Dalam acara prom night kali ini Edgar dan Alana dinobatkan sebagai King dan Queen of the party.
Alana mendengus kasar, sedang Edgar cengar-cengir tak jelas sembari dadah-dadah ke arah penonton. Di kepala mereka masing-masing tersemat mahkota.
"Girang banget lo?"
"Oh, jelas dong!" Edgar menyentak kerah bajunya dengan pongah.
"Kenapa yang jadi King-nya harus lo, sih? Nyebelin deh. Pasti lo bayar mereka buat milih lo, ngaku!"
"Wajarlah kalau gue terpilih, gue 'kan cowok paling bening di sini."
Alana mencibir kenarsisan Edgar, ia beranjak turun dari panggung karena tak tahan dari tadi menjadi obyek foto teman-temannya. Ia menyerahkan mahkotanya pada Vivi yang sedang menatap hampa di bawah panggung.
"Buat lo aja!"
Vivi menerima mahkota itu dengan sukacita, segera dipakainya. Ia bergegas menyusul Edgar di atas panggung. Belum sempat bersanding dengan Edgar, ia keburu ditinggalkan. Edgar turun dari panggung mengejar Alana.
"Lo kenapa?"
"Nggak papa, gue cuma ngerasa geli aja. Masa gue dipasangin sama lo?" Alana bergidik geli.
"Kalian berdua 'tuh serasi kali."
Alexis dan Darrel tiba-tiba muncul. Mereka tertawa cekikikan, terlihat sangat bahagia meledek Edgar dan Alana.
"Juki ...." Alana menggeplak bahu Alexis. Edgar ikutan menghajarnya.
"Ngomong apa lo?" Edgar memiting kepala Alexis diantara ketiaknya.
"Abisin dia, Gar!"
"Ampun! Gue ngaku salah!" Alexis melambai-lambaikan tangannya tanda menyerah. Edgar segera melepaskan tangannya.
"Galak banget, pasangan King dan Queen." Alexis sempat meledek sebelum kabur.
"Juki!"
Darrel melihat tingkah ketiga temannya yang absurd sambil menggelengkan kapalanya.
"Udah mau jadi mahasiswa masih kekanakan aja."
***
Edgar mengantar Alana pulang tepat jam sepuluh malam. Ia tak mau diomeli bunda Alana jika sampai terlambat.
"Lan, besok kita jalan berempat, yuk? Buat terakhir kalinya."
"Ke mana, Gar?" Alana terkejut mendengar ajakan Edgar.
"Kemana aja boleh."
"Gue minta ijin Mas Adrian dulu, ya?"
"Oke."
Edgar menghela nafas, yah ... Sekarang Alana tak bisa pergi tanpa seijin Adrian. Ia tak mau membuat Alana mendapat masalah setelah jalan dengannya.
Alana tak segera turun dari mobil Edgar. Ia merasa gundah, mungkin saja besok Adrian menemuinya untuk membicarakan masalah pernikahan.
"Gar, apa menurut lo gue harus ikut mas Adrian ke Aussie?"
"Lo mau gue jawab jujur?"
"Iya, dong. Harus!"
"Gue pinginnya lo tetep di sini, kita kuliah bareng, nggak pisahan."
Alana terkejut mendengar jawaban Edgar. Apalagi nada bicaranya terlihat sangat bersedih.
"Gue juga maunya gitu, Gar. Tapi ...."
"Lo ikut dia aja, Lan. Lo cinta sama dia, jangan sampai lo lepasin dia."
Alana tertegun mendengar nasihat Edgar, tak pernah ia melihat Edgar berbicara serius seperti itu.
"Tapi gue nggak yakin, Gar. Gue berat kalau harus ikut dia ...."
"Semua keputusan ada di tangan lo, sebagai sahabat yang baik gue cuma bisa doain lo, semoga lo bahagia." Edgar berkata dengan tulus.
"Kayaknya gue bakal kehilangan lo, Gar." Alana berkata dengan sedih.
"Lo nggak akan pernah kehilangan gue, selamanya gue sahabat lo. Kita, Juki dan Cahyo sahabat selamanya."
"Udah