3

98 11 3
                                    

Suara kicauan burung dan cahaya yang masuk melewati jendela berhasil membuat Petra membuka matanya dari tidur nyenyak.

Ia terkejut bisa melihat Erwin sedang tertidur disampingnya tanpa helai atasan dan hanya menggunakan celana boxernya.

Semuanya tampak nyata, Petra bingung ini mimpi atau bukan. Dimulai dengan rambut pirang Erwin yang begitu berantakan, wajah tampan yang terlihat tenang, dan lekukan tubuh yang menggairahkan.

Pipi Petra memanas. Kya! Apa ini? Apa aku sedang bermimpi? Apa aku terlalu menyukai Erwin sampai aku memimpikan hal erotis dengannya? Ah.. selama ini aku juga kesepian dan waktunya untuk menikah. Dasar aku budak hormon.

Petra kemudian tersipu malu sambil menatap intens wajah tampan Erwin dan mencoba untuk menyentuh setiap lekukan maskulin yang terpatri di wajahnya.

Tapi jika untuk mimpi, ini terlalu nyata bagi Petra.
Petra pun beralih dari menyentuh wajah Erwin menuju rambut pirangnya dan mengusapnya dengan lembut.

Tuhan, jika ini memang mimpi tapi ini terlalu realistis. Aku bisa merasakan rambut halus Erwin.

Tiba-tiba sebelah tangan Erwin menahan lengan Petra yang sedang mengusapnya dan mulai membuka matanya.

Petra dan Erwin sekarang beradu pandang. Oh no!

Petra mengerjapkan matanya berulang kali sambil membasahi tenggorokannya yang kering. "E-Erwin?"

"Ya?" Jawab Erwin ringan.

Petra menyadari kalau kondisi ini bukanlah mimpi, ia segera menarik tangannya dari rambut Erwin dan secepat mungkin melindungi tubuhnya sendiri kemudian menjerit. "Kya!"

Petra langsung bangkit berdiri menuruni ranjang mencari toilet. Saat hampir mencapai pintu toilet yang berada didalam kamar, Petra tidak sengaja menginjak perut seorang pria yang sedang tertidur dilantai dan nampaknya pria itu kesakitan.

"Kya!" Petra menjerit lagi sambil memasuki toilet dan menguncinya.

Jantung Petra berdegup begitu kencang. Ia berusaha mengendalikan emosinya dengan cara menarik oksigen melalui hidung dan mengeluarkannya perlahan melalui mulut.

Petra terkejut saat ia tidak sengaja melihat tangannya menjadi kekar dan berotot. Kemudian dengan segenap keberanian ia memberanikan diri untuk bercermin.

Petra melotot melihat bayangannya di cermin yang menampakkan seorang pria yang tidak asing baginya.
Tangannya tergerak untuk meraba-raba wajahnya yang terpantul di cermin untuk memastikan kalau ini bukan mimpi.

Yaitu wajah seorang pria yang sering digosipkan para karyawan Shopping Mall bahwa Levi tidak pernah bilang minta maaf kepada siapapun walaupun ia bersalah.

Petra kemudian menghirup udara keras-keras. Dengan sedikit rasa keberanian masih dengan jantung yang berdebar-debar, Petra memutuskan untuk lebih memastikan lagi dengan meraba-raba sesuatu diantara selangkangannya dan menjerit. "Kya! Aku punya naga!"

Petra berlari berhamburan keluar dari toilet untuk menemui Erwin yang telah duduk di sisi ranjang.

"Erwin! Aku punya naga dan dua bola dibawah sini! Bagaimana ini!" Petra berteriak sambil menunjuk sesuatu dibawah tubuhnya dengan perasaan kalut.

"Sudah jelas bukan, kau hanya perlu mengumpulkan 5 bola naga lagi." Kata Erwin ringan. "Setelah mengumpulkan 7 bola naga akan muncul dewa naga yang mampu mengabulkan segala permintaan." lanjutnya.

Petra berteriak, "Itu anime Dragon Balls! Maksudku—"

"Maksud Levi itu dia memiliki pisang Win." Mike mengartikan maksud Petra walaupun Petra tidak tahu siapa sebenarnya pria itu, yang ia ingat tadi ia tidak sengaja menginjak perutnya saat menuju toilet.

"I-Iya maksudnya aku tiba-tiba memiliki pisang dibawah sini!" Petra menunjuk-nunjuk bagian bawah itu lagi. Ia masih meminta penjelasan kenapa ia tiba-tiba menjadi seorang pria.

Sementara Erwin semakin kebingungan, "Bukannya memang dari dulu kau memiliki naga dua bola atau pisang?"

Erwin melirik Mike. "Benarkan Mike? Kita bertiga pria, tentu saja memiliki naga dua bola."

Mike mengangguk dengan keras menyetujui pernyataan Erwin.

Petra akhirnya terduduk dari berdirinya. Ia sudah menyerah dengan keadaan. Sekeras apapun Petra menjelaskan pasti mereka tidak akan percaya. Lebih baik ia memilih diam dan mencari solusi.

Kehadiran Hanji yang secara mendadak menutup fakta bahwa ia memang tidur di kamar terpisah kemudian memecahkan suasana. "Hewo Para pejantan! Lho?" sebelah alis Hanji terangkat saat mata bulatnya melihat ekspresi Levi yang sedang putus asa.

Hanji melirik Erwin dan Mike bergantian dengan tatapan menuduh," Apa yang kalian lakukan dengan Levi yang malang ini?" Hanji menunjuk Petra.

Erwin dan Mike saling beradu pandang resah akan drama Hanji. Sedangkan Hanji melanjutkan drama recehnya di pagi hari. "Kalian berdua teganya membuat wajah Levi yang selalu buruk tambah buruk!"

"Lihat sekarang! Lihat!" Hanji menunjuk keras Petra lagi yang masih terduduk dilantai tanpa kata. "Sekarang ia tidak lebih seperti batu."

"Kenapa harus batu?" Tanya Erwin penasaran.

Hanji menjawab. "Karena batu mencerminkan Levi. Keras dan kaku."

"Bukankah dari lahir Levi memang seperti itu?" Ucap Erwin sambil tertawa ringan.

Lalu tanpa disadari Hanji, Mike sudah berada dihadapannya dan menegur, "Sudah dramanya?!"

Sebelum Hanji benar-benar menjawab, Mike memukul  keras wajah Hanji dengan sebuah bantal kemudian Hanji meneriaki Mike, "Dasar laki-laki BDSM!"

YOU are ME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang