1

4.3K 32 1
                                    

Kara Damayanti Abdillah adalah salah satu siswi dijurusan IPA SMA Taruna jakarta. Berada dikelas XII, membuatnya lebih fokus dalam menekuni pelajarannya sebelum ujian.

Kara menjadi siswa yang cukup berprestasi. Dengan menyumbangkan berbagai mendali kemenangan, pada tiap lomba atau olimpiade saint yang ia ikuti. Kara seperti jurusannya, menyukai materi berbau biologi. Sudah tentu kejuaraan yang dia ikuti adalah biologi.

Saat ini dia masih fokus mendengarkan materi yang diterangkan Bu Elis. Sedangkan Nara Andita, teman sebangkunya masih asik bermain Hp. Tanpa mengindahkan materi yang tengah di berikan. Kara sudah hafal oleh sifat teman sebangkunya ini. Sudah malas hanya untuk menegur. Lebih baik dia fokus pada pelajaran.

Waktu bergulir cepat, sekarang mereka sedang menikmati makan siang dikantin. Yah mereka, Kara dan sahabat-sahabatnya. Ada Nara si bandel, Alya dan Neta. Kara merasa beruntung memiliki mereka sebagai sahabatnya.

"Ra, lo pulang sekolah ada kegiatan nggak?" Tanya Alya. Masih fokus pada makanannya

"Ada kelas tambahan," jawab Kara datar.

"Yahh.. nggak bisa hang out dong kita," tanggap Nara dengan wajah lesu. Setengah berpikir, lalu berubah ceria seketika, "Selesai olimpiadenya Ara aja gimana guys?" Tanya Nara dengan menggebu-gebu.

"Hem.., gue sih ayok aja," balas Alya sembari mengangkat dagu ke arah Neta.

Merasa di tunjuk, Neta lalu menegakkan duduknya. "Gue aman lah, lagian lo masih aja ikut gitua Ra. Udah deket ujian juga," ujar Neta berkomentar.

"Aranya juga nggak mau kali kalau nggak ditunjuk," balas Nara yang hanya didengarkan Ara sekilas. Masih fokus pada makan siangnya.

Sejenak perhatian mereka teralih pada segerombol siswa. Yang tengah berjalan menuju stan makanan. "Tuh liat, tumbenan nenek lampir ke kantin anak IPA," kata Alya sarat akan kejulitan.

"Palingan juga caper aja Al," balas Neta lalu mendapat sikutan dari Nara. "Apa si Na?" Tanya Neta risih yang hanya dibalas pelototan dari yang ditanya.

"Udah ah, jangan ngegosip mulu. Balik kelas yuk," ajak Nara seraya melihat jam dipergelangan tangannya. Mengetahui waktu istirahat akan segera berakhir. Meraka kemudian beranjak meninggalkan kantin. Karena kelas yang terpisah membuat ke-empat sahabat tersebut harus berpisah di koridor menuju kelas masng-masing.

Kara yang sedari awal sudah berniat ke perpustakaan. Menyempatkan waktunya mencari beberapa buku sebelum kembali ke kelas.

"Kalau udahan langsung balik ya Ra," kata Nara mengingatkan.

"Iya Na, Cuma bentara kok," balas Ara. Lalu melanjutkan langkah menuju perpustakaan.

.

Mencari beberapa buku untuk refensi bahan belajar sebelum olimpiade. Rutin dilakukan Ara. Ketika asik memilah bacaan, terdengar suara-suara aneh dari belakang punggungnya. Kara menoleh, memastikan apa yang dia dengar. Tetapi, dia tidak yakin dengan apa yang dia dengar. Seolah seseorang tengah melakukan aktivitas olahraga. Suara-suara tersebut terdengar terengah dan sekilas ada benturan diantaranya.

Menemukan apa yang Kara cari. Dia segera berlalu menuju meja penjaga. Buku tersebut harus distempel satu persatu sesuai dengan tanggal pengembalian. Ketika memperhatikan aktivitas penjaga tersebut. Terdapat siswa yang melewati Kara begitu saja. Sekelebat, Kara melihat wajahnya namun tidak mengenalinya. Bukan dari kelas IPA mungkin, batinnya bergumam.

Ini Ara. Jangan lupa tanggalnya ya, ucap Bu Ani selaku penjaga perpus. Kara kembali melihat Bu Ani.

"Ah iya Ibu, terimakasih," ucap Kara ramah. "Ara permisi kembali ke kalas dulu ibu," pamitnya yang dibalas seulas senyum dari Bu Ani.

.

"Tumben lama?" Tanya Nara.

