Flasback ON
Elang berjalan ke arah lokernya. Diberengi sahabat-sahabatnya tepat dibelakangnya. Membuka kunci, Elang menadapati tumpukan hadiah hingga dibawah kakinya. Tanpa peduli, Elang mengambil buku yang dia butuhkan. Dengan isyarat mata, tumpukan hadiah tersebut di bersihkan oleh Rian.
"Si Elang, dinginnya nggak karuan," ucap Bima sambil menggeleng pelan.
"Yah, gitu juga nih hadiah nggak pernah absen dari lokernya," sahut Rian. Sudah mengumpulkan hadiah-hadiah tersebut dalam kotak besar.
"Bawa ke markas deh. Tahu aja dalemnya makanan. Faedah kan," kata Bima yang diangguki oleh Rian. Sedangkan yang lain, hanya melipat tangan di dada. Kemudian menyusul langkah Elang.
.
Elang tengah menghisap rokok, ketika Rian datang dengan tergesa-gesa. Elang menatap sahabatnya yang masih menata napas acuh. Memilih menikmati rokoknya kembali. Di rooftop gedung IPS, yang sudah disulap menjadi basecamp untuk Elang dan para sahabatnya. Tidak akan ada yang berani menegurnya. Kecuali kakeknya sendiri, sang pemilik sekolah.
"Lang, si Rama habis dikeroyok anak sebelah," ucap Rian, setelah berangsur tenang. Duduk di sebrang Elang. "Dia udah dibawa ke rumah sakit sama anak-anak," katanya memberitahu. "Ini udah keterlaluan Lang. Bahkan kita, nggak pernah cari masalah sama mereka," sambung Rian kembali menjelaskan. Dengan emosi yang kentara.
Membuang putung rokok. Elang sudah menghabiskan 1 putung siang ini. Dia tidak ingin terlalu kecanduan, karena itu tidak baik untuknya. Beralih memindai Rian, Angga, dan Bima. Tetap bersikap tenang, meski dalam hati sudah mengumpat penuh emosi. Mengetahui salah satu temannya dihabisi genk dari sekolah sebelah.
"Kumpulin anak-anak, kita maju tanpa senjata," ujarku dingin. "Lihat, apa mereka seberani itu ngelawan kita. Kemarin si Aldo, sekarang Rama," kata Elang penuh dendam. "Jangan sampai ada korban lagi setelah ini," lanjutku dengan suara lirih penuh penekanan.
Selesai Elang berucap. Rian kembali beranjak, melakukan apa yang di instruksikan Elang.
.
Bel pulang sekolah berbunyi. Seperti yang diperkirakan, mereka akan menunggu sampai sekitar sekolah benar-benar sepi. Elang dan seluruh temannya sudah menunggu kode, untuk menyerang. Ketika kode terlihat, Elang segera beranjak cepat. Disusul oleh kawan-kawannya.
Baku hantam tak terhindarkan. Sebab pihak lawan tidak berniat meminta maaf atau sekedar meluruskan permasalahan yang terjadi. Masa yang sudah tumpah tepat didepan gerbang sekolah. Membuat suasana tidak terkendali, hingga dia mendapati seorang siswi. Terjebak diantara aksi tawuran. Bergerak cepat, melihat tongkat base ball melayang ke arah siswi tersebut. Membuat Elang berburu dengan waktu. Secepat kilat, tanpa aba-aba Elang mendekap tubuh siswi tersebut. Melarikannya ke tempat yang aman.
Gadis tersebut bergetar ketakutan dalam dekapan Elang. Terdengar isakan lirih, membuat Elang secara reflek mngusap punggung sempit itu lembut. Berusaha menenangkan, yang bahkan Elang tidak mengerti. Datang dari mana rasa kawatir ini. Merasakan pergerakan kecil dari gadis dalam dekapannya. Membuat Elang perlahan melonggarkan pelukannya.
"Lo nggak kenapa-napa kan?" Tanya Elang. Seraya memegangi kedua bahu mungil itu.
Air matanya masih mengalir tanpa suara. Membuat hati Elang serasa tersayat. Spontan Elang kembali membawa gadis itu dalam dekapannya. Mengusap lembut punggung sempit itu, sampai benar-benar tenang.
Tanpa bisa dimengerti, Elang melakukan sesuatu tanpa berpikir. Keinginan melindungi itu muncul dengan sendirinya. Ketika di dekat gadis tersebut. Namanya Kara, batin Elang. Yang membuatnya seakan terhipnotis, hanya dengan melihat mata berkaca-kaca diliputi ketakutan Kara. Momen itu hanya sesaat, tapi sangat berpengaruh bagi seorang Elang. Memunculkan berbagai keinginan, yang sudah tergambar dalam benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER
Romancesatu insiden didepan sekolah membuat Kara gadis cuek, polos dengan mata indahnya dipaksa masuk kedalam kehidupan seorang Elang. Dengan segala perlawanan yang diberikan Kara tidak mampu membuat Elang berhenti untuk mendekat dan memaksa Kara untuk men...