05 - PEMBULLYAN

76 71 7
                                    

05. Pembullyan

🧚🧚🧚🧚🧚

Sekolah itu tempat untuk menuntut ilmu, bukan wilayah untuk menindas orang lemah. Yang kuat, melindungi yang lemah, bukan ditindas. Mereka yang seperti itu, adalah iblis.

🧚🧚🧚🧚🧚

"Lama banget ish lo datengnya. Padahal tadi lagi ada drama di kelas," ujar Kelia menyambut kedatangan Rinjani di kelas.

"Gue terlambat," beritahu Rinjani.

"Masih anak baru aja udah berani terlambat," sindir Neo yang menangkupkan kepalanya diatas meja. Sepertinya hendak tidur.

Rinjani menatap malas pada cowok disebelahnya ini. Tidur di kelas mungkin adalah hobi Neo. Dan mengganggu Neo agar terbangun akan segera menjadi hobi Rinjani.

Rinjani menjambak rambut Neo tanpa belas kasihan. Membuat kepala cowok itu mendongak dengan wajah kesakitan.

"Lo apa apaan sih anjir?!"

"Bangun lo!"

"Siapa lo nyuruh nyuruh gue?"

"Kenalin, Rinjani."

Neo berdecak sebal. Padahal rasa kantuknya sudah sangat darurat saat ini. Dan cewek menyebalkan disebelahnya terus saja mengganggunya.

"Dah la anjir jangan ganggu gue, please," mohon Neo.

Rinjani masih menatapnya dengan raut datar. Tangan Rinjani mengetuk-ngetuk meja. Neo yang melihat itu langsung menegakkan badan. Entah kenapa, rasa kantuknya hilang saat itu juga.

Padahal Rinjani hanya menatapnya.

"Awas lo tidur lagi!" Ancam Rinjani.

Seperti anjing yang dimarahi tuannya, Neo menunduk seperti orang yang baru saja melakukan banyak kesalahan.

Tapi, Neo bukan anjing, ya.

Selesai dengan Neo, Rinjani menoleh ke bangku di belakangnya. Bangku Kelia dan Jisya. Dia ingin bertanya hal yang tadi Kelia beritahukan pada Rinjani saat dirinya baru masuk ke kelas.

"Kel, tadi lo bilang drama apa?" tanya Rinjani.

Kelia mendongak. Tersenyum senang karena akhirnya Rinjani menanggapi gosip hangat darinya.

"Yang gue bilang anak caper itu, yang sok polos banget itu, ternyata simpenan om om hidung belang anjrit!"

Rinjani melotot tak percaya. Dia menatap Jisya meminta pembenaran atas apa yang Kelia bicarakan. Jisya pun mengangguk mengiyakan.

Rinjani ikut mengangguk. Pantas saja, dia tidak melihat salah satu dari anak caper yang tadi ditunjuk oleh Kelia.

"Kok bisa tau?" tanya Rinjani masih penasaran.

Kelia tambah bersemangat untuk melanjutkan ceritanya, namun sebelum dia mulai bercerita, Neo membekap mulutnya dengan tangan.

"Udah gausah gosip lo tiga. Belajar!" ujar Neo, tapi matanya mengarah pada Rinjani.

"Kaya lo belajar aja," sinis Rinjani.

"Gue nggak belajar tapi tidur, nambah pahala. Lah lo, nggak belajar, udah gitu gibah lagi. Tuh dosa udah numpuk numpuk."

"Dosa dosa gue lo yang sewot!"

Neo memutar badannya kesamping, menatap Rinjani dengan wajah songongnya. Seperti menantang Rinjani memicu keributan.

"Sebagai manusia itu harus saling mengingatkan," ucap Neo.

"Tapi lo ngatain anjir bukan ngingetin!"

"Nggak ada yang ngatain juga, geer amat nih bocah satu!"

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang