•🦋•
"Hidup memanglah penuh kejutan, jadi bukan sebuah kemustahilan untuk hal yang terlihat tidak mungkin menjadi sangat mungkin untuk terjadi."
•🦋•
"HAH?!"
Pekikan itu membuat semua mata yang ditaman menengok ke sumber suara dengan terkejut. Orang yang berjarak 10 meter darinya saja sangat terkejut apalagi yang hanya berjarak sejengkal darinya. Gadis berambut bob yang duduk disampingnya dengan sigap membekap mulut sahabatnya dan melempar senyum penuh malu sebagai tanda permintaan maaf karena telah mengganggu pendengaran mereka. Si gadis berkepang dua menenggelamkan dirinya, ia tak tahan untuk menahan malu."Ish, Levi! bisa-bisanya lo buat kita malu dua kali dalam sehari! kaya minum obat aja!" Omel Siska si gadis berkepang dua. "parah sih" decak Bela si gadis berambut bob melepaskan bekapannya. Dengan wajah yang sangat tak percaya ia sedang berusaha untuk mencerna penjelasan Siska mengenai dirinya tadi yang menjadi sorotan dikelas. "Serius? gue ngelakuin itu? gue?" masih tidak percaya dan berharap ia salah dengar, tapi tak sesuai harapan kedua sahabatnya menganggukkan kepala secara bersamaan.
"Gak mungkin!" tolaknya mentah-mentah, "gue gak bisa nari, apalagi ini... balet lo bilang?!"
Tak hanya Levi, Siska dan Bela pun terkejut. "Kok lo aneh sih?" heran Siska, "lo yang ngelakuin sendiri kok lo sendiri gak sadar?"
"Gue gak sadar, bener-bener gak sadar... bahkan gue lupa sama apa yang gue lakuin tadi" jawabnya sungguh-sungguh membuat Siska dan Bela saling tatap penuh kebingungan. "Lo jangan buat gue tambah bingung deh, Lev" Keluh Bela dengan wajah khawatir. Levi mengangkat kedua tangannya untuk menopang kepalanya, "gue juga bingung, Bel" rengeknya tak kuat berfikir diatas fakta yang menurutnya sangat mustahil.
"Masa iya lo kerasukan?" celetuk Siska membuat Levi dan Bela menoleh secara bersamaan kepada dirinya dengan ekspresi tak terbaca. Siska menoleh dengan wajah polos, "enggak mungkin kan?" tanyanya dibalas oleh Bela yang berpikiran sama, "mungkin saja". Dengan recehnya Siska tertawa, "hahaha hantu tari masa?" Bela dan Levi sama sekali tak merasa lucu malah sebaliknya, mereka tiba-tiba merinding dan menatap satu sama lain. Sedetik kemudian mereka bertiga lari terbirit-birit setelah mereka sadar sedang duduk di bangku taman yang beratapkan pohon trembesi besar yang penuh kisah mistis dibaliknya.
Sampai di lorong mereka berhenti mengambil nafas sejenak. "Parah lo Sis! bahas begituan gak liat tempat dulu" omel Bela dengan nafas tersengal-sengal. Siska meringis tanpa dosa, "ya maaf, spontan aja tadi". Bela menggeleng tidak habis pikir kenapa ia mempunyai sahabat yang polos, asa ceplos bin barbar seperti ini?
"Gue haus, kantin yuk!" Ajak Levi langsung diiyakan mereka berdua. Sambil berjalan menuju kantin ia merogoh saku roknya mengambil ponselnya. Ia menekan satu nama di aplikasi perpesanan. Jarinya dengan cepat mengetik di papan keyboard, setelah pesannya terkirim suasana hatinya sedikit membaik. Apalagi balasan pesannya yang cepat membuat dirinya tersenyum.
Arjuna❤️
[yang, nanti kerumahku ya? mau curhat:(]
[Siap Srikandi!]
Benar-benar penyembuh hati, namun alangkah baiknya jika dia berada disamping Levi sekarang juga. Tapi nyatanya tidak bisa karena Arjuna sang pacar bukanlah orang biasa di sekolah ini, dia istimewa bahkan ia diberi hak istimewa untuk tidak harus masuk sekolah. Bukan karena ia anak pemilik sekolah, bukan. Melainkanbdia pencetak prestasi untuk sekolah ini. Karena dia seorang atlit taekwondo dan panah. Hebat bukan? bahkan kehebatannya membua Levi sendiri iri pada pacaranya itu. Karena kekasihnua mempunyai bakat dan masa depan yang jelas sangat terbalk dari dirinya yang tak mempunyai bakat dan masa depan yang buram. Itu membuatnya malu ketika mereka berjalan berdua, satunya anak emas dan satunya anak yang tak berguna. Namun, bukankah didrama pasangan yang seperti itu sangat serasi? satu punya kelebihan dan satunya punya kekurangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Ballerina [Revisi On Completed]
Mystery / ThrillerSahala Mauren Levi adalah seorang remaja sekolah menengah biasa, hidupnya normal seperti yang lainnya. Ia tumbuh dengan cinta dan kasih sayang dari orang di sekelilingnya. Bukankah itu sudah sempurna? Tidak. Ia masih dilanda kegundahan, "Apa keleb...