"Hem Biasa Na. Udah yuk ke lab, keburu ketinggalan kita," kata Kara mengingatkan.

Pelajaran selanjutnya ialah praktikum kimia. Berlalu menuju laboratorium, Kara hanya fokus pada jalan didepannya. Sempat beberapa temannya heboh oleh siswa yang tengah berjalan, berpapasan dengan meraka. Dilihat dari penampilannya, terlihat mereka sedikit berandal. Hal tersebut diacuhkan saja oleh Kara. Dia memikirkan pre tes yang akan dilakukan sebelum praktikum. Karena dia belum membaca modul sama sekali. Berbeda dengan teman-temannya yang masih heboh membicarakan siswa-siswa IPS itu.

2 jam praktikum terasa singkat. Beruntung Kara dapat menjawab soal-soal itu tanpa hambatan. Kalau tidak, mungkin dia tidak bisa mengikuti praktikum. Tinggal menyerahkan laporan sementara kepada laboran. Dan praktikum hari ini selesai.

"Ra, nggak apa-apa kan kalau kita duluan?" Tanya Yuli, teman sekelompok Kara.

"Em, iya nggak apa-apa. Ini bentar lagi selesai kok," jawab Kara ringan. Masih menulis beberapa bagian dalam laporan sementaranya.

"Thanks Ra," balas Vivi puas. Lalu mereka meninggalkan Ara.

Selesai dengan laporan semntara. Kara kembali bersama Nara ke kelas.

"Kebiasaan deh, yang dapat satu kelompok sama lo. Selalu ngelimpahin tugas gitu aja," gerutu Nara sambil berjalan ke kelas.

"Udah lah Na," balas Kara acuh. Tidak ingin mengambil hati perihal tersebut.

"Kambuh deh cueknya," ujar Nara seraya memutar kedua bola matanya.

Sampai dikelas, mereka memberaskan buku-bukunya.

"Kelas tambahannya dimana Ra?" tanya Nara sambil merapihkan alata tulisnya.

"Di pendopo kayaknya Na,"

"Pulangnya dijemput kan?" Tanya Nara lagi.

"Iya Na," balas Kara singkat.

"Oke. Kalau gitu gue duluan ya. Udah ditunggu anak-anak nih," kata Nara sudah siap dengan tas punggungnya.

Melambaikan tangan singkat kemudian berlalu. Sedangkan Kara masih harus membereskan setengah buku-bukunya.

.

Melihat pendopo tampak ramai, membuat Kara sedikit malas. Dengan langkah gontai, dia duduk di bangku taman dekat pendopo. Memperhatikan kebanyakan dari temannya bukan dari kelas IPA. Membuat Kara semakin acuh dengan sekitarnya. Tidak mempedulikan tatapan orang disekitarnya. Yang melihatnya dengan tatapan malas dan ingin tahu. Sudah sering Kara dapatkan.

"Ara, kenapa masih disini?" Tanya Gilang sang ketua OSIS

Sedikit terkejut, namun Kara segera menormalkan ekspresinya. Kara hanya menggeleng pelan. Tidak berkenan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kara tidak merasa terlalu akrab dengan Gilang. Sedikit risih berada di posisi bersebelahan seperti saat ini. Membuka Hp, membalas chat dari mamanya. Sampai lupa pada orang yang masih duduk di sebelahnya.

"Kamu nggak nyaman sama mereka?" tanya Gilang. Terdengar lebih seperti pernyataan ditelinga Kara. "Kelas kali akan bersama dengan mereka. Kamu harus menyesuaikan diri," katanya lagi. Seakan benar-benar mengerti dengan apa yang Kara pikirkan. Kara hanya mengangguk singkat sebagai balasan. Terdengar seruan dari pak Nawang, segera meminta mereka untuk merapat.

Duduk bersebelahan dengan Gilang. Kara tidak menolak ataupun mencoba menghindar, walau tidak nyaman. Kara ingin kelas tambahan ini segara selesai. Karena dia tipikal orang yang cuek pada sekitar. Ketika sudah fokus pada satu hal. Keberadaan Gilang tidak akan berpengaruh banyak, pikirnya.

Mengacuhkan segala gunjingan yang menghiasi awal kelas. Kara tetap nyaman dengan kediamannya. Tidak menghiraukan sedikitpun ocehan menyindir atau mengejek dari teman-temannya ini.

hai-hai guys, bagaimana kabar kalian? :)

aku minta maaf yang sebanyak-banyaknya ya. sudah buat kalian nunggu lama.

semoga forever tetap jadi pilihan bacaan kalian

jangan lupa tinggalin votenya ya.

FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang