Act 2

35 4 0
                                    

I am hopelessly in love with a memory. An echo from another time, another place.

-Michael Faudet-

***

Terbangun tengah malam karena mimpi buruk bukan sesuatu yang asing bagi Hyora. Terlebih lagi melihat ranjang suaminya masih kosong menandakan bahwa lelaki itu tidak pulang. Pasti masalah pekerjaan, pikir Hyora manakala ia melihat sebuah pesan dari sang suami yang mengatakan tidak pulang. Selalu seperti itu sejak dulu.

Dengan langkah pelannya, Hyora memilih untuk pergi ke lantai bawah mengambil minum. Membuka isi kulkas dan mengambil satu botol air lantas meminumnya. Menyisakan setenggah lalu kembali ke dalam kamar. Sebuah pesan kembali masuk.

Min Tua
Aku sudah mencarikanmu dokter kenalanku. Kau hanya perlu datang hari kamis depan.
Sent location
Jangan memendamnya terus

Iya aku tahu

Hyora hanya meletakkan ponsel itu di nakas. Kembali berbaring namun tidak lagi memejamkan mata. Pikirannya terus berkelana tiap malamnya. Sebab hidupnya tak lagi tenang karena penuh teror dan tekanan yang membuatnya terkadang kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Hyora tidak tahu sejak kapan semua itu mulai terjadi. Yang ia ingat dirinya dulu adalah gadis ceria yang terkadang bisa bersikap ba-bar karena ajaran Yoongi. Pun Seokjin juga menyukai sisi galak Hyora yang memang membuatnya dulu jatuh cinta. Tapi sekarang, Hyora senidir merasa ia sulit untuk tertawa lepas atau bahkan bersenda gurau seperti dulu. terus meneguk alkohol dan tidak lupa pada pil tidur. mungkin karena itulah ia merasa sulit untuk memililki anak.

Kini, wanita yang terlihat kesepian itu mulai merindukan masa-masa kecilnya yang bahagia. Merindukan orang tuanya yang mungkin sudah berbahagia di surga. merindukan masa dimana ia membolos besama teman-temannya saat sma. Hyora rindu itu, dan tentu saja ia rindu semuanya.

***

Denting lonceng yang berbunyi menunjukkan bahwasanya seseorang tengah masuk kedalam kafe. Seorang pria yang duduk di salah satu kursi pelanggan itu melambai sehingga wanita yang baru datang itu lantas mendatanginya.

"Kenapa kau selalu merusuh disaat aku sibuk sih?" keluh si wanita.

Lelaki dengan ekspresi datar itu menyodorkan botol minum padanya, "Itu juga demi dirimu gadis bodoh." jawabnya singkat. Min Yoongi tidak terkejut dengan sambutan kesal dari sahabatnya itu, sudah dari dulu memang begitu dan tidak bisa dirubah. Tapi justru itulah yang membuat persahabatan keduanya awet. Ada pepatah yang mengatakan kalau pesahabatan perempuan dan laki-laki itu hanya sekedar frasa. kenyataan bahwa tidak jatuh cinta kepada temannnya itu adalah seratus persen kebohongan. Tapi kebanyakan memang benar, Yoongi dulu pernah jatuh cinta pada Hyora, tapi hanya sebentar sebab Yoongi berpikir dua ali jika harus mencintai wanita bar-bar dan suka menyiksanya itu. Tipe yoongi itu adalah gadis lembut yang bisa menerima sifatnya yang temperamental. Kalau dengan Hyora, bukannya gadis itu menasehati yang ada malah mengajak bertengkar, itu kenyataan yang tidak bisa diubah sejak mereka kecil. Tapi Yoonginya juga menurut saja pada Hyora.

"Soji bilang kau lebih terlihat stress akhi-akhir ini?"

Bukannya menjawab, Hyora sibuk memainkan botol yang kini tersisa setengah setelah ia minum. Berusaha mendinginkan otaknya yang panas mengingat masalahnya. "Ibu mertuaku ingin aku bercerai dengan Kak Seokjin jika dua bulan kedepan aku tidak hamil."

Yoongi terkejut tentu saja. Setelah selama ini mereka bersusah payah meminta restu, tapi sekarang dengan mudahnya menyuruh bercerai. "Apa ibu mertuamu mabuk?"

Hyora mencebik, "Sejak kapan ibu mertuaku yang anggun dan elegan itu mabuk-mabukan Yoongi" kata Hyora dengan nadanya yang kesal. Memijat keningnya yang terasa pening karena ia sendiri merasa menjadi orang bodoh jika terus membicarakan kehidupa rumah tangganya yag terasa hampa itu.

Unfaithfully (Under Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang