5

1.7K 45 0
                                    

Melihat siku dan lutut Kara yang terbalut plaster. Tanpa banyak alasan Bu Dayu menyuruhnya duduk. Nara melihat Kara dengan pandangan bertanya. Disamping penasaran dengan luka-luka yang didapat Kara. Masih pagi dan temannya ini sudah keluar UKS.

Kara acuh saja akan pertanyaan yang di hujankan padanya. Menjawab singkat dan seperlunya. Membuat Nara menghela napas. Hanya puas dengan jawaban-jawaban pendek dari Kara.

Di akhir pelajaran Bu Dayu, memanggil Kara untuk ke ruangan sebelum masuk. Nara kembali diliputi rasa penasaran. Tapi Kara juga belum tahu, hal apa yang membuat Bu Dayu memanggilnya.

.

"Kenapa dipanggil Bu Dayu Ra?" tanya Nara. Menuntaskan rasa penasarannya yang sudah menggunung. Dalam diam Neta dan Alya mendengar informasi yang berusaha dikorek Nara. Dengan sifat cuek dan pendiam, jarang sekali dapat mengorek informasi dari seorang Kara.

Kara mengendikkan bahu, pertanda tidak tahu. Bahkan untuk membuka mulutnya saja terkadang Kara bisa semalas itu.

"Hem, atau ada tambahan pelajaran dari Bu Dayu?" Tanya Nara menebak. Kembali Kara mengangkat bahu pelan, lalu melanjutkan makan siangnya.

"Na, ya masak si Ara ada tambahan pelajaran bahasa Indonesia. Kan dia mau olimpiade biologi," jelas Alya menyadarkan Nara.

"Udahlah guys. Nanti juga bakal tahu. Si Ara kan habis ini ke ruangannya Bu Dayu," ujar Neta. Memperhatikan makan siang Ara yang sudah tandas.

"Hem, guys gue ke ruang Bu Dayu dulu ya. Keburu Bel masuk nih," kata Kara setelah meneguk habis es-nya.

"Perlu di anter nggak?" Tanya Alya. Mengingat Ara belum pernah beranjak ke gedung IPS. Tempat dimana ruangan Bu Dayu berada.

Mengerut dahi sejenak, mendengar tawaran Alya. "Nggak deh," jawab Kara kemudian. Tidak lucu menurutnya. Jika dipikir Ara akan tersesat. Para sahabatnya mendengus geli. Membiarkan Ara melangkah keluar kantin.

Melangkah menuju gedung IPA. Disepanjang jalan, banyak godaan maupun sindiran yang Ara dengar. Itu sudah biasa didapat Ara. Bodoh amat dengan semua itu, Ara juga tidak pernah merasa berbuat salah pada mereka.

Setelah sedikit mencari, akhirnya dia tiba di depan kantor Bu Dayu. Mengetuk pelan, terdengar sahutan dari dalam. Ara membuka pintu tersebut dengan sopan.

"Ara.., sini nak duduk depan Ibu," ujar Bu Dayu menyilahkan. Ara sedikit mengulas senyum, beranjak duduk di depan Bu Dayu.

Sedikit melihat-lihat ruangan tersebut. Kara lalu kembali memandang Bu Dayu. "Ada perlu apa ya Ibu memanggil saya?" Tanya Ara ingin tahu.

Dayu tersenyum mendengar pertanyaan Ara. "Begini nak, ada salah satu murid jurusan IPS yang nilai bahasanya bisa dikatakan kurang," jeda sejenak. Lalu Dayu kembali melanjutkan, "Maka dari itu, Ibu mau minta tolong. Agar kamu membantunya belajar materi yang tertinggal. Karena dia harus mengejar nilainya," tutur Dayu menjelaskan.

Terdengar ketukan, dengan segera Dayu menyahut. Mempersilahkan muridnya masuk. Duduk bersebelahan dengan Ara.

Ara hanya mengamati siswa tersebut. Dengan pandangan terkejut, namun dia segera menormalkan ekspresinya..

"Ara, ini Elang yang Ibu ceritakan tadi," ujar Dayu. Ara memandang mata dingin tersebut. Ara harus tetap menjaga sikapnya di depan Bu Dayu.

"Elang," panggil Bu Dayu. Sedangkan yang dipanggil tak mengalihkan sedikitpun perhatiannya dari Ara. "Ini Ara yang akan membantumu belajar dan meningkatkan nilai bahasamu," kata Bu Dayu melanjutkan.

FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang