5• Ketenangan

1 0 0
                                    

•🦋•

"Apakah hidup dengan tenang itu benar ada?"

•🦋•

    Sebuah langit berwarna biru cerah tanpa hadirnya awan terlihat seperti lautan luas namun di atas. Terasa tenang dengan sayu-sayup angin yang berhembus membuat mata Levi terasa hangat karena menahan air di kelopak matanya. Jika berkedip, buliran air akan meluncur melalui pipi. Membuat meja yang ia jadikan sandaran untuk menidurkan kepalanya basah. Buliran itu kini semakin deras turun, disertai dada yang sesak. Sungguh ini membuat Levi merasa lelah.

Setelah dari ruang BK pikirannya menjadi kacau lagi. Bukan hanya Arjuna yang mendapat teguran, namun Levi juga mendapatkannya. Bukan karena perkelahian Arjuna melainkan persoalan balet yang diungkitnya. Padahal, dia belum bisa mengambil keputusan apapun, tapi Bu Friska selalu mendesaknya. Ia dipaksa membuat keputusan pada apa yang belum bisa ia pahami, itu membuatnya sangat frustasi sekarang.

Kenapa harus balet? Balet itu tidak mudah. Tapi, kenapa ia tiba-tiba bisa balet? Darimana ia bisa balet?

Itulah isi dari pikiran Levi yang semua dari pertanyaannya belum ada siapapun yang bisa menjawabnya dengan masuk akal.

Takdir? Bakat terpendam? Ck, nggak mungkin.

Semakin dipikirkan, semakin membuatnya frustasi. Ia mengangkat kepalanya dari meja dan mengacak-ngacak rambut kepalanya. Kedua tangannya menyeka air mata yang sedari tadi tak berhenti untuk mengalir. Kepalanya menengadah menahan air mata agar berhenti mengalir. Lalu, matanya berkeliling, hanya ada dua orang di dalam kelas selain dirinya, mereka sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Membuatnya terheran, dihari bebas mereka tetap belajar. Apa yang mereka kejar dengan belajar segiat itu? Apa cita-cita mereka? Lagi. Sepenasaran itu Levi dengan cita-cita orang padahal itu menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Karena setelah bertanya seperti itu ia akan menanyakan pada dirinya sendiri lalu bingung sendiri.

Ia menepuk kanan kiri pipinya agar sadar dan tak memikirkan hal yang akan membuatnya tambah frustasi.  Ia berhenti menepuk pipinya ketika dia tak sengaja menangkap sosok gadis yang sepertinya menatap ke arahnya, Levi pun menoleh untuk memastikan. Dan, seorang gadi berambut hitam lurus digerai menatap lurus kearahnya tanpa berkedip. Levi pun berdiri berniat untuk mendekati gadis itu, tapi gadis itu langsung pergi. Membuat Levi semakin penasaran. Ia pun keluar kelas, gadis itu terlihat berlari menuju ke tangga, Levi mengikuti menuruni tangga sampai kelantai dua gadis tadi menghilang. Levi celingukan, ia kehilang jejak, ia pun mencari ke setiap kelas.

"Kemana cewek tadi?" tanyanya tak kunjung menemukan gadis rambut tergerai tadi dengan wajah pucat. Levi berhenti dan menyadari sesuatu, "apa dia bukan manusia?" tebaknya membuat bulu kuduknya berdiri. Ia pun berbalik untuk menuju kekelasnya, namun...

"AAAAAAAAAAAAAA!!!!" teriaknya nyaring ketika berbalik, matanya langsung terpejam, tubuhnya kaku. Jantungnya seperti akan lepas dari tempatnya.

"Sinting"

Mendengar itu Levi membuka perlahan matanya, "oh, manusia..." ucapnya lega sambil mengelus dada.

"Hampir jadi hantu sih tadi" ucapnya dengan dingin melewati Levi. Levi mengulum bibir, "emh, maafin pacar gue" ucapnya pada pemuda itu membuatnya berhenti.

"Yang mukulin Ibra pacar lo, kenapa lo yang minta maaf?" tanya pemuda yang tiba-tiba muncul disamping Levi membuatnya terkejut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm not Ballerina [Revisi On Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang