⚪10⚪

1.2K 292 56
                                    

Bukannya Jiyeon tidak pernah memikirkan bagaimana cara kembali ke dunia nyata, ia berpikir saat sadar ternyata dirinya berada di novel yang ia baca, berpikir sampai-sampai kepalanya panas dan siap meledak jika kembali dipaksa.


Cling!


Kembali pedang dalam genggamannya menghantam lantai kayu mengkilap. Jiyeon berdecak kesal karena akhir-akhir ini fokusnya sering terganggu.

"Sebaiknya kita istirahat dulu," ujar Sunghoon. Pria itu bisa memaklumi jika kepergian calon suami Sang Putri membuat gadis itu cukup terguncang hingga mempengaruhi sesi latihan mereka dua hari belakangan ini.

Sejauh ini, memang orang-orang disekitarnya berpikir bahwa Jiyeon begitu terguncang akibat kematian Jungkook. Tapi lebih dari itu, bagi Jiyeon, kecamuk terbesarnya adalah hukum penggal yang tak akan lama lagi dijatuhkan kepadanya.

Jiyeon mengerang frustasi, bibir bawah digigit kuat dan surai yang dikepang kuda menjadi sasaran kelima jemari lentiknya.

Sunghoon berbalik, raut wajah si Tuan Putri terlihat depresi. Dan pria muda itu sempat bertanya-tanya, ke mana Duke Taehyung sepuluh menit ini? Tidak biasanya pria tampan penuh pesona itu melewatkan pengawasannya pada calon adik iparnya ini barang sedetik saja.

"Mau ikut saya?" Entah kenapa  Sunghoon nekat saja mengajak gadis cantik itu.

Jiyeon menatap bingung, sedari pertama bertemu  ia menilai jika Sunghoon tidak begitu menaruh peduli padanya. Dan tidak ada basa-basi atau pun usaha untuk mendekatkan diri. Pria itu seperti menjauhi Jiyeon di saat pertemuan pertama mereka.

"Ke mana?"

"Hutan, saya butuh amunisi untuk senjata. Saya pikir, Tuan Putri butuh udara segar saat ini."

Pria ini, selain tampan dan sopan, ternyata memikiki sisi yang cukup peka terhadap suasana hati perempuan.

"Aku akan meminta pengawal menyiapkan kereta—"

"Sulit ditempuh dengan kereta, Tuan Putri. Lebih cepat dengan berkuda," sela Sunghoon.

"Baiklah, ayo!"

Sunghoon terdiam melihat Jiyeon yang begitu semangat. Gadis itu bahkan berjalan mendahuluinya menuju istal.

"Bukankah sebaiknya kita menunggu Duke Taehyung?" tanya Sunghoon mengikuti langkah Jiyeon.

Pria itu melihat Jiyeon yang tampak santai menyusuri rerumputan di bawah sepatu boots-nya. Kemeja putih dan celana kulit bewarna hitam yang mencetak tubuh indah si Tuan Putri pun tak lepas dari pengamatan. Dalam situasi yang berbeda, putri bungsu kerajaan ini begitu anggun dan manis dibalut gaun sederhananya, selera yang cukup unik untuk ukuran seorang putri kerajaan. Dan di situasi seperti sekarang, gadis itu terlihat cantik dan aura yang begitu kuat, terlihat alami dan daya tariknya sungguh misterius.

"Dia hanya mengawasiku saat sesi latihan, dan kau mengajakku untuk menghirup udara segar di hutan, ini tidak ada kaitannya dengan latihan." Jiyeon memutar bola matanya malas, kakinya melangkah memasuki istal yang setiap malam ia datangi. "Bisakah kau tidak seformal ini?" protes gadis itu pada akhirnya. Meski aturan dikerajaan memang mengharuskan seperti itu, tetap saja bagi Jiyeon itu terasa aneh dan menggelikan. Mereka seumuran!

"Saya tidak mungkin berani, Tuan Putri."

"Oh ... terserah kau sajalah."

Jiyeon melihat Sunghoon yang berhenti di salah satu kandang, kuda putih yang terlihat jinak menundukkan kepalanya saat pria di hadapannya mengulurkan tangan untuk mengelusnya.

Membuka pintu kandang, Sunghoon menggiring kuda putih itu keluar. "Silahkan naik, Putri Jiyeon."

"Lalu, kudamu?"

Verticordious✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang