34. Arka dengan Sendu

78 10 5
                                    

"Semuanya masih belum berakhir jadi tolong bertahan sampai akhir."—Arka dengan Sendu.

****

Setelah mendapat telepon dari sopir pribadi Abraham itu Arka segera bergegas untuk kembali ke rumah sakit dan berniat membahasnya dengan Daraga. Tapi di tengah perjalanan menuju ruang ICU tempat Sendu di rawat beberapa dokter dan perawat tampak berlari tergesa-gesa membuat perasaan Arka tak enak seketika.

Terlanjur cemas Arka pun menyusul para petugas medis itu dan benar dugaannya mereka berhenti di depan pintu ICU tempat dimana Sendu dirawat. Tapi, tunggu... ada darah yang tercecer di dekat pintu itu membuat perasaan Arka semakin tak karuan. Darah siapa itu?

Arka menerobos petugas medis yang masih diam di depan pintu. Tangannya memutar knop pintu dan begitu pintu terbuka hal yang tak pernah Arka bayangkan menjadi pemandangan pertama yang harus di lihatnya.

"RIVAN LO BENER-BENER BAJINGAN!" murka lelaki itu lalu berlari menerjang tubuh Rivan yang entah kenapa mendadak lemas.

"Bawa Pak Daraga ke ruangan sebelah dan segera lakukan tindakan!" titah dokter dengan rambut penuh uban. Segera dokter lainnya melakukan tindakan pada Daraga yang kritis. Sedang si dokter berusaha menyelamatkan Sendu yang detak jantungnya semakin melemah.

Lain dengan Arka yang masih menerjang tubuh Rivan. Untung saja ruangan itu luas jadi ketika tadi Rivan menyerang Daraga juga Arka yang sekarang menyerangnya menjadi leluasa.

"Suster tolong panggil keamanan dan suruh mereka keluar!" titah dokter itu lagi dengan keringat yang bercucuran di pelipisnya.

Rasanya baru pertama kali dokter itu berada di posisi mencekam seperti ini. Melihat kondisi ruangan yang penuh darah juga kebisingan yang berasal dari perkelahian dua lelaki yang tak dirinya kenal membuat fokusnya pecah.

"Tolong kalian keluar atau nyawa Nona Sendu menjadi taruhannya. Biarkan saya fokus menanganinya," tegas si dokter membuat Arka menghentikan aksinya. Wajah Arka memerah dengan mata yang penuh kilatan amarah.

Arka menyeret tubuh Rivan keluar ruangan sesuai instruksi dokter tadi. Begitu sampai di luar Arka tak dapat menahan amarahnya lagi dan langsung menghadiahkan bogem mentah pada Rivan.

"Kenapa? Kenapa harus Sendu yang lo incar? Apa lo gak puas buat Rachel pergi? Sekarang lo mau gue kehilangan cewek gue lagi? Iya? Hah?" Tangan Arka menarik kerah baju Rivan sedang Rivan hanya menatap Arka dalam.

Rivan melihat ekspresi wajah Arka yang membuatnya kembali teringat peristiwa lima tahun lalu. Ekspresi penuh amarah, kekhawatiran dan takut kehilangan tergambar jelas di wajah rupawannya.

"Target gue cuma Daraga," jawab Rivan membuat Arka mengerutkan keningnya.

"Gue cuma mau balas dendam atas kematian orangtua gue, apa itu salah?" tanya Rivan balik. Arka menggertakkan giginya dengan tatapan tajam yang dilayangkan kepada Rivan.

"Lo bikin Rachel kecewa lagi, Van," ujar Arka pelan membuat Rivan diam membatu.

"Apalagi sekarang lo kerjasama dengan Abel orang yang udah bunuh Rachel, Van," lanjut Arka semakin memojokkan Rivan. Sekarang Rivan menyadari salah satu kebodohannya yaitu kembali masuk ke lubang yang sama.

"Lo tau darimana?" tanya Rivan pelan membuat Arka mendengus kesal.

"Gak penting gue tau darimana," sahut Arka sambil meredam amarahnya. Tak lama beberapa petugas keamanan rumah sakit dan polisi datang.

"Tolong hukum dengan seberat-beratnya," kata Arka sambil menyerahkan Rivan ke pihak yang berwajib. Arka menghembuskan napasnya dengan kasar lalu mengintip ke dalam ruang ICU.

Arka dengan SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang