"Dan kanker adalah cara terbaik tuhan untuk menunjukkan padaku, betapa kau teramat berharga."
~

Kala itu, adalah musim gugur. Seorang wanita berambut emas sebahu dengan seikat lily putih di lengannya, berjalan menyusuri perbukitan Charlottetown yang letaknya berada di bagian selatan pantai Green Gables.
Kacamata hitam bertengger diwajahnya, namun tidak menutupi raut muram yang terpancar disana. Ia mengangkat gaun musim gugurnya, begitu genangan air terinjak oleh sepatu boots hitam yang ia pakai. Lantas langkahnya semakin pelan seiring dengan sebuah pusara yang semakin tampak terlihat dari balik kaca mata gelapnya. Ia menatap sendu pusara tersebut, lalu berdiri mematung sesaat setelah ia sampai di ujung kaki pusara.
Menatap sang nisan dengan nanar. Membaca kembali runtaian kalimat disana yang sudah ia hapal betul karena terlalu sering ia mengulang untuk membacanya.
“Disini terbaring seorang lelaki bermata zamrud, yang pamit bersama dinginnya musim gugur.”
Wanita itu lalu melepas kacamatanya. Dan meletakkan lily yang ia bawa pada bawah nisan sang pemilik pusara.
Kedua matanya mulai berair.
Lantas ia menjatuhkan tubuhnya terduduk di atas rumput pekuburan. Dan menangis tersedu sambil sesekali menggumamkan nama sang pemilik pusara dengan mulut yang bergetar. Hembusan angin sore menjatuhkan beberapa daun maple hingga salah satu dari mereka turun tepat di atas rok gaun sang wanita.
Ia berhenti menangis, menyentuh daun oren itu lalu memejamkan matanya membisikkan sesuatu di dalam hati.
“Teruntuk musim gugur yang membawanya pulang ... Tuan, bilamana setiap kembali kau berkenan untuk membawa lagi pangeranku yang sudah terlelap tenang, aku akan selamanya hidup dalam guguran daun Maple.”
——————————————————
Proudly Present,
A Romance Novel, written by | AdelliaaChen
©2021All Right Reserved
16+Instagram :
AdelliaSeptiaa—S A U D A D E —
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE
Romance"My Love, won't die. Althougt I'm leaving you someday." Di tahun terakhir kuliahnya, Oscar Matthew harus menerima kenyataan jika dirinya mengidap kanker pankreas stadium tiga. Seluruh mimpi yang sudah ia tata sedemikian rapih tandas begitu saja kare...