06 - BERSEPEDA

73 72 9
                                    

06. Bersepeda

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Terkadang, yang suka bikin kesal itu, yang paling berbekas. Hati hati. Jangan terlalu benci. Karena kata orang orang, benci dan cinta itu berbeda tipis.

🧚🧚🧚🧚🧚

Kadang Rinjani heran. Kalau disekolah tuh rasanya capek banget. Kaya mau pulang terus tidur. Eh, pas sampe dirumah, nggak bisa tidur. Capeknya hilang. Alhasil, bingung mau ngapain dan berakhir mati kebosanan.

Nggak sampe mati juga sih.

Seperti saat ini. Dia duduk diam menonton tv, walau sebenarnya tv yang menonton nya. Dia sedari tadi hanya duduk, lalu tiduran di sofa, lalu duduk lagi, lalu telungkup, lalu kayang, yaudah gitu gitu aja.

Ayah belum pulang kalau masih siang begini, kecuali jika ada sesuatu yang buat ayah harus pulang. Ya, jadilah Rinjani sendiri dirumah seharian suntuk.

Dia rindu sekali pada Dere. Entah bagaimana kabarnya sekarang. Dere tidak mempunyai sosial media. Bukan tidak pandai bersosial media, namun, dia pernah bilang gini,

"Rin, hidup nggak bergantung sama sosial media. Aku bisa hidup tanpa itu."

Rinjani yang masih heran, berujar lagi. "Tapi kamu nggak bisa berbagi cerita hidup kamu di sosial media. Padahal enak loh kalau kaya gitu!"

"Rinjani, nggak semua hal dalam hidup itu harus di publikasikan ke publik, ke orang banyak. Ada mereka yang menikmati hidup mereka ya untuk mereka sendiri. Jadi, jangan bilang 'aneh' ke orang yang nggak punya sosial media."

Rinjani beranjak ke dapur, mengambil segelas air putih, lalu meneguknya sampai habis. Satu jam berguling guling di sofa sambil menonton tv, rasanya sangat menghabiskan banyak tenaga.

Ah, untuk cerita tadi disekolah, rasanya sangat melelahkan. Berprasangka buruk pada sahabat barunya, membuat rasa bersalah pada hati Rinjani muncul seketika.

Rinjani tersenyum saat teringat satu hal. Sepeda. Dia punya sepeda. Bersepeda sebentar mengelilingi perumahan barunya yang tidak terlalu dia hapal, bukan masalah besar kan?

Rinjani naik ke kamarnya, mengambil jaket, lalu mengucir rambutnya keatas. Dia tidak mengganti celana jeans pendeknya. Disemprotkan ya parfum ke badan, dan memakai bedak bayi, serta mengoleskan sedikit lip balm.

Rinjani juga bukan sosok cewek yang begitu bodoamat pada penampilan. Bahkan, dia selalu memperhatikan penampilannya. Sebagai cewek, naluri seperti itu bukan hal yang aneh.

Gadis itu memakai sepatunya, lalu mengeluarkan sepeda dari dalam bagasi. Memeriksa lagi kantong jaketnya, apakah uang yang dia bawa untuk membeli minuman atau makanan saat nanti dia bersepeda cukup aman didalam sana?

Dia tidak membawa hape. Mau bawa juga bagaimana? Untuk berantisipasi dan mengurangi resiko, akhirnya Rinjani meninggalkan hapenya dirumah.

Dikayuhnya pedal sepeda hingga keluar dari pekarangan rumah. Berbelok ke kiri dengan modal yakin saja. Semoga dia tidak tersesat.

"Anjir ada bocil," gumam Rinjani saat melihat di dekat persimpangan ada beberapa bocah yang juga sedang sepedaan.

Rinjani berusaha memelankan laju sepedanya. Kata mama, dulu, kalau ada orang lain yang berpas pasan sama kita di jalan, harus bersikap sopan. Memelankan langkah atau laju kendaraan misalnya. Mau itu yang lebih muda, ataupun yang lebih tua.

Dia selalu mengikuti apa kata mamanya itu.

"Kak, kak," panggil salah satu dari mereka. Yang memakai baju bergambar Spiderman.

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang