6. Arka dengan Sendu

188 19 0
                                    

"Semua orang membenciku tapi mereka membiarkanku hidup dengan kebencian mereka. Ini sungguh tidak adil! Lebih baik aku mati saja."-Sendu Quensha Ranatasya.
***

Sudah genap seminggu setelah Arka sakit, lelaki itu kini sudah kembali sibuk dikantornya mengurusi segala macam bisnis diberbagai kota. Sepasang matanya terfokus pada layar laptop didepannya juga jari-jarinya yang lihai mengutak-atik keyboard.

Fokusnya teralihkan saat melihat Anjani masuk ke ruangannya. Arka tersenyum ke arah wanita paruh baya tersebut lalu menyapanya, "hai, Mah! Tumben Mamah mampir ke kantor."

"Hai juga, Ka! Emang Mamah gak boleh ya mampir ke sini?" balas Anjani dan dengan cepat Arka menyangkalnya.

"Bukan gitu, Mah. Cuma agak aneh aja," sangkal Arka yang sedikit terlihat kikuk di depan mamahnya.

"Mamah cuma mau ngingetin, hari ini kamu jangan lembur besok kan mau ngelamar Sendu. Gak lucu dong kalau kamu besok kesiangan," ujar Anjani pada anak lelakinya itu. Arka menepuk jidatnya, lelaki itu lupa dengan acara besok. Untung saja Anjani mengingatkannya walaupun Arka tidak mengharapkan acara besok.

"Arka lupa, Mah," cicitnya sambil tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. Anjani geleng-geleng kepala menanggapi sikap putranya yang memang pelupa itu.

"Masih muda udah pikun gimana nanti udah tua masa iya amnesia," cibir Anjani pada Arka.

"Mamah bisa aja. Makan siang yuk, Mah! Mumpung kerjaan aku udah selesai," ajak Arka yang disambut antusias oleh Anjani.

"Ayok, udah lama juga gak makan siang bareng kamu. Habisnya kamu sibuk banget sih, Ka," balas Anjani yang membuat Arka tersenyum samar.

***

Keadaan kamar Sendu saat ini begitu acak-acakan. Banyak gaun-gaun yang berserakan di kasurnya. Sedari tadi gadis itu mencari baju yang cocok untuk acara besok. Jika mengingat besok Arka akan melamarnya pipi Sendu selalu bersemu merah dan bibirnya melengkung bahagia.

"Baju-baju aku yang bagus pada kemana sih? Perasaan aku beli baju tiap minggu tapi kok gak ada yang bagus buat di pakai besok?" gerutu Sendu kesal karena sudah capek mengobrak-abrik isi lemarinya tapi tak kunjung menemukan baju yang pas. Kakinya ia hentakkan ke lantai dengan kesal hingga tanpa sengaja telapak kakinya tergores pecahan kaca yang entah darimana asalnya.

"Ssst!" Sendu meringis lalu mendudukkan dirinya ke kasur. Telapak kakinya berdarah dan begitu terasa nyeri. Sendu memanggil asisten pribadinya menggunakan telepon agar segera datang membawakan kotak P3K.

"Temui saya dikamar dan jangan lupa bawa kotak P3K!" perintah Sendu lalu mematikan sambungan teleponnya. Lagi-lagi mulut manisnya meringis padahal ini hanya luka biasa baginya.

Untuk mengantisipasi agar darahnya tidak berceceran, Sendu melapisi lukanya dengan tisu yang tersedia di kamarnya.
Handphonenya yang berada di atas nakas tiba-tiba berdering dan menampilkan nama seseorang yang paling Sendu hindari. Tapi, mau tak mau Sendu harus menerima panggilan itu.

Sweet Monster^^ is Calling...

"Halo, Ada apa kamu telepon aku?" tanya Sendu langsung to the point tak mau banyak berbasa-basi.

"Emang salah saya telepon kamu?" tanyanya balik yang membuat Sendu mendengkus kesal.

"Nggak salah, tapi tumben aja kamu telepon aku," ujar Sendu pada seseorang di seberang sana.

"Saya kangen kamu," katanya yang membuat hati Sendu menghangat.

"Tumben kangen aku, biasanya juga enggak," cibir Sendu sambil mencebikkan bibirnya.

Arka dengan SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang