilmu mistis untuk kebal, otak kamu lebih dari sekadar menakjubkan untuk memberi perintah mati rasa..."

".... Jadi, siapa yang mau coba membuktikan?"

Hening.
Kami yang duduk melingkar pun saling melempar pandang. Melirik satu sama lain, menanti siapa yang sudi menjadi relawan hipnotis kali ini.

"Sa.. saya senpai," dia Anna, karateka dengan sabuk putih.

Sebuah tempat kosong di depan Mr. Ars telah diisi seorang relawan. Anna duduk bersila menghadap Mr. Ars dengan tangan yang saling berjabatan.

Tangan Anna mulai digoyangkan ke kanan dan ke kiri dengan gerakan yang luwes. Dengan mata terpejam, dia mulai menajamkan indera pendengaran.

"Lemaskan... Relax... Rasakan bahwa tangan ini tidak memiliki tulang.. Anda cukup membiarkan saya menggerakkan tangan ini."

"Semakin cepat gerakan saya, maka tangan Anda semakin lemas. Rasakan tangan Anda benar-benar lemas, dan Anda tidak memiliki kendali terhadap tangan Anda yang satu ini."

"Buka mata, lihat tangan Anda, tarik napas.." Mr. Ars mengangkat tinggi tangan Anna.

"Buang pelan..." Tangan itu dilepaskan hingga terhempas turun.

"Lemaskan lagi... Rasakan tulangnya hilang." Tangan itu kembali digoyangkan.

"Tarik napas lebih dalam..." Kembali ia angkat tinggi tangan itu.

"Buang napas, relax..." Lantas dihempaskan lagi.

Begitu terus, berulang sampai tangan Anna benar-benar seperti lengan baju panjang tanpa penyangga. Tangan yang lembek tanpa tulang, jatuh dengan luwes saat dilepas dari genggaman Mr. Ars.

Satu, Dua, ... Tidur!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang