Act 1

79 9 2
                                    

Malam itu, hujan mengguyur kota Seoul dengan begitu deras. Bahkan sang petir turut memperdengarkan suara lantangnya. Udara yang begitu dingin dan juga kelamnya langit membuat sepasang suami istri yang berbaring di ranjang itu memilih untuk memejamkan mata setelah seharian sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tak ada percapakan apapun kendati mereka masih terjaga. Hanya sebuah deru nafas dari sang istri yang berusaha untuk tidur meski tidak bisa. Suaminya, Kim Seokjin masih sibuk membaca buku dengan bersandar pada dashboard ranjang. Hwang Hyora melihat itu dan memilih untuk ikut bangun, memperhatikan sang suami yang kini balik menatapnya.

"Tidak bisa tidur?" Tanya Seokjin lembut yang dibalas anggukan oleh Hyora. Lelaki itu meletakkan bukunya di nakas kemudian menarik istrinya ke dalam pelukan. Mengusap lembut rambut Hyora penuh kasih.

"Apa kau masih memikirkan ucapan Ibu?" tanya Seokjin berhati-hati. Ia tahu apa yang tengah istrinya pikirkan.

Hyora hanya diam, memeluk suaminya lebih erat karena merasa tak ingin kehilangan. "Maafkan aku." hanya itu yang diucapkan Hyora dengan nada penuh kepedihan. Bagaimana tidak, usia pernikahannya sudah menginjak tahun ke tiga dan ia sama sekali belum memiliki momongan. Belum lagi Ibu mertuanya yang terus menuntut Hyora untuk berobat ke sana-sini agar bisa memiliki anak. Akan tetapi semua usaha itu sama sekali belum menunjukkan sebuah harapan. Wajar saja jika Ibu Seokjin terus meminta cucu, sebab Seokjin adalah putra semata wayangnya, pewaris dari perusahaan besar milik keluarga Kim. Maka dari itu keluarga Seokjin terus menuntut cucu pada Hyora yang jelas-jelas belum bisa mengabulkannya.

"Tidak apa. Mungkin Tuhan memang belum mengizinkan kita untuk memilikinya. Mau ku temani ke Dokter lain kali?" tanya Seokjin.

Hyora hanya menggeleng, "Aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu." tukas Hyora.

Seokjin tersenyum, melepas pelukan itu agar bisa melihat wajah istrinya, "Istriku lebih penting daripada pekerjaan." tukasnya lantas mencium bibir Hyora sekilas. Menyentil hidung wanita yang sudah menemani hidupnya selama hampir enam tahun itu dengan penuh cinta. Hyora tersenyum, bersyukur karena memiliki suami seperti Seokjin yang selalu memahaminya.

"Ayo kita berusaha lagi." ujar Seokjin yang membuat Hyora mengernyit sejenak, sebelum akhirnya mengerti maksud Seokjin karena lelaki itu sudah menciumi bibirnya dengan penuh hasrat. Menurunkan gaun tidur istrinya hingga beralih menciumi leher dan tulang selangka. Memberi beberapa tanda di tempat yang tidak terlihat karena bagaimanapun istrinya juga merupakan wanita karier yang sibuk, dan Seokjin tidak ingin menganggunya.

"Aku mencintaimu, Hyora sayang." tukas Seokjin setelah melepas semua penutup di tubuh Hyora dan dirinya sendiri. Melebarkan kaki Hyora dan menciuminya agar memudahkan pergerakan mereka. Hyora tidak pernah bisa menolak apapun yang Seokjin lakukan, lelaki itu adalah candunya. Mengisi kehidupan Hyora yang dulu kosong dengan penuh tawa dan cinta.

Suara erangan Hyora terdengar manakala Seokjin memulai pergerakan itu. Mengisi kekosongan Hyora yang teramat mencintai suaminya. Lagi dan lagi, menapaki surga bersama dengan penuh hasrat dan cinta. Membiarkan beban pikiran yang menganggu kinerja otaknya hilang sementara, karena pada esok pagi keadaan akan tetap sama. Hyora akan terus dituntut oleh hidupnya agar sempurna.

*

Hyora tahu bahwa suaminya sudah pergi bekerja pagi-pagi sekali. Karena itulah mengapa ranjang di sebelahnya kosong dan menyisakan Hyora yang masih enggan untuk beranjak dari sana. Padahal mengingat jadwalnya hari ini cukuplah padat, banyak pesanan gaun pengantin yang harus ia buat dalam beberapa waktu kedepan mengingat butik miliknya memang selalu ramai. Terkadang, Hyora menyerahkan tugas itu pada sekretarisnya, Han Soji yang selalu membantunya di saat apapun.

Dengan langkah berat karena miliknya masih terasa sakit, sebab Seokjin selalu saja menggila jika itu tentang dirinya. Padahal itu sudah bukan pertama kalinya bagi mereka melakukannya. Namun, Seokjin selalu bisa membuat kewarasan Hyora hilang. Tenggelam dan larut setiap kali Seokjin menyentuhnya penuh afeksi.

Unfaithfully (Under Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang