Bagian Dua

19 9 2
                                    

Kadang yang terindah tidak diciptakan untuk dimiliki.

♪♪♪

Usai mandi dan dirasa penampilannya sudah pas dan rapi, Aidel mengambil tas slingbag warna hitam yang tergantung di gantungan tas. Ia memasukkan ponselnya dan sedikit uang untuk berjaga-jaga.

Aidel hanya memakai hoodie dan celana casual. Tidak lupa sepatu sandal melengkapi outfit praktisnya.

Tidak lupa Aidel menyemprotkan parfum rasa stroberi vanilla miliknya. Ia tersenyum simpul dan siap turun ke bawah.

"Cantiknya, ikut mama belanja bulanan ya."

"Iya Aidel cantik, anaknya siapa dulu dong hahahaha."

"Bisa aja. Yaudah cus."

Aidel tersenyum dan masuk ke mobil. Ia menduduki kursi pengemudi. Kebetulan Nina menyuruhnya menyetir sekaligus belajar.

"Udah siap ma? Sabuk pengamannya?" tanya Aidel memastikan.

"Udah semua, let's gooo!" ujar Nina semangat.

"Dasar emak-emak jaman now yaa." kritik Aidel sambil tertawa diikuti oleh Nina.

♪♪♪

Selang dua puluh menit perjalanan, Aidel dan ibunya sampai di mall Plaza Surabaya.

"Langsung ke supermarketnya ma?"

"Iya, kamu mau jalan-jalan sendiri?"

"Boleh deh, nanti Aidel susulin depan supermarket ya ma. Aidel ke toko buku."

"Oke hati-hati sayang." tutur Nina.

Aidel membalas dengan acungan jempol dan kedipan mata genit.

Segera Aidel menelusuri foodcourt untuk membeli minum terlebih dahulu. Hingga langkahnya terhenti pada salah satu outlet minuman tea-boba.

"Mas saya pesen rasa caramel boba, satu aja."

"Siap, enam belas ribu ya kak."

Aidel mengangguk dan menyodorkan uang berwarna merah senilai seratus ribu rupiah.

"Maaf kak, ga ada uang kecil?"

Aidel memporak-porandakan isi tasnya. Ia menghembuskan napas kesal, "Yah ga ada mas."

Detik itu juga, laki-laki berparas tinggi dan berhoodie hitam menyodorkan selembar uang berwarna hijau, selembar uang berwarna ungu, dan selembar uang dua ribuan.

"Saya pesen juga. Samain aja rasanya kayak punya dia." kata laki-laki itu.

Aidel menatap heran laki-laki tersebut dan bertanya-tanya dalam hati.

"Baik kak. Jadi, caramel boba dua. Tiga puluh dua ribu, pakai tunai ya." spontan Aidel dan laki-laki tersebut menjawab iya.

"Lo plagiat banget sih." Aidel protes dan menatap sinis.

"Bacot."

Odense and SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang