-Dua-

22 5 5
                                    

Satu tahun yang lalu

Sore itu, kicauan Samantha, lovebird milik ayah Rigel, terdengar cukup nyaring dari teras depan di rumah Lea. Paduan suara sendok dengan mangkuk kosong yang sangat khas milik Mang Ujang, sang penjual bakso, turut menemani dua anak manusia yang sedari tadi matanya tidak lepas memandang layar handphone demi menunggu pengumuman kelulusan penerimaan siswa baru SMA Nebula.

Tepat pukul 15.00 WIB, mereka bersamaan menekan tombol submit. Tak lama kemudian, teriakan keduanya menggaung hingga mengalihkan atensi Bu Trejo, pemilik rumah tepat di depan rumah Lea, yang sedang menyirami bunga-bunga mawarnya.

"Tante Trejo! Aku lulus di Nebula." Teriak Rigel kepada Bu Trejo sembari memamerkan mata segarisnya yang muncul ketika ia tersenyum atau tertawa seperti sekarang ini.

"Wah selamat, Rig! Lea juga lulus?" Tanya Bu Trejo yang disambut anggukan kepala Lea yang sangat antusias. Setelahnya Bu Trejo mengacungkan jempolnya ke arah Rigel dan Lea.

"Bentar Le, gue mau ngasih tau Bunda," ujar Rigel kemudian melangkahkan kaki menuju rumahnya yang tepat berada di samping rumah Lea.

Di waktu yang sama, Lea menelepon mamanya, memberi kabar bahwa Lea lulus di Nebula. Bibir Lea melengkung ke atas ketika mendengar suara mamanya di seberang sana, "Wah anak Mama hebat. Sekolah yang bener loh, Kalea."

Satu minggu kemudian, Rigel dan Lea berangkat bersama menuju SMA Nebula untuk daftar ulang dan mengambil seragam. Di sini lah pertemuan pertama mereka dengan Jema, berawal dari drama Lea dan Jema yang tidak sengaja bertabrakan.

"Eh aduh, maaf, Mas. Ini temen saya kalau jalan emang agak-agak." Itu suara Rigel, karena Lea sang tokoh utama adegan tabrakan tersebut malah diam membisu, sibuk memandangi ketampanan Jema.

Jema tersenyum, "Iya nggak apa-apa. Saya juga salah jalannya nggak hati-hati."

Siapapun tolong Lea sekarang! Jantungnya sangat tidak baik-baik saja setelah melihat senyuman Jema. Sumpah, manis sekali. Senyum lelaki itu terasa hangat dengan tatapannya yang teduh.

Setelahnya, Rigel menarik paksa lengan Lea yang rasanya masih enggan pergi dari sana. Ketampanan laki-laki asing itu berhasil menyihir Lea.

"Gila, Rig! Ganteng banget!"

"Halah gaya-gayaan banget lo ngerti ganteng. Belajar noh yang bener," tukas Rigel sembari mengacak poni Lea yang tertata sangat rapi.

"Udah berapa kali sih gue bilang,Rig. Jangan lo sentuh-sentuh poni gue!"

Sejak pertemuan itu, Lea menaruh hati pada Jema, dan Rigel mengetahuinya dengan pasti.


***

Takdir itu lucu, terkadang apa yang diinginkan tidak pernah tergapai. Tetapi sebaliknya, hal-hal yang tidak pernah terduga malah datang tanpa pernah diharapkan.

Lea duduk memandang punggung Jema yang terlihat sangat tegap. Setahun berlalu, Lea tidak melunturkan perasaannya. Tepatnya ia memang tidak menghilangkan rasa itu, tapi gadis itu juga tidak mengungkapkannya. Hanya membiarkan rasa itu bergejolak dalam hatinya.

Di tahun pertamanya, Lea masih berusaha untuk membuat Jema menatap ke arahnya. Namun yang terjadi, Jema hanya menyayangi Lea seperti layaknya sahabat, sama seperti Rigel menyayangi Lea.

AURIGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang