Bagian Empat

3 3 0
                                    

Saya pernah menjadi teduh, sebelum dipaksa berubah menjadi hujan yang lebur pada pipi saya sendiri.

♪♪♪

Aidel menggosokkan spons cuci piring yang dibaluri sabun tersebut. Sekiranya sudah bersih, ia menaruh beberapa piring dan gelas tadi ke rak piring.

Ingatannya masih memikirkan soal mimpi tadi sore. Rasanya seperti nyata. Senyumannya, canda tawanya, suara renyahnya. Seolah isi otak Aidel tidak menyetujui itu, saat ini kepalanya terasa pusing.

Dengan cepat Aidel menggelengkan kepalanya cepat untuk membuang bayangan mimpi itu jauh-jauh.

"Shit. Udahlah Del." ucap Aidel pada dirinya sendiri.

Aidel mencuci tangannya kemudian mematikan kran air. Mengibas-kibaskan tangannya agar merasa sedikit lebih kering.

Ia berjalan ke ruang keluarga, Nina dan Roni sedang duduk di sofa sambil memperhatikan televisi yang menyiarkan berita terkini.

"Tumben nonton berita," Aidel tertawa.

"Sinetronnya mama belum tayang nih. Apa kelewatan ya Del?" tanya Nina.

"Ih Aidel mana tau. Udah tamat kali ma."

"Ah masa sih, kamu ada-ada aja." celetuk Nina. Sedangkan Aidel hanya tertawa.

"Lagian sinetron mulu, ya kan pa?"

"Iya nih bagusan juga berita." balas Roni kemudian ikut tertawa.

"Udah ah ribut mulu hahahah." Aidel berdiri dari karpet, "Aidel mau nyiapin isi tas besok."

"Iya udah sana, tidurnya jangan malem-malem." sahut Roni.

"Good night darling." lanjut Nina.

"Siappp pak boss, good night too my lovely mom." balas Aidel dengan gerakan hormat lalu membentuk finger heart pada kedua tangannya.

Langkah kaki Aidel terdengar nyaring menaiki anak tangga hingga memasuki kamarnya. Nuansa biru tua mix hitam membuat kamarnya terasa menenangkan dan dingin.

Sebelum tidur, Aidel seringkali malas merawat dirinya. Tapi kali ini ia mendapatkan sedikit mood untuk mencuci wajah, kaki, sikat gigi, dan memakai body lotion.

Aidel mencium pergelangan tangannya yang telah dibaluri body lotion. "Hmmm wangi, biar kaga kayak pengangguran nih lotion."

Ting!

Aidel menengok ke arah sumber suara tersebut. Ponselnya nyala terdapat notifikasi pesan. Lotion tersebut ia taruh ke meja rias.

Aidel mengusap layar ponselnya dan membuka kunci layar menggunakan sidik jari. Kemudian membuka notifikasi chat dari nomor tak dikenal.

+628xx
Oi lo inget gue ga?

Aidel menyernyitkan alisnya. "Siapa anjir?"

Kemudian ia mengetik sesuatu untuk membalas pesan dari nomor tersebut.

Anda
Siapa?

Odense and SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang