•🦋•
"Sungguh mengejutkan dan melelahkan jika hal tak terduga hadir secara bertubi-tubi. Menghancurkan hari-hari, yang tak seharusnya dilewati dengan frustasi."
•🦋•
Terik panas membuat tubuh membutuhkan kesegaran, dan itu bisa didapatkan dari es teh manis Ibu kantin. Namun, tidak mudah untuk mendapatkannya di tengah ruangan yang sesak karena kantin dipenuhi oleh orang yang berebut perhatian Ibu kantin agar pesanannya cepat terselesaikan. Membuat para Ibu kantin frustasi, dan para suaminya keteteran. Yang melihat saja merasa kesal apalagi yang sedang mengantri tak kunjung diberi kepastian. Dicampur pewangi ruangan yang bercampurkan dengan aroma soto, bakso, cilok serta minyak wangi dari sekumpulan gadis caper disebelah meja Levi membuatnya mual tak tahan akan pengap dan bau yang menyengat. Apalagi sekumpulan gadis itu adalah orang yang ia temui di toilet kemarin, sungguh dunia yang sempit di ruangan yang sempit.
Wajah Levi langsung melengos ketika salah satu mata gadis itu bertemu dengan matanya, menjadi menghadap ke Siska, meskipun sebenarnya dia tertupi oleh Bela tapi tetap saja ia tak ingin menghadap kearah mereka. Siska terlihat cukup asik mengobrol dengan Janu, paling soal Osis. Sedangkan dihadapannya ada Gilang yang sibuk memakan cilok, padahal itu milik Levi. Disamping Gilang ada Dito dan Rio sedang bermain game online bersama Bela.
Melihat semua sibuk sendiri, jiwa usil Levi muncul melihat ada sasaran empuk didepannya. Ia memindahkan cilok miliknya ketika Gilang membelakanginya, karena sedang tebar pesona pada gadis dibelakangnya. Ketika ia membalik badan untuk memakan cilok, mangkuknya hilang membuatnya celingukan. Levi terkekeh padahal ia hanya memindahkan mangkuk ke depan Siska. Menyadari itu Gilang mengumpat kesal, "rese lo!" ia langsung mengambil kembali mangkuk ciloknya.
"Lah, itu kan punya gue" decak Levi masih terkekeh tapi Gilang bodo amat karena dia lapar.
Bela melempar ponselnya kesal, ia tidak terima dengan kekalahannya. Sedangkan, Rio dan Dito yang masih bertahan tertawa bahagia lantas mengejek Bela membuatnya semakin kesal.
"Gue jamin ya tim kalian bakalan kalah" ucap Bela dengan angkuh melawan ejekan Rio dan Dito.
"Tim basket maksud lo?" tanya Dito yang langsung menangkap maksud dari pernyataan Bela.
"Iyalah, kalian ngelawan sekolah sebelahkan? pasti kalah dah kalian" ucapnya dengan percaya diri dengan percaya diri, namun Rio dan Dito masih fokus bermain game membuatnya jengkel.
"Yakin banget neng? ada apa sih di sekolah sebelah sampai bisa seyakin itu?" sahut Gilang yang tertarik dengan obrolan mereka. Namun, itu membuat posisi Bela terbalik, ia seperti diserang balik oleh Gilang. Apalagi tatapan Gilang yang membuatnya salah tingkah, "nggak ada apa-apa, ya menurut gue aja. Gue denger juga mereka hebat-hebat" alibinya.
Dengan keahlian yang sudah terkenal sebagai pemanas suasana, Gilang pun kumat, "Oh... gue juga denger tuh, apalagi yang namanya Niko" ucapnya membuat Bela membelalak.
"Niko? ah... bukannya itu yang lagi deket sama lo ya?" tanya Siska pada Bela membuat Bel mengumpat dalam batin. Gilang terkejut dan tersenyum menang, Siska memang yang paling terbaik kalau membongkar rahasia karena memang dirinya gadis polos yang sering dimanfaatin oleh Gilang jika ingin mengorek sesuatu. Rio dan Dito juga terkejut membuat mereka sempat berhenti bermain game, namun setelah itu kembali main lagi.
"Ya ampun PAKGIRLKUUU...." kagum Gilang dengan nada yang dibuat-buat, "bisa deket sama anak sehits itu peletnya apa?" tanyanya membuat Bela jengkel, padahal Gilang juga termasuk anak hits nggak sadar diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Ballerina [Revisi On Completed]
Mystère / ThrillerSahala Mauren Levi adalah seorang remaja sekolah menengah biasa, hidupnya normal seperti yang lainnya. Ia tumbuh dengan cinta dan kasih sayang dari orang di sekelilingnya. Bukankah itu sudah sempurna? Tidak. Ia masih dilanda kegundahan, "Apa keleb...