Bagian Lima

4 2 0
                                    

Ada saatnya semua lenyap ditelan realita.

♪♪♪

Satu langkah memasuki kelas X MIPA 1, Dhyrra melambaikan tangan dari bangku kedua dari depan. Aidel yang sudah paham dengan kode itu-pun mendekati Dhyrra.

"Duduk sini Del, gue ambilin buat lo nih. Baik kan gue?" Dhyrra menggerakkan alisnya ke atas ke bawah.

"Iyeeee thanks beb." jawab Aidel kemudian mendudukkan pantatnya ke kursi tersebut.

Dhyrra cemberut, "Thanks doang?"

"Lah emang apa lagi?" tanya Aidel.

"Traktir kek, lo mah pelit. Ati-ati kuburan lo sempit."

"Yeee sotoy lo."

"Ya ya ya? Del ya ya lo kan baik?" Dhyrra memasang puppy eyes.

"Iya dah santai, udah ah wajah lo naudzubillah kaga ada imut-imutnya."

"Dasar anak anjing lo Del." kemudian dua perempuan itu tertawa.

Suara langkah kaki yang nyaring dari koridor terdengar sampai kelas X MIPA 1 itu, membuat murid di kelas itu terdiam dan hening sejenak.

"Kok lo juga ikut diem Ra?" bisik Aidel pelan.

"Sialan lo, gue ikut-ikutan ajalah."

Hingga pada detik selanjutnya, langkah kaki itu benar-benar sudah dekat di pintu kelas.

Tuk

Suara langkah kaki terakhir. Menampakkan tubuh perempuan yang tidak terlalu tinggi dengan rambut hitam terkuncir satu ke belakang.

"Woi anjir ngagetin lo." kira-kira begitu sorakan anak sekelas.

Ya, perempuan tersebut yang sekarang berdiri di pintu kelas adalah Vera.

Vera hanya memberikan cengiran kuda dan dengan santainya ia memasuki kelas tersebut.

"Lah ngapain lo pada? Kalian kira gue kepala sekolah?" Hahahahah." Vera tertawa lepas kemudian menduduki bangku tepat di belakang Aidel dan Dhyrra.

Teman-temannya termasuk Aidel dan Dhyrra sempat kesal tetapi mereka tertawa karena kebodohan juga kekocakan sekelas.

Sebenarnya dari awal mereka semua terprovokasi oleh laki-laki humoris berbadan gemuk di kelas itu, dia Miko.

"Emang enak gue kerjain, kasian deh lo." ejek Miko teriak di depan papan tulis.

"Huuuu dasar lo, hahaha-" tawaan anak-anak dikelas terhenti.

"Eh rame banget ya anak-anak hehehe." seorang guru yang memasuki kelas X MIPA 1, dengan senyuman ramah tapi membuat terkejut penghuni kelas itu.

Hening.

Miko terdiam dan menyengir menunjukkan gigi putihnya.

"Hehe iya bu." ujar Miko kemudian berjalan ke arah dimana ia menaruh tas di kursi belakang.

"Ya, selamat pagi anak-anak. Boleh perkenalan dulu ya saya?" basa-basi sang guru.

Odense and SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang