4

6 0 0
                                    

Genre: Komedi
Tema: Rumah Kosong
Penulis: Public_SpeakUp

Pada akhir pekan, Xu Anyu dan ketiga temannya, Song Tang, Chen Xinlei, dan Yu Cheng siap menguji nyali sekaligus melaksanakan misi rahasia. Mereka hendak memasuki sebuah rumah kosong yang terkenal akan cerita-cerita mistisnya tentang kepala melayang di sepanjang waktu.

Xu Anyu adalah pemuda yang paling biasa dengan wajah biasa-biasa saja dan dompet sangat biasa layaknya siswa sekolah menengah biasa. Ia hanya menatap biasa pada pintu kayu berlumut. Berbanding terbalik dengan Chen Xinlei si penakut, melihat suramnya keadaan di luar, tak bisa membuatnya merasa tenang. Pahanya mulai gemetar, mata berkaca-kaca, dan ekspresi tegang. Dalam keadaan seperti itu ia berusaha memikirkan tentang kesukaannya dan tanpa sadar terus-menerus bergumam, "Bakwan anget, bakwan anget, bakwan anget."

Song Tang yang paling dekat dengannya dapat mendengar dengan jelas, menggeplak kepalanya dan mengambil langkah berani. Ia membuka pintu tanpa sadar diri, sebagai anak orang kaya baru, karakternya memang sembrono. Ia juga si bodoh yang hanya punya otot. Karena kekuatannya, pintu bukan hanya terbuka, tetapi jatuh ke tanah. Suara gedebug terdengar nyaring.

Chen Xinlei terkejut, melompat ke arah Yu Cheng di belakangnya sambil gemetaran, dan memekik, "Pisau terbang! Pisau terbang! Pisau terbang!"

Si ganteng kalem, Yu Cheng, yang sejak awal acuh tak acuh mulai merasa geram. Berusaha melepaskan pegangan Chen Xinlei dan bergeser ke dekat Xu Anyu berharap mendapat bantuan. Namun, memang dasarnya Xu Anyu yang biasa-biasa, ia menganggap tindakan itu biasa dan tak memiliki arti lain.

Di bawah bimbingan Song Tang, mereka memasuki rumah kosong. Apa yang mereka lihat adalah kekosongan, sesuai namanya. Tak ada satu barang pun terlihat dalam ruangan temaram. 

Xu Anyu berjalan di sisinya sementara Yu Cheng dan Chen Xinlei mengikuti di belakang, masih lengket satu sama lain. Chen Xinlei memejamkan mata, hanya mengandalkan pendengaran dan penciuman saja. Tiba-tiba mencium bau busuk yang bisa menumpulkan indera penciuman. Itu bau kentut super Yu Cheng yang terkenal. Chen Xinlei mendorong laki-laki di sampingnya, membuka mata, dan berteriak panik, "Kau bau!"

Namun, sesaat kemudian kepanikannya jauh lebih besar. Menyaksikan kegelapan di depan mata. "Hei, mengapa mati lampu? Cepat nyalakan!"

Kali ini Song Tang yang kesal, menggeplak lagi kepala Chen Xinlei, tetapi Xu Anyu yang mengungkapkan pesannya. "Ini rumah kosong, tidak ada listrik."

"Mengapa?" Yang bertanya adalah si anak orang kaya baru, Song Tang.

Xu Anyu tak ingin menjawab, kembali melanjutkan langkah. Sebagai teman yang baik, Yu Cheng mengikutinya sambil memberi jawaban, "Karena tidak membayar pajak bumi bangunan."

Chen Xinlei kembali memejamkan mata dan menyusut di bawah ketiak Yu Cheng, membiarkan orang itu membimbing langkahnya. Diam-diam mengagumi dada kokoh yang tidak sengaja disentuh.

Mereka berjalan semakin ke dalam dan tak memperhatikan sekeliling. Menaiki setiap anak tangga kayu yang berderit acapkali disentuh sepatu.

Seperti namanya, rumah itu benar-benar kosong. Di setiap bagian menyimpan debu tebal, terasa kotor, dan berbau tak sedap. Setiap sentuhan akan mengakibatkan guncangan pada debu dan membuatnya melayang-layang di udara. Xu Anyu mengernyitkan dahi, memutar kembali ingatannya tentang letak benda yang mereka cari.

"Apa ada yang mengingat benda itu?" tanyanya sembarang.

Sebagai penggemar ke-biasa-an Xu Anyu, Yu Cheng menjadi satu-satunya penjawab cepat. "Seingatku di kamar sebelah kiri." Namun, tangannya menunjuk ke kanan.

Karena Xu Anyu berjalan paling depan dan malas melihat ke belakang, ia hanya mengikuti petunjuk kalimat Yu Cheng, berbelok ke kanan setelah berada di lantai ke dua.

Song Tang berjalan lebih cepat menyusul Xu Anyu dan menawarkan diri membuka pintu. Sekali lagi pintu terbuka bukan ke samping, tetapi ke bawah. Semua orang menghela napas panjang.

Ruangan itu jauh lebih gelap, ada jendela tertutup tirai di pojokan. Beberapa lemari kecil dan kerangka tempat tidur. Setidaknya, tidak terlalu kosong. Suara Yu Cheng kembali menggema. "Aku ingat benda itu ada di laci."

Mereka bergerak terpisah membuka laci satu per satu. Kecuali Chen Xinlei yang masih betah memejamkan mata dalam bekapan ketiak Yu Cheng.

"Aku menemukannya!" Pekik Song Tang semangat. Mengangkat tangan yang memegang buku.

"Bukunya tidak salah bukan?" Xu Anyu memastikan.

Song Tang berjalan mendekati jendela dan membuka tirai, membiarkan cahaya matahari masuk. "Ya, ini benar. Buku semi porno," jawabnya sambil membaca judul depan.

"Berikan padaku. Aku yang menyimpan." Xu Anyu menawarkan diri.

"Tidak, berikan padaku." Kali ini Yu Cheng yang berbicara.

Mereka berdua mulia memperebutkan buku, sementara Song Tang membuka halaman demi halaman.

"Bawa padaku." Kali ini suara asing tak asing yang menawarkan diri.

Semua orang terkejut, melihat ke satu titik yang sama. Chen Xinlei pun ikut membuka mata dan melihat ke sumber suara di sampingnya.

"G-guru Zhang!" mereka berempat berteriak bersama. Terkejut dan tak berdaya. Saling melempar tatapan, memberi isyarat satu sama lain, dan melancarkan serangan.

"Kabur!"

Ketika semua orang berhasil melarikan diri, Chen Xinlei merasakan tekanan di lehernya, membuat kepalanya semakin tenggelam dalam ketiak masam Guru Zhang.

Kumpulan Tugas Member BATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang