03. Chasten

920 203 63
                                    

Enam jam terlewati semenjak Yedam diantar pulang oleh Doyoung, tepatnya pukul sebelas malam kini, Yedam sudah duduk dibangku yang telah menjadi saksi dari banyak orang yang bercumbu.

Bar malam yang dibuka jauh dari pandangan masyarakat ini membuat nya ramai dikunjungi. Termasuk Yedam, Junkyu dan Haruto.

Mengungkit beberapa jam yang lalu, senior itu lagi-lagi men-DM Doyoung yang sial nya dipegang oleh Yedam. Meskipun akun Doyoung berada di ponsel Doyoung juga, dapat dipastikan bahwa ia tidak akan mengecek notifikasi nya.

Terbilang, Doyoung sangat jarang memegang ponsel selain mengecek notifikasi dari Yedam yang sudah diberikan ringtone yang berbeda-mereka berdua melakukan itu. Lagipula dia hanya akan mengerjakan tugas atau bermain PC hingga malam. Bahkan sekadar membantu mama nya membersihkan rumah, atau juga ikut membantu ayah nya untuk mengerjakan berkas-berkas yang tersisa.

Dan disinilah Yedam, menunggu si senior untuk datang kehadapannya. Berniat untuk meminta si senior menjauhi Doyoung karena demi apapun, Yedam tidak suka.

Melihat dipintu sudah ada si senior, Yedam pun mengetik lagi diponsel nya, "Meja ke lima dari pintu."

Dan tak lama senior itu berdiri dengan ling-lung. Yedam pun langsung berdiri juga.

"Maaf, ada orang yang namanya Doyoung disini? Soalnya tadi dia bilang-" ucapannya terpotong kala diperlihatkan layar DM mereka.

Menatap Yedam tak percaya sebab ia sadar bahwa bukan akun IG saja yang berada di tangan Yedam, tapi ponsel nya juga.

"Gue pacar nya, Bang Yedam, otw jadi Kim Yedam. Omong-omong kita seumuran." kenal Yedam pada si senior, "Ryu, kan?"

Tidak menjawab, justru Ryu memberikan tatapan penuh penilaian secara terang-terangan pada Yedam. Celana panjang bahan kulit yang ketat, kaus hitam polos yang dimasukkan, ditambah jaket crop juga choker berliontin lingkaran besi nya.

"Oh, lo pacar nya Doyoung yang itu? Kenapa lo ngajak gue kesini? Mau ngelabrak karena iri Doyoung mulai tertarik sama gue?" sinis nya, sembari memesan minuman, lalu meminum nya dengan santai.

Yedam memasang wajah menahan ketawa, "Gue minta lo jauhin Doyoung."

"Ada hak apa lo?"

"Ada. Gue pacar nya."

"Baru pacar, belum apa-apa."

"Ya tapi nanti gue bakalan nikah sama dia, gimana dong?" sombong Yedam seraya menyisir rambut nya kebelakang.

"Pede banget lo, gay!"

"Nggak papa pede sama pacar sendiri, daripada lo pede sama pacar orang lain? Nggak pantes, jalang."

Plak!

"Demi apapun, gue muak sama gay kayak lo!"

Dengan marah Yedam geret perempuan itu ke kamar sewa, yang seharusnya dipakai untuk bercinta tapi tidak dengan Yedam.

Entah apa yang akan ia lakukan kali ini, tapi Yedam benar-benar muak padahal baru sekali ia bertemu dengan Ryu.

Dari yang tidak mau menjauhi Doyoung sampai menghina nya. Sungguh, rasanya sangat ingin dia bunuh dengan cepat.

Melempar badan Ryu hingga mendebum keras kemudian kembali bertitah, "Jauhin Doyoung, dia cuma punya gue."

"Apa maksud lo?! Gue udah suka dia bertahun-tahun tapi keduluan sama lo! Apa salah nya gue berusaha?!" marah Ryu.

"Emang salah? Tau dia punya gue kok masih diperjuangin? Sekarang, jauhin Doyoung."

"Kalau gue nggak mau-"

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang