Act 4

41 4 0
                                    

Roses are red
Violet are blue
Yaudah sih gitu doank
Jangan lupa vote dan komennya ya
Happy Reading

***

"Madness lives
inside your head,
of poems lost
and pages dead."

-Michael Faudet-

Mobil Mercedes benz itu telah sampai didepan gedung salah satu apartement mewah di Seoul. Menampakkan sang pengemudi tampan yang kini membukakan pintu pada seseorang. Wanita berusia empat puluh enam tahun yang notabene adalah Ibu Jungkook itu masih sibuk dengan sambungan telponnya.

"Aku pikir hanya aku yang tidak suka. Kau tahu sendiri kan bagaimana sombongnya dia" ucapnya. "Tentu saja, Kau ini. Ngomong - ngomong, nanti aku telpon lagi ya. Aku sedang mengunjungi putraku dulu"

"Jangan khawatir. Kau tahu, dia memperkenalkan kekasihnya padaku. Nanti kuceritakan lagi. Baiklah, jaga dirimu" lalu sambungan itu dimatikan.

"Dohwan-ah, bilang pada Tuan Jeon aku sedang mampir sebentar. Kau tidak apa - apa kan ?" Tanyanya begitu mengambil sebuah kotak dibungkis kain yang berisi makanan.

Lelaki yang bernama Dohwan tersenyum, "Tidak apa - apa, Nyonya. Tuan Jeon selalu mengerti" balasnya kepada sang Majikan. Nyonya Jeon tertawa lalu menepuk pundak lelaki itu, "Kau juga cari kekasih ya, nanti kenalkan padaku juga. Jungkook sudah punya kekasih lho"

Dohwan nampak semangat, "Benarkah ? Wah, pada akhirnya" Pun Nyonya Jeon juga tertawa. Sebab Jungkook itu terlalu pemilih soal perempuan.

"Yasudah, tunggu sebentar ya" imbuhnya lagi kemudian pergi. Menempelkan kartu pada pintu dan masuk. Para petugas yang ada di apartemen memberi salam pada Nyonya Jeon, sudah tidak asing lagi sebab sosoknya terkenal ramah dan baik. Apalagi keluarganya juga terkenal dermawan, termasuk Jeon Jungkook sendiri.

Pintu apartemen itu terbuka, Nyonya Jeon lantas meletakkan bawaannya pada pantry dapur. Memanggil - manggil anaknya yang tak kunjung menyahut, padahal biasanya lelaki itu akan berangkat bekerja pada pukul sepuluh, sedang sekarang masih berupa pukul tujuh. Karena penasaran, Nyonya Jeon membuka pintu kamar anaknya namun ternyata kosong. "Apa bocah itu tidak pulang" pikirnya. Berjalan menuju rak sepatu namun jumlah sepatunya genap. Hanya saja, ada sesuatu yang membuatnya terkejut saat itu juga.

"Sepatu wanita?"

Memperhatikan ke seluruh ruangan, Nyonya Jeon tiba - tiba teringat ada ruangan lain di apartemen itu. Dengan langkah kaki yang begitu pelan, ia berjalan dan membuka kenop. Matanya sontak membulat sempurna dan telapak tangannya menutup mulut berusaha meredam suara.

Kamar itu berantakan dengan pakaian yang tercecer di lantai, sedang pemiliknya tengah tidur memeluk perempuan yang bisa Nyonya Jeon tebak keduanya telanjang. Wanita itu berjalan pelan, penasaran dengan sosok yang ada disana.

"Kalau begini aku harus cepat - cepat menyuruhnya menikah" tukas wanita itu.

"Jungkook-ah" ucapnya memanggil anaknya dengan suara datar.

"Jungkookie~" katanya lagi, tapi masih belum membangunkan kedua orang itu.

Bersiap dengan panggilan ketiga, Nyonya Jeon mengurungkannya karena terdengar lenguhan, sebelum berganti teriakan karena melihat keadaannya sendiri.

Hwang Hyora terkejut setengah mati. Terbangun dengan keadaan telanjang, ditambah seorang wanita tengah berdiri dihadapannya.

"Sudah bagun, Nak Hyora?"

Matilah Hyora saat ini. Ia benar - benar tidak bisa memproses keadaan.

"H-halo bibi. Ma-maaf aku--"

"Sst, tenangkan dirimu. Tidak apa - apa, aku bisa mengerti anak muda sekarang" tuturnya yang malah membuat Hyora tertegun.

Unfaithfully (Under Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang