Bagian Satu

21 11 2
                                    

Laksana senja, sederhana tapi indah. Seperti dirinya.

♪♪♪

"Gila, panas banget!" seru Aidel yang saat ini berjalan di pinggir lapangan sekolah karena kegiatan MOS hari terakhirnya selesai.

Tiba-tiba ada teman sebayanya yang berdiri di samping Aidel, "Iya anjir panas banget. Kayak liat dia sama yang lain."

Aidel melirik perempuan di sampingnya itu dan mengejeknya dengan niat bercanda, "Yeee nyaut aja lo."

"Dih, lo anak kelas 10 juga kan? Lo sama juga disuruh bikin kalung permen dari rafia?" celoteh gadis itu.

"Iyalah lo ga liat? Namanya juga MOS." jawab Aidel.

Benar, saat ini Aidel baru menginjak jabatan menjadi 'anak kelas 10' di salah satu SMA negeri ternama di kota pahlawan, Kota Surabaya. Ya, SMA Negeri Taruna Bangsa.

Hari ini hari Rabu. Hari terakhirnya kegiatan MOS. Memang awal masuk sekolah diawali dengan kegiatan Masa Orientasi Sekolah selama tiga hari.

Panitia MOS di sekolahnya terkenal disiplin. Kebetulan siswa MOS ditugaskan membawa kalung permen dari tali rafia dan memakai jepit atau pita rambut yang terkesan girly bagi Aidel. Dengan jurus andalan dikuncir dua untuk siswa perempuan. Dan peraturan tersebut untuk tiga hari selama MOS. Beruntungnya, kegiatan tiga hari tersebut telah selesai.

"Galak amat lo, kenapa ga jadi panitia MOS aja?" ejek perempuan yang belum dikenalnya itu diiringi tawa renyah.

"Males ah ga seru. By the way, nama lo siapa?" tanya Aidel.

"Gatau anjir, gue lupa nama gue siapa." sahut gadis itu dengan akting kebingungan.

"Sinting. Kenalin, gue Aidelia. Usually called Aidel." Aidel mengulurkan tangannya sambil tersenyum tipis.

Gadis berdarah Indonesia ini mempunya nama lengkap Aidelia Shanette Adley. Marga Adley yang sudah turun-temurun digunakan oleh keluarga besarnya. Mempunyai senyum yang manis dengan bumbu dua lesung pipi.

Gadis yang mempunya tinggi ideal dan berat badan yang bisa dibilang idaman ini mempunyai rambut lurus warna hitam. Suka mencepol asal rambutnya dan membiarkan anak rambut yang lainnya tertiup angin, seperti menambah pesona seorang Aidel. Sifatnya cenderung berubah-ubah. Tidak menyukai hal yang ribet. Mempunyai banyak kelebihan dan kekurangan.

Cewek di sebelahnya ini membalas uluran tangan Aidel dengan ramah, ia belum menyebutkan namanya tapi malah mengomentari Aidel. "Alay najis, pake bahasa Inggris segala lo. Jowoan lah, wong jowo bos."

Aidel memutar bola matanya jengah, "Iyo-iyo, ben sangar titik."

"Hahahah santai, gue Dhyrra."

"De i er a, Dira?"

"Bego. De ha ye double er, a. Dhyrra."

"Ribet monyet. Menye amat nama lo."

"Babi lo Del."

Aidel tertawa, "Lo langsung pulang Ra?" tanya Aidel sambil melepas kalung permennya.

"Ga sih, gua mau ke kantin. Ikut gue yuk, please." pinta Dhyrra.

Odense and SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang