5

75 9 18
                                    

Levi mondar-mandir tidak jelas di kamar setelah memecahkan beberapa piring dan gelas. Itu bukan salahnya, selama hidupnya Levi tidak pernah memasak apa lagi untuk cuci piring.

Dari dulu ia selalu dimasakkan oleh para chef terbaik di rumahnya.
Ia kemudian duduk di pinggir ranjang untuk berpikir bagaimana caranya agar ia bisa kembali ke rumahnya. Sungguh ia tidak betah ada di rumah minimalis ini.

Pertama yang ia harus lakukan adalah mengetahui latar belakang tubuh wanita yang sedang ia tempati ini. Levi mulai mencari tahunya melalui ponsel yang tergeletak di meja samping ranjangnya.

“Oh, shit!” Levi mengumpat saat ponsel berwarna pink itu meminta pin password untuk membuka layar.

Levi tidak kehilangan ide, ia mencoba menempelkan sidik jarinya di ponsel pintar itu. Zaman sekarang semuanya serba canggih, jadi sidik jari merupakan cara lain untuk membuka ponsel selain pin password. Seperti yang selama ini Levi gunakan.

Levi nyaris membuang ponselnya ke lantai saat ponsel itu tidak di atur dengan sidik jari, “Bisa-bisanya wanita ini tidak menggunakan sidik jari! Dia ini hidup di zaman modern apa zaman dinosaurus, sih?!”

Pria itu menghela nafas dalam-dalam mencoba untuk mengatur emosinya sambil mengusap wajah dengan sebelah tangan.

Baiklah Levi menyerah untuk ponsel, sekarang ia mencari dompet wanita yang bernama Petra ini. Ia melirik tas berwarna hitam lalu membuka resletingnya lalu menumpahkan semua isi dalam tas itu di atas ranjang.

Dengan mudah Levi menemukan dompet berwarna pink, sepertinya Petra maniak warna pink. Ia membuka dompetnya dan menemukan kartu tanda pengenalnya. Levi memeriksanya, namanya Petra Ral dan usianya lebih muda darinya, beda delapan tahun. Levi bergumam, “Cih, masih bocah.”

Sisi matanya kemudian melirik sapu tangan yang bercampur dengan benda-benda lain dari tas Petra tadi, lalu mengambilnya dengan jijik. Ia memerhatikan baik-baik sapu tangan yang bernoda darah kering itu. “Iuh, jorok sekali perempuan ini. Masa sapu tangan kotor ini tidak dibuang?”

Saat Levi hendak membuang sapu tangan itu ke tempat sampah. Levi tidak sengaja melihat ada bordir nama “Erwin Smith”

Tunggu, tunggu. Levi mencoba mengingat kejadian kemarin. Saat itu ia tidak sengaja menginjak tali sneakers sampai perempuan itu terjatuh dan Erwin membantunya dengan memberinya sapu tangan.

Oh My God! Ternyata aku terjebak di tubuh perempuan yang tidak sengaja aku celakai?” Levi menjerit tidak percaya.

Pokoknya Levi tidak peduli, ia akhirnya memutuskan membuang sapu tangan itu ke tempat sampah. Dari sekilas ingatannya tadi, Petra memakai seragam shopping mall milik grupnya. Levi yakin Petra bekerja di sana.

“Sudah ku duga,” kata Levi saat menemukan seragam shopping mall grupnya ada di lemari baju Petra.

Levi kemudian memutuskan keluar kamar dengan mengendap-endap. Ia malas jika bertemu dengan Farlan, laki-laki itu pasti akan menyuruhnya menyapu lantai. Levi bisa menebaknya setelah tadi dia menyuruhnya masak dan mencuci piring.

Jadi misinya kali ini, ia akan keluar rumah minimalis Petra untuk mengetahui jalan menuju rumahnya. Yah minimal bisa ke shopping mall grupnya terlebih dahulu kemudian bisa meminta tolong kepada Erwin agar mengantarkannya pulang karena saat ini ia tidak memiliki uang sepeser pun.

Levi terperanjat kaget saat Farlan sudah berdiri di dekat pintu keluar sambil menyilangkan tangan di depan dada, “Bisa tidak kau tidak mengagetiku, eh?!”

Dahi Farlan mengernyit, “Seharusnya aku yang tanya, kenapa kau berjalan mengendap-endap seperti maling, eh?”

Levi segera memperbaiki posisi berdirinya menjadi elegan, “Tidak, aku tidak berjalan mengendap-endap. Matamu saja yang kelilipan.”

YOU are ME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang