• 7 ; Sebuah Kisah •

729 193 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

So this is me swallowing in my pride
Standing in front of you
Saying I'am sorry for that night
And I go back to December all the time
.
.
.

    OBSESI yang tidak berlandaskan rasa kasih yang utuh. Iris tidak akan mengelak jika dulunya, lelaki di depannya ini merupakan pusat dunianya. Entah bagaimana perasaan itu bisa muncul, apakah murni karena cinta, atau karena terbiasa. William, sosok sahabat terbaik yang selalu ada kala Iris Cassiopeia sedih dan terluka. Mungkin karena itu, dulu dia bisa jatuh hati.

Tapi, Iris Cassiopeia yang dulu telah melebur menjadi satu dengannya sekarang. Iris tidak memiliki perasaan lagi, hilang tanpa menyisakan kepingan apapun. Lalu, untuk apa dia bersikeras mempertahankan kepalsuan itu. Hubungan mereka di hadapan publik adalah palsu, tidak ada ketulusan, melainkan karena keterpaksaan.

Iris tidak akan sejahat itu untuk melanjutkannya.

Di sinilah mereka sekarang. Berada di taman bunga mawar, berhadapan tanpa sepatah katapun. Iris menatap William, sebelum melepaskan sebuah gelang yang berada di pergelangan tangan kanannya.

"Will, kukembalikan ini padamu. Sekali lagi aku minta maaf atas segala sikap burukku padamu selama ini. Kita bebas, tidak ada ikatan dengan paksaan lagi." Iris menatap langit malam yang sepi tanpa bintang. "Kau bisa mengumumkan secara resmi terkait hubunganmu dengan Putri Isabella, sungguh, aku tidak akan mengganggumu setelah ini."

Iris berusaha membuat raut wajah yang netral, tidak terlalu alay atau galau. Dia merupakan gadis modern, masalah dengan lawan jenis bukan hal besar yang harus dipusingkan. Diam-diam Iris bersyukur pernah menjadi juara dalam pementasan seni drama dulu. Sekarang, dia hanya perlu mendalami sikap Iris Cassiopeia yang tampak akan melepas Si Pangeran.

"Apa kamu tahu, jika aku dan Isabella ..." William kehilangan kata-kata, dia pikir Iris hanya gadis naif yang mengemis cinta tanpa tahu perbuatannya.

Iris mengangguk dua kali, memberikan senyum tipisnya yang bahkan sangat menawan. "Aku sangat bersalah bukan? Memisahkan dua orang yang saling mencintai."

"Iris, aku dan Isabella hanya ..." William terlihat bingung akan menjelaskan, di satu sisi dia tidak mengetahui alasan ketegangannya saat Iris mengetahui permainan apinya. Di sisi lain, kenapa dia harus se panik itu, disaat dia tidak pernah menganggap Iris sebagai bagian dari hidupnya.

"Will, tidak perlu seperti itu. Aku mengerti, dan aku tidak ingin tahu. Gelangnya sudah kukembalikan, seperti keinginanmu." Iris meletakkan gelang berlian indah itu di kursi taman.

Iris De CaelumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang