03. Neonamora
🧚🧚🧚🧚🧚
"Dia aneh. Dia buat gue tertarik. Dia dapet izin gue untuk mengisi bangku kosong disebelah gue. Dia, untuk saat ini, sedikit istimewa."
-Neonamora Prananta
🧚🧚🧚🧚🧚
"Jisya, lihat tugas biologi cepetan!"
Kelia masuk kedalam kelas dengan keadaan berantakan. Rambut asal ikat. Memakai kardigan, namun tidak memakai seragam.
"Baju lo astaga!"
"Biarin napa sih nanti juga gue pake seragam."
"Ya tutup pake kardigan lo bego!"
Kelia menggerutu sambil terburu buru mengambil buku tugas Jisya, dan duduk tepat disebelah Giska yang tersenyum menatap layar handphone nya.
Rinjani yang melihat itu hanya menghela napas jengah. Sepertinya dia harus terbiasa pada keadaan kelas yang begitu berisik di pagi buta seperti ini. Apalagi dengan suara Kelia yang begitu memenuhi gendang telinga.
Dia duduk diam di bangkunya. Seperti orang bodoh yang tidak tau tugas biologi apa yang sedang mereka semua bicarakan.
Rekan sebangkunya, Neo, masih belum juga datang. Bukan Rinjani khawatir, dia bersyukur karena tidak akan kesal tiba tiba saat melihat wajah sok tampan dari seorang Neo.
Rinjani meletakkan kepalanya diatas meja dengan tangan kanan sebagai bantalan dan tangan kiri masuk kedalam laci meja. Dia pejamkan matanya sesaat sebelum bel masuk bunyi dan guru mengajar dalam kelas.
Kemarin malam, seperti biasa, dia menangis saat tau Dere tidak akan tinggal lebih lama, walau dia tau Dere akan selalu ada.
Baru beberapa menit terpejam, suara gebrakan meja terdengar menyerusuk telinga Rinjani. Merasa tidurnya terganggu, dia membuka mata perlahan, melihat sosok yang sudah berdiri dengan sombongnya disana.
Siapa lagi kalau bukan Neo?
"Kemarin ada yang gangguin gue waktu tidur di kelas. Dia bilang, nggak sopan. Tapi gue lupa siapa yang gangguin gue itu," ujar Neo menyindir Rinjani.
Rinjani menegakkan kepalanya dengan mata yang masih setengah terpejam. Sedikit emosi dengan aksi sindir menyindir dari Neo.
"Gue yang ganggu lo, kenapa emang?"
"Nah tu. Sok sokan bilangin orang padahal dia sendiri gitu." Neo masih dalam aksi sindir menyindirnya.
"Setidaknya gue nggak tidur pas guru lagi jelasi materi," ucap Rinjani dengan mengucek kedua matanya. Rasa kantuk yang menyerangnya sangat tidak bersahabat saat ini.
"Sama aja yang penting lo tidur di kelas!"
"Serah lo anjrit!"
Seisi kelas menatap mereka berdua. Sepertinya bukan hanya Rinjani yang harus terbiasa dengan suasana kelas. Seisi kelas juga harus terbiasa dengan keributan antara Rinjani dan Neo.
"Rinjani, Rinjani. Pasaran amat nama lo," ucap Neo. Dia menghempaskan tasnya keatas meja lalu duduk tepat di sebelah Rinjani.
Rinjani yang tadinya ingin tidur lagi terhenti karena Neo. Apa katanya? Pasaran? Bukannya lebih pasaran mulut seorang Neo?!
"Dih, gue bunuh juga lo!"
"Bunuh aja, gue juga pengen mati."
🧚🧚🧚🧚🧚
"Lo kenapa sih sama Neo?" tanya Kelia dengan mulut penuh mie.
Giska menjitak kepala Kelia. Untuk hari ini, udah entah berapa kali Giska menjitak kepala Kelia. Mungkin beribu ribu kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJANI
Teen FictionR.I.N.J.A.N.I Sebuah kisah di bulan Juni. Rinjani. Cewek asal Medan dengan rupa menawan yang selalu menjadikannya ratu sekaligus bahan nyinyiran. Hidupnya bukan seperti pelukis yang menetukan warna apa yang akan dia tuangkan ke kanvas. Rinjani tidak...