10 - DERE & NEO

77 71 12
                                    

10. E-mail Dere dan ajakan Neo

"Jatuh cinta pada sahabat sendiri, adalah satu hal paling menyakitkan sekaligus candu."

Theodere Dalimunthe

🧚🧚🧚🧚🧚

Untuk Rinjani, tersayang,

Malam ini, sunyi, Rinjani. Hanya terdengar suara jangkrik dari belakang rumah. Ingat kah kamu, rumah itu? Iya, rumah tepat dibelakang rumahku. Rumah kecil yang menjadi tempat bersembunyi mu saat ibumu memanggilmu untuk tidur siang.

Malam ini, bintang tidak banyak, Rinjani. Tidak seperti sepuluh tahun lalu kita memandang langit dengan penuh kristal kristal gemerlap diatas sana. Kini, kosong, Rinjani.

Aku masih disini, Rinjani. Di sebuah rumah tua dengan kusen yang seharusnya sudah harus diganti. Tapi, kau kenal benar pada ibuku. Dia tidak mau mengganti kusen itu sampai belum benar benar rusak.

Rinjani, ingatkah kamu pada Nilam? Gadis Bali yang dulu, sepuluh tahun lalu, menyatakan cintanya padaku? Dia kembali menemuiku, Rinjani.

Tenang, Rinjani. Aku hanya menemuinya. Tidak terjadi apapun diantara kami. Dia juga sudah akan bertunangan.

Ah, aku sedikit heran, Rinjani. Dia sudah bertunangan. Aku masih saja disini, seperti orang yang tidak tau tujuan. Sebenarnya, kemana nanti aku akan berlayar, Rinjani?

Lihatlah, Rinjani. Medan kota sudah sangat ramai sekarang. Gedung gedung tinggi itu semakin saja menjulang tinggi.

Aku jadi rindu berlari pagi bersamamu mengelilingi lapangan merdeka. Membeli bubur kesukaanku disana. Ku pesankan untukmu dengan tanpa kacang dan kerupuk yang sedikit dibanyakkan.

Kapan kamu akan pulang, Rinjani? Kapan kamu akan menemaniku berkeliling kota ini? Kapan kamu akan menggandeng tanganku menuju satu kereta yang akan membawa kita ke kota Binjai?

Aku menunggumu, Rinjani. Akan selalu menunggumu.

With love, Theodere.

Dere menggelengkan kepalanya. Ragu untuk mengirim satu pesan email itu pada Rinjani di seberang pulau sana. Dere menatap buku disamping laptopnya. Buku dari Nilam.

Tepat tadi sore, dia menemui Nilam karena gadis dengan rambut yang selalu dikepang satu menyamping itu menyuruh Dere untuk menemuinya. Gadis itu memberi sebuah buku, novel, tulisannya sendiri. Sebuah buku yang mengisahkan tentang, Dere. Juga mengundang Dere pada acara pertunangannya Minggu depan.

"Tidur, Dere."

Sang papah mengintip Dere dari bawah, tepat dibawah balkon kamar Dere. Kebiasaan papah memang seperti itu. Memastikan anak lanangnya sudah tidur atau belum. Jika lampu sudah mati, berarti anaknya itu sudah tertidur.

Tentu saja papah tau, masalah Dere saat ini. Masalah anak laki laki satu satunya tentang seorang gadis yang bertahun lamanya menjadi seorang sahabat.

Ah, memang benar yang orang katakan. Jatuh cinta pada sahabat sendiri, adalah satu hal paling menyakitkan sekaligus candu.

"Sebentar lagi, ya, pah."

"Boleh papah naik ke atas?"

"Boleh, pah, naik aja."

Papah naik dari tangga menuju balkon kamar Dere. Lihatlah, anak dan bapak ini memang menyiapkan tangga jikalau ada hal yang tidak diinginkan terjadi suatu saat nanti. Namun, akal sehat Dere mengatakan bahwa, mereka berdua sama saja memberi jalan maling agar bisa masuk ke kamarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang