07 - DERE'S EMAIL

71 69 12
                                    

07. Email dari Dere

🧚🧚🧚🧚🧚

"Rin, jemputlah rinduku. Dia ada diantara jutaan rindu dari jutaan jiwa yang terpisahkan terselip di antara dingin riuh angin malam."

-Theodere Dalimunthe

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Rinjani merebahkan badannya ke kasur. Lelah sekali rasanya sehabis membonceng cowok nggak tau diri kaya Neo. Udah jalurnya jauh, massa nya berat. Ampun deh kalau jumpa dia lagi.

Seharusnya Rinjani menghabiskan sore ini dengan berkeliling komplek, walau dia tidak yakin tidak akan tersesat. Melihat lihat keindahan taman komplek dan duduk disalah satu bangku di taman sambil mendengarkan lagu One Direction favoritnya. Walking in the wind.

Tidak. Rencana yang dia rancang dengan sangat berjalan dengan sempurna. Hanya gara gara cowok merepotkan yang membuat Rinjani kelelahan hingga Rinjani lupa tujuan awalnya bersepeda.

Tanpa Rinjani sadari, ban sepedanya juga kempes karena tadi.

"Ih mau mandi males banget!" rengek Rinjani pada dirinya sendiri. Dia menutup kepalanya dengan bantal. Meredakan rasa capeknya.

Sudah habis magrib. Dan ayah masih juga belum pulang. Biasanya sih ayah bakalan pulang jam lima sore. Ini kenapa belum pulang?

Seperti biasa, Rinjani akan menelpon ayahnya. Menanyakan kenapa dirinya belum pulang sampai jam segini.

"Ayah, ayah dimana?" tanya Rinjani sambil membuka kuciran rambutnya.

"Ayah di jalan ini, Rin, kenapa? Sebentar lagi ayah sampe kok," jawab ayah dengan nada panik.

"Oh, oke yah, hati hati ya yah," ujar Rinjani akhirnya, lega dengan keberadaan ayah. Tapi, Rinjani seketika terfikir, dia belum makan!

"YAH, SEKALIAN BELI MI ACEH YA YAH!"

"Astaghfirullah Rinjani, jangan teriak teriak bisa?"

Rinjani hanya terkekeh menanggapi omelan ayahnya di seberang sana.

"Yaudah Rin matikan telponnya. Hati hati yah,"

Rinjanj mematikan telepon saat terdengar seruan setuju dari sang ayah. Dia duduk di pinggiran kasur. Bengong. Iya emang, hobi Rinjani itu bengong.

Nggak ada yang lebih menyenangkan daripada membiarkan pikirannya terbang bebas melayang kesana kemari tanpa ada yang bisa berhentiin. Rinjani suka kebebasan. Namun, sayangnya, dia tidak pernah bisa bebas.

Ya, kecuali kalau lagi bengong.

Rinjani menggaruk hidungnya yang sebenarnya tidak gatal. Dan akibat dari digaruk tadi, hidungnya jadi gatal. Jadilah waktu lima menit dihabiskan untuk menggaruk hidung.

"Ish, mau mandi!" pekiknya lalu merebahkan badannya ke tempat tidur, lagi.

Bukannya mandi, malah berbaring, dan bengong lagi dia disana.

Rinjani itu, bisa dibilang gadis yang sangat malas mandi. Kadang, bisa jadi sehari hanya sekali ritual mandinya diadakan. Ya, paling parah dua hari tidak mandi juga pernah.

Tapi herannya, Rinjani tidak pernah kelihatan jelek atau gembel kalau belum mandi. Enggak bau juga. Jadi kalau ayahnya tanya, udah mandi atau belum, ya Rinjani jawab udah aja padahal juga belum. Toh, ayah juga nggak tau kalau Rinjani udah mandi atau belum.

Yang bisa bedain Rinjani udah mandi atau belum cuma, Dere. Iya, cuma Dere.

Rinjani tertawa hambar. Kenapa disetiap apa yang dia pikirkan, selalu nama Dere yang jadi tujuan? Kenapa harus cowok itu?

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang