01. Amour

1.9K 243 40
                                    

Playlist Spotify ada di bio ya.

***

Rutinitas Doyoung selain menjadi mahasiswa 24/7 adalah berpacaran dengan si pujaan hatinya, Yedam. Sudah tujuh tahun semenjak mereka berpacaran membuat dia sangat tahu bagaimana Yedam.

Begitupula dengan sahabat-sahabat Doyoung, kenal sudah mereka dengan tabiat Yedam yang menimbulkan kontra anantara hubungan mereka berdua. Tak urung mereka terang-terangan pada Doyoung untuk menyuruh nya putus.

Tapi usulan bak titahan seperti itu tidak lagi berlanjut selepas Doyoung menjelaskan semua nya secara rinci sebagai pembelaan. Kemudian, hal-hal yang belum mereka tahu alibi dibaliknya langsung mereka pahami saat itu juga.

Semua penilaian buruk yang mereka berikan pada Yedam pun seiring waktu menyurut. Dan selama mereka berada di kelas 11, mereka jadi terbuka dengan Yedam. Berakhir sadar bahwa Yedam memang baik nyatanya, hanya saja mereka tak terlalu suka bagaimana penyikapan Yedam pada beberapa hal dan kondisi.

Dan yah, aslinya memanglah ia baik.

"Tapi gue juga sadar, kalau dia itu maniak, haha."

Sontak semua mata menatap pada lelaki bersurai coklat dengan highlight pirang yang sangat kontras dimata, siapa lagi kalau bukan Hyunsuk?

Tepat nya sekarang di kafe milik Doyoung waktu sebelas malam, menjalani rutinitas kesolidaritasan mereka untuk berkumpul yang hukum nya wajib bukan sunnah. Membicarakan masa abu-abu mereka dulu sampai ke topik tak bermutu sekalipun.

"Don't call him like that." celetuk Doyoung tanpa merasa tersinggung sekalipun.

"Tapi btw, lo tau latar keluarga nya?" tanya Yoshi.

Doyoung menggeleng dengan amat santai, "Enggak, nanti juga dia bakalan ngasih tau sendiri kalau mau."

"Lo udah coba tanya?" kali ini Jihoon yang bertanya.

"Udah, tapi dia ngalihin topik. Belum siap mungkin."

Benar, selama ini yang paling tertutup soal latar keluarga hanyalah Yedam seorang. Disaat Yedam tahu bahwa Doyoung adalah anak pemegang saham tertinggi dikorea, justru Doyoung sebaliknya, dia tidak tahu apapun mengenai si pujaan hati.

Apalagi juga dengan kondisi Yedam sangat sering bermain kerumah Doyoung sampai orang rumah hafal dari ujung rambut sampai ujung kaki. Namun tidak (lagi) dengan Doyoung yang sekadar mampir ke rumah Yedam.

Meskipun Doyoung tak pernah absen untuk berteleponan dengan bunda nya Yedam yang mungkin sekadar untuk menanyakan mereka akan kemana dan meminta nya untuk memperhatikan Yedam itu, Doyoung belum pernah dipinta untuk mampir.

Mengetahui bahwa bunda Yedam sangat menyayangi anak nya dan mempercayakannya pada Doyoung, dia pun merasa pintu terbuka dengan lebar sebab bunda Yedam memberikan hak padanya juga.

"Mau nambahin, bunda nya Yedam tuh baik banget. Gue pernah sekali ikut obrolan Doyoung sama bunda nya Yedam pas main dirumah Doyoung. Gila cuy! Suaranya adem bener!" celetuk Junkyu.

Asahi yang gatal pun ikut nimbrung, "Emang Doyoung deket sama bunda nya Yedam?"

"Gue sama bunda emang deket, baru tau ya?" ledek Doyoung.

"Yaiyalah! Bunda nya Yedam kalau nelpon lo pasti pas lo sendiri terus, pas ada Junkyu pun cuma kebetulan kayaknya." kesal Jihoon.

