07. Greater Love

794 154 46
                                    

Doyoung tatap si pujaan hati, kala Dewi malam dengan para bintang nya jelas-jelas menampakkan diri dengan indah, termenung dalam afsun miliknya, berpikir apa semua nya akan mulus seperti dulu? Saat dimana dia tidak berpatisipasi dalam dunia ayah nya.

Selepas memikirkan kembali, setelah satu tugas yang diberi itu, ia jadi ragu, akankah semua nya benar-benar akan terlindungi? Ah, sulit rasanya bekerja seperti ini dengan satu sisi melindungi sesuatu juga. Ia tidak secakap ayah nya yang sudah berpengalaman.

"Mau ngomong sesuatu?" tanya Yedam, "Kamu ngeliatin aku sama mata kayak lagi ngerangkai kata, tau nggak?"

Mungkin Yedam sepenuh nya benar, Doyoung tidak tahu harus dimulai darimana agar mereka berdua benar-benar bisa memahami posisi masing-masing, sehingga akhirnya mereka dapat menghindari bahaya dari konsekuensi yang disebabkan kedua pihak, apalagi dari Doyoung.

"Boleh aku tanya sesuatu, nggak?"

Yedam pun menampilkan raut bingung nya, "Ya ... tanya aja nggak papa."

"Ayok kita jujur, soal keluarga kita masing-masing. Kayak yang kamu tahu, kita nggak pernah terbuka soal ini."

Doyoung tak tahu apa Yedam akan benar-benar memberitahu nya, mengingat dia sangat ketat untuk tetap menjaga identitas terkait keluarga. Tapi mau bagaimana lagi, dia terlalu khawatir Yedam akan kenapa-napa jika Doyoung tidak memberitahu nya perihal siapa dia.

Mengetahui bahwa membuka obrolan seperti ini hanyalah alasan untuknya guna jujur pada Yedam.

"Faktanya kamu nggak mau nanya soal aku, tapi kamu yang mau ngasih tau ke aku siapa kamu, kan?" Yedam menghela nafas, "Nggak usah ragu, emang udah seharusnya kita saling kenal soal latar belakang satu sama lain. Aku duluan, abis itu kamu, terakhir kasih alibi kenapa kamu banyak pikiran akhir-akhir ini, oke?"

"Iya."

"Ayah ku pengusahawan yang sukses tapi nggak setinggi ayah mu, bunda juga cuma penulis biasa. Tapi karena kekuasaan ayah, aku bebas ngilangin orang-orang yang ganjen sama kamu dari dulu. Aku tertutup karena emang nggak mau mereka kenapa-napa atas perbuatan ku yang kriminal, By ...."

Tidak ada yang patut dibenarkan dari pernyataan Yedam, saat dia dengan bebas menebas nyawa orang lain hanya karena dirinya. Tapi bagaimana dengan dia sendiri? Tidak ada bedanya. Nyatanya, mereka berdua memang dua sejoli yang dimabuk cinta juga kejahatan.

Hanya saja, jika Doyoung adalah pembunuh bayaran, maka Yedam adalah pembunuh ulung; ada beberapa yang berbeda dari dua julukan itu. Saat Doyoung mengharapkan imbalan seperti uang atau material, tapi Yedam hanya bergantung pada mood nya saja. Itu benar-benar berbeda.

"Kamu nggak marah?" tanya Yedam yang langsung di balas gelengan kepala oleh Doyoung.

Lantas Doyoung pun berdiri, diikuti oleh Yedam., bertumpu pada beton pembatas yang menghalangi nya agar tidak terjatuh dari atas rooftoop. Memandangi visual malam, seraya merangkai kata.

Dia hanya berpikir bagaimana jika Yedam tahu, Yedam akan segera meninggalkannya? Meski awal nya ia mungkin tidak, tapi bagaimana jika Yedam muak karena selalu masuk kedalam setiap aksi nya? Ia hanya takut, Yedam akan pergi jauh sampai Doyoung kehilangan hak untuk bertemu dengannya. Tapi jika dia diam saja,tidak memberitahu nya mengenai apapun, sama saja ia akan kehilangan Yedam karena muak dibohongi, bukan?

"Mamah cuma dokter biasa, tapi ayah ..." Doyoung pun menatap netra Yedam, hanya butuh sekadar menatap Yedam saja sudah membuat nya sedikit melupakan ragu nya, "Tapi ayah pengusahawan, lain sisi juga pembunuh pembayaran."

Yedam tak urung merespon kaget, namun mengingat Doyoung selalu menerima nya apa adanya, membuat Yedam sadar. Ia pun mengusap-usap punggung tangan Doyoung guna menenangkan.

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang