Hello its A, dont forget to click vote and comments something for this chapter, love you.Happy Reading!!
Oscar Matthew mengambil kunci mobilnya yang ada di meja nakas. Pakaiannya sudah rapih dengan menggunakan celana denim panjang dan kaus turtle neck yang dilapisi Hoodie putih. Sebuah jam tangan hitam sekaligus alarm pengingat jadwal minum obat melingkar dilengan kirinya, Dokter Harry memberikan itu pada Oscar, agar ia tidak lagi lupa meminum obatnya.
Oscar menatap pantulan wajahnya di cermin. Cukup kurus, meski rahangnya belum benar-benar terlihat tajam. Namun mata sayu dan bibir pucatnya benar-benar tidak bisa ditutupi. Oscar menghembuskan napasnya dalam, merasa bingung apakah ia harus pergi kesana atau tidak. Sebenarnya, Oscar juga tidak cukup yakin jika Valerie akan benar-benar menunggunya atau tidak. Oscar juga tidak tahu apa yang akan wanita itu katakan pada Oscar sampai harus melakukan makan malam seperti ini.
Karena benar apa yang dikatakan oleh Valerie tempo dulu, jika mereka tidak sedekat itu sampai keduanya harus kembali melakukan makan malam terlebih lagi berduaan seperti ini. Sangat tidak baik, karena Oscar tidak bisa mengontrol perasaannya lagi nanti.
Namun pada akhirnya Oscar berkeputusan untuk pergi. Pria itu memasukkan beberapa obatnya pada saku hoodie dan satu bungkus rokok dan sebuah pematik. Ia memakai sepatu conversenya lalu berjalan menuruni tangga menuju ruang tengah, dimana Erick dan Nathalie sedang bersantai bersama menikmati acara televisi yang menampilkan saluran berita.
Erick dan Nathalie memincingkan mata mereka begitu melihat penampilan Oscar yang sudah rapih.
“Kau akan pergi?” Tanya Erick, dan Nathalie menghampiri Oscar lalu menyentuh kening putranya itu berniat mengecek suhu badan Oscar. Oscar berdecak sebal.
“Ibu aku sudah lebih baik. Dan ya aku akan pergi sebentar.”
“Bukankah sebaiknya kau pergi besok pagi saja Oscar? Apa ini adalah bagian dari kampus?” Kali ini Nathalie yang bertanya.
Oscar menggeleng kecil, lalu melirik sekilas jam tangan di lengannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Jika Oscar tidak bisa segera meyakinkan kedua orang tuanya, maka ia akan terlambat.
“Aku berjanji akan pulang sebelum tengah malam.”
“Kau yakin?” Kata Erick. Oscar menatap ayahnya sambil tersenyum hangat lalu kemudian mengangguk.
“Tentu saja, astaga. Sejak kapan aku berubah menjadi anak gadis seperti ini? Aku Oscar. Ayah, ibu, aku bisa menjaga diriku sendiri. Kalian tidak perlu khawatir.”
“Bukan begitu, aku hanya—“
“Ibu, sepertinya aku harus jujur jika gadis yang kusukai sedang menungguku saat ini. Aku harus benar-benar pergi sekarang.”
“Gadis apa?” Nathalie menjawab tak percaya. Seumur hidupnya ia tidak pernah mendengar Oscar mengencani siapapun. Hanya beberapa kali ketika Olivia dulu sering menggoda kakaknya itu dengan memberitahukan pada Nathalie tentang kisah romansa putranya, namun Oscar selalu membantah dan membalas godaan Olivia dengan malas-malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE
Romance"My Love, won't die. Althougt I'm leaving you someday." Di tahun terakhir kuliahnya, Oscar Matthew harus menerima kenyataan jika dirinya mengidap kanker pankreas stadium tiga. Seluruh mimpi yang sudah ia tata sedemikian rapih tandas begitu saja kare...