•🦋•"Memahami memang lebih sulit dari sekedar mengetahui saja"
•🦋•
Di pagi hari yang cerah, untuk memulai hari biasanya orang akan bersemangat agar mereka mampu menghadapi hari dengan baik. Namun, berbeda dengan Levi nampak dari ujung lorong sampai berhenti di depan kedua sahabatnya, tidak ada gambaran semangat dari wajahnya membuat Bela dan Siska terheran.
"Etdah nih kunyuk satu, lemes banget. Tipes lo?" sentil Bela tidak ditanggapi oleh Levi.
"Kenapa cantik? what happen?" tanya Siska mendekat dengan lembut, berbeda dengan Bela yang frontal, namun Siska juga orangnya suka nyeplos sesuai yang dipikirannya bisa dibilang lugu hanya tidak seperti Bela yang ceplosnya dengan kata kasar.
Levi tak menghiraukan kedua sahabatnya, ia melewati keduanya begitu saja membuat mereka berdua saling tatap, lalu memutar badan.
"Dia lo apain?" tanya Bela yang langsung menuduh seorang pemuda berbaju olah raga. Pemuda itu terkejut, "lah kok gue?"
"Ya elu lah, kan Levi datengnya sama lu" Siska mengangguk setuju dengan Bela.
"Orang dari sebelum berangkat udah begitu tuh anak" bantahnya langsung kabur ke lapangan, membaur dengan anak Osis lain yang sedang mempersiapkan lapangan untuk pertandingan Voli nanti.
"Ck, malah kabur" decak Siska.
"Terus lo ngapain disini? kagak ikut bantu anggota lo" tanya Bela dibalas senyuman penuh arti oleh Siska, Bela yang paham arti dibalik senyum itu mencibir, "dasar, ikut organisasi cuma numpang nama doang"Senyum Siska semakin lebar tanpa dosa, Bela menatap aneh, "heran gue bisa-bisanya orang kaya lu keterima, kasihan banget yang daftar dengan niat kalah sama yang main-main" gerutu Bela sangat keras dengan cepat Siska membungkam mulutnya dan menarik pergi, "jangan ungkap kejujuran di muka umum sayang"
Hari ini ada acara besar tahunan yang diadakan oleh sekolahnya Levi, yaitu festival olahraga dan seni yang akan diselenggarakan selama 3 hari. Semua murid dan guru terlihat sangat antusias berpartisipasi dalam acara ini. Hari pertama dimulai dengan pertandingan Voli antar kelas. Kebetulan Levi, Bela dan Siska sekelas, kelas mereka menyumbangkan satu tim yang di pimpin oleh Bela si atlit voli. Sedari SD sampai sekarang Bela telah mengikuti banyak ajang pertandingan Voli bahkan sampai nasional, jadi sudah tidak diragukan lagi sejago apa dia.
Dengan senyum yang lebar, Bela memasuki lapangan dengan percaya diri diikuti oleh timnya. Sedangkan Levi dan Siska berdiri dibarisan terdepan pada bangku penonton bersama dengan keempat pemuda yang sudah bersorak heboh mengiringi Bela dan timnya masuk lapangan. Image yang tertanam pada keempat pemuda itu sebagai siswa keren, cool dan hits mendadak hilang, membuat para penggemarnya terheran namun jadi semakin suka dan ikut heboh. Bahkan hampir seluruh kelas yang menyoraki timnya padahal ini pertandingan antar kelas. Bela tertawa dengan ulah mereka, membuatnya merasa telah diberi suntikan semangat.
Pertandingan dimulai, Bela dan timnya bermain dengan baik, tim lawan terlihat cukup baik juga. Mereka berjuang keras agar bola tidak jatuh menyentuh tanah di wilayah mereka dan berusaha agar bola jatuh diwilayah lawan agar mereka mendapat skor yang tinggi untuk menang. Bermain voli memang tidak semudah yang dilihat, pemain harus berlari kesana kemari mengikuti arah jatuhnya bola, gagal fokus sedikit bukan bola yang terpental ke daerah lawan, namun pemain yang malah jatuh di wilayahnya sendiri. Dan, salah satu pemain tim Bela mengalami itu, kakinya berdarah karena tergores dengan cukup kasar, melihat anggota timnya merintih kesakitan ia pun menyuruhnya untuk mundur dan mencari pemain ganti. Bela melihat ke barisan penonton, ia menunjuk Levi, Levi terkejut dan menatap tanya pada Bela dan para sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Ballerina [Revisi On Completed]
Mystery / ThrillerSahala Mauren Levi adalah seorang remaja sekolah menengah biasa, hidupnya normal seperti yang lainnya. Ia tumbuh dengan cinta dan kasih sayang dari orang di sekelilingnya. Bukankah itu sudah sempurna? Tidak. Ia masih dilanda kegundahan, "Apa keleb...