Doyoung tertawa lalu mengecek notifikasi ponsel nya, "Gue cabut duluan deh bro, Yedam minta jemput."

Lantas Doyoung pun langsung mengambil jaket kulit di bangku dan segera pergi dengan motor gede nya. Membelah angin malam untuk menuju tempat antah-berantah.

Selalu begitu tiap kali Yedam meminta jemput; ditempat-tempat aneh yang membuat Doyoung takut sekaligus khawatir Yedam akan kenapa-kenapa, kemudian berakhir dengan ia yang menghela nafas lega karena Yedam tidak terluka sedikit pun.

Sesampai nya, ia membuka helm lalu bertanya, "Kamu disini abis ngapain?"

"Nggak ngapa-ngapain, kok." denial Yedam.

"Kamu bau besi." katanya sambil mengendus.

"Ish! Padahal aku nggak kena, ditambah udah pake parfurm, kok masih bisa nyium sih?!" heran Yedam.

"Jawab aku, kamu habis ngapain, amour?" paksa Doyoung dengan halus.

"Tadi ada preman maksa aku kesini sehabis pulang dari rumah sepupu, yaudah aku nurut. Terus aku mau di pegang-pegang, jadinya aku lawan ... hehe." santai sekali Yedam menjelaskannya.

"Nggak dipegang-pegang kan? Kamu luka? Kalau luka aku-" tersirat panik di suara Doyoung.

"Nggak, kok. Sebelum dia pegang udah aku tusuk duluan matanya, haha." selak Yedam dengan tertawa

"Serem ya." balas Doyoung dengan jenaka.

"Aku nginep rumah mu ya? Baju ku masih ada di kamu kan?"

"Hmm." balas Doyoung sembari memakaikan helm pada Yedam.

Mereka pun pergi sana. Beberapa menit setelah mereka pergi, mobil Van segera datang dari arah belakang. Seperti cleaning service, mereka membersihkan gudang kosong itu yang penuh akan darah.

.

.

.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Sekarang mereka berdua sudah berbaring diatas kasur dengan berpelukan.

Doyoung yang bermain Instagram dan Yedam yang menjadikan tangan Doyoung sebagai bantalan seraya ikut menatap ponsel Doyoung.

Saat Doyoung sedang membalas DM dari teman-temannya, Yedam tak sengaja menangkap DM dari seorang perempuan dengan 50 last massage nya. Tidak dibuka oleh Doyoung membuat Yedam senang dengan hal itu.

"Itu siapa?" tanya Yedam tiba-tiba.

"Hm?" lantas Doyoung pun ikut menatap yang ditunjuk oleh sang pujaan, "Oh. Senior. Kata Hyunsuk dia suka sama aku tapi aku males ladenin."

"Kenapa?"

Mereka pun saling tatap, "Kenapa apanya? Kan aku emang nggak suka dia?"

"Terus kalau tertarik bakalan ditanggepin gitu?"

"Ya enggak? Kan aku emang nggak bakalan pernah tertarik sama dia?"

"Alibi, bilang aja takut dia aku apa-apain kan?" negatif Yedam.

Doyoung menghela nafas, "Ada pernah aku ngelarang kamu buat ngelakuin semua hal kayak gitu? Enggak, amour. Aku tau setiap kali kamu gitu pasti ada alasan dibaliknya

"Dan kalau emang aku udah punya pacar, rasanya males aja nanggepin kecuali temen-temen lama aku. Kamu nggak usah takut, nggak ada yang bisa ngegantiin kamu."

Sejujurnya Yedam tersenyum senang, tapi tidak mau ia tampilkan, "Masa?"

"Hm. Sekarang tidur, omongan sama pikiran mu ngelantur kalau udah malem gini."

Cup!

Yedam mengecup bibir Doyoung yang langsung dibalas dengan kecupan diseluruh muka. Ya, begitulah keseharian mereka. Saling memberikan cinta yang tak habis-habis nya padahal tahu kekurangan masing-masing.

Lalu bagaimana untuk seterusnya? Akankah mereka tetap bersama?

— To Be Continued —

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang