2

8 1 0
                                    

Tema: rumah kosong
Genre: komedi
Penulis: WolferDarkos

Aku hanya bisa memandang datar celoteh temanku di ruang tengah. Pagi-pagi sekali dia datang, membangunkanku yang sedang  berlayar di lautan mimpi. Tapi dia dengan santuy-nya masuk ke kamarku, lalu melompat hingga menimpaku dengan keras. Ayolah, ini hari minggu.

Sialan. -_-

Dan sebagai informasi, dia membangunkanku hanya untuk bercerita mengenai rumah kosong di depan sekolah kami. Demi celana dalam Davy Jones, aku ingin memukul kepala temanku ini supaya otaknya kembali ke tempat.

"Kau tau Kyle? Katanya, pernah ada yang melihat kepala melayang di rumah kosong itu. Hanya kepala, tanpa tubuh, kalau aku yang melihat, pasti langsung aku potret." Celotehnya, sambil melahap makanan ringan yang aku suguhkan.

Sementara aku, hanya duduk dengan menopang kepala. Bosan.

Rumah sedang kosong, harusnya ini menjadi hari yang menyenangkan untuk bangun siang.

Ah, benar, namaku Kyle Fetzer, dan temanku yang sekeliling mulutnya sedang penuh bumbu makanan ringan ini, namanya Licht Geraldo. Kami bertetangga sejak masih kecil, dan setiap kali bosan, dia akan berlari kemari.

Orang tua kami sibuk bekerja dan jarang pulang, hanya sebagai informasi jika kalian penasaran, kalau tidak...aku memaksa.

Seperti saat ini, aku yakin dia hanya bosan dan ingin jalan-jalan. Cerita mengenai rumah kosong ini juga pasti hanya alibinya saja. Aslinya dia takut sendirian setelah mendengar cerita hantu dari teman sekelas kami.

Licht itu penakut, tapi sikap ingin taunya hampir sama dengan monyet di film animasi anak itu. Siapa namanya? Jorg? Jeorg? Entahlah, aku lupa.

"Jadi, bagaimana kalau kita memeriksa rumah itu?"

See? Ujung-ujungnya pasti begitu. Lihat bagaimana dia memasang tampang 'anak anjing mengenaskan'-nya. Aku mengalihkan tatapan, memilih menyeruput coke milikku.

"Ayolah Kyle."

Aku meletakkan kaleng minumanku ke meja, menatap mata berwarna champaignnya.

"Aku tidak mau melakukannya secara gratis kali ini, jadi, apa bayarannya kalau aku menurutimu?"

Licht mengelus bibirnya,"Bagaimana kalau aku mentraktirmu bakwan anget selama seminggu?"

Aku menggeleng.

"Bermain ke time zone?"

Aku kembali menggeleng. Dia kembali menguleni bibirnya dengan jari hingga memerah. Pemandangan yang tidak baik untuk hati dan adikku di bawah sana.

Diamlah, aku memang menyukainya, masalah?

"Baiklah, aku akan menyetujui satu permintaanmu, apapun, bagaimana?"

"Apapun?"

"Apapun, deal?"

Licht menyodorkan kelingkingnya, aku tersenyum simpul lalu menyambut ulurannya.

"Tapi ingatlah, kalau nanti ada kepala atau pisau terbang. Sebaiknya kau jangan bersembunyi di belakangku."

Aku berdiri, berjalan menuju kamar saat mendengarnya berteriak.

"What?! KOK GITU?"

Aku menghela napas,"Licht, kau itu laki-laki, kapan belajar berani?"

Dia memainkan jarinya dengan imut, sambil memajukan bibirnya. Gigit boleh nggak?

"Selama ada Kyle, aku tidak perlu berusaha berani, kan?"

Hanya helaan napas yang bisa aku lakukan, tapi sifat bergantungnya ini juga membuatku bahagia. Jadi tidak masalah.
.
.
Lalu, di sinilah kami, di depan rumah kosong depan sekolah. Di sore hari menjelang malam.

Kumpulan Tugas Member BATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang