9

1.1K 41 8
                                    

Masih di hari yang sama, dimana istirahat menjadi sangat memuakan untuk Ara. Kini Ara dan Nara menikmati minuman dingin di kantin. Tinggal menunggu kemunculan Neta dan Alya. Yang biasa menghabiskan jam istirahat ke-dua bersama.

Nara melambaikan tangan. Melihat Neta melangkah masuk kantin. Ara hanya menatap sekilas. Lalu melanjutkan aktivitas makannya. Karena dijam istirahat sebelumnya Ara kehilangan nafsu makan. Membuatnya bad mood sepanjang sisa pelajaran selanjutnya. Saat ini waktunya dia mengisi perut dengan tenang.

"Ra, kayaknya lo ada hubungan sama Elang. Iya nggak?" Tanya Nara santai sambil sesekali menyesap jus jeruknya.

Ara mengendikkan bahu sekilas. Tak ingin membahas soal Elang. Saat ini, dia hanya ingin mendapat asupan dengan tenang.

"Udah lama kalian?" Tanya Neta. Sembari mengambil tempat berhadapan dengan mereka. Menempati meja yang sama. Disusul oleh Alya setelahnya.

"Nggak kok. Kita aja yang datang lebih awal," ucap Nara. Seraya melarikan bola matanya pada Ara.

Melihat kode Nara. Neta dan Alya mengerti. Pesanan mereka datang, sedikit menjeda obrolan mereka.

"Ra, kita kepo nih. Tiba-tiba ada anak IPS. Cucu yang punya sekolah ini. Ikut gabung di meja kita," kata Alya dengan nada penasaran. Membuat Ara memandang Alya seksama. Para sahabatnya ini, tak akan berhenti. Jika mereka belum mendapatkan jawaban darinya. Kata Ara dalam hati, masih sambil memperhatika Alya.

Menegakkan punggung, Ara melihat sahabatya satu per satu. Melihat mereka menunggu, sedikit menggelitik hati Ara. Menetralkan ekspresi, Ara mengakhiri makan siangnya yang tertunda.

"Nggak ada hubungan antara gue dan Elang," kata Ara datar. "Elang, kebetulan gue mentori," sambung Ara. Lalu menyesap es teh manisnya.

Sedangkan Alya dan nara setengah melongo. Mendengar jawaban Ara, yang pastinya diluar dugaan mereka semua.

"Maksud lo?" Tanya Neta yang terlebih dahulu sadar dari keterkejutan.

"Yang waktu gue disuruh ke ruangan Bu Dayu. Itu gue dikasih tugas buat mentori Elang," jelas Ara lagi. Ketiga gadis dalam satu meja tersebut mulai mengerti. Tapi tentu saja timbul kecurigaan di hati mereka. Apalagi Nara yang paling ekspresif diantara mereka.

Mata Nara memicing. Masih belum puas dengan jawaban yang diberikan Ara. Melihat sikap Elang, dihadapan mereka beberapa waktu lalu. Terkesan sangat posesif. Berusaha menunjukkan kepemilikannya. Itu yang berputar diotak Nara. Begitupun dengan Alya yang hanya melirik Nara. Dengan seringai tipis dibibirnya.

"Ara, kita pada tahu. Lo orangnya kayak apa," ujar Nara.

"Dan lo nggak mungkin mau disentuh-sentuh. Kayak Elang nyentuh lo tadi," Alya melanjutkan.

Ara mengerjab, seakan berpikir tentang apa yang sudah terlewat. Kedua tangannya mulai meremas ujung rok. Pertanda bahwa dia sedang gugup saat ini. Gelagat tersebut diketahui oleh Neta dengan mudah.

"Kita cuma lagi mastiin sesuatu aja kok Ra. Dari apa yang kita tanyain, lo boleh mikirin itu. Pelan aja, lo harus tetep fokus sama olimpiade minggu depan," kata Neta. Kembali mengendurkan kegugupan Ara. Menerbitkan senyum manis dibibir ranum itu.

"Lo jangan tegang gitu lah Ra," ucap Nara sambil nyengir.

"Yah makanya kan dari kemarin-kemarin kita butuh hangout. Shoping atau apalah, biar nggak suntuk sama ujian," kata Alya. Berusaha memberikan solusi.

FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang