12

1.1K 29 11
                                    

Melangkah kaki, seorang gadis memperhatikan beberapa anak yang sedang beristirahat di bashcamp. Tempat berkumpul teman dan para sahabat Elang. Melihat Elang tidak ada ditempat. Gadis tersebut mulai berpikir dimana Elang berada selain di bashcamp. Biasanya disaat seperti Elang selalu bersantai disini.

"Tumben lo kesini, cari siapa?" Tanya Rian. Mempersilahkan seorang gadis untuk duduk disebelahnya.

"Elang kemana?" Tanyanya penasaran. Mengetahui kebiasaan Elang yang sering menghabiskan waktu disini bersama mereka. Kini tidak terlihat dimanapun.

"Entah. Elang belum kesini sih," jawab Bima. Mengamatinya yang tampak kawatir. Tapi dia tidak merasa perlu tahu urusan gadis itu.

"Oke. Gue cabut dulu deh. Tahu aja ketemu dijalan," ujarnya santai. Menutupi keresahan yang tergambar diwajahnya.

.

"Si Elang, kayak tergila-gila banget sama Ara," kata Alya setengah menggerutu.

"Nah, lo juga liat kan gimana sikap si Elang," sahut Nara. Ikut membenarkan penilaian Alya.

"Kalian denger kan jawaban Elang tadi. Dia tuh yakin banget," timbrung Neta. Menanggapi penilaian kedua sahabatnya.

"Mereka belum jadian nggak sih. Atau udah jadian, tapi si Ara bungkam aja ke kita," kata Alya menebak. Melihat interaksi Elang dan Ara. Bisa dipastikan mereka jadian. Namun anehnya, Ara belum buka suara apapun soal Elang.

"Soal ginian, ya kali Ara diem aja Al," sahut Nara sedikit dongkol.

"Udahlah, toh kita bisa kroscek langsung ke Aranya. Santai lah guys," ujar Neta menenangkan.

Mereka berpisah dilorong menuju kelas. Nara harus berjalan sendiri ke kelas. Karena Ara masih tertahan bersama Elang.

.

Memeriksa smartphone-nya, Elang sudah memastikan masalah itu selesai. Dia tidak perlu campur tangan untuk membereskannya. Karena itu bukan sepenuhnya tanggungjawabnya.

Dia sedang menunggu Ara. Rencananya hari ini, dia akan belajar bersama para sahabatnya. Sekaligus mengenalkan Ara dengan mereka. Elang tidak mungkin terus menyembunyikan hubungannya dengan Ara. Apalagi dari para sahabatnya.

Mendengar derap langkah. Elang menegakan pandangannya. Mengamati Ara berjalan pelan kearahnya. Dalam posisi seperti ini saja. Ara sudah terlihat menggodanya. Belum lagi kalau Ara sedikit di poles. Mungkin Elang tak akan mengijinkan pemandangan tersebut dinikmati orang lain. Hanya seorang Elang yang boleh.

"Lang," panggil Ara. Menyadarkan Elang dari lamunannya. Menyambut Ara dengan senyuman. Segera saja Elang beranjak membukakan pintu mobil untuk gadisnya. Dilanjutkan dirinya sendiri, masuk dari arah berlawanan.

"Sabuk pengamannya jangan lupa Ra," kata Elang mengingatkan. Seraya memakai sabuk pengamannya sendiri. Melihat Ara tampak kesulitan. Elang segera mengambil alih sabuk tersebut. Membantu Ara memakai sabuk pengaman.

"Terimakasih," ucap Ara pelan. Elang mendongak menatap mata sewarna madu itu. Cantik dan menggemaskan, batin Elang. Melihat perpaduan diwajah Ara. Memang tuhan sedang berbahagia saat menciptakan Ara. Selesai dengan itu, lalu Elang mulai menjalankan mobilnya. Menuju rumah peristirahan.

Merasa jalan yang diambil Elang bukan menuju rumah pemuda itu. Ara menoleh, namun tidak ada kata yang keluar. Dia hanya terus mengamati jalan yang mereka lewati. Terlihat semakin jarang bangunan dan rumah warga. Terdapat pemandangan pepohonan rimbun disekitar jalan. Memberikan kesejukan diantara mereka. Ara mengusap lengannya yang terbuka. Hal itu tak lepas dari perhatian Elang.

FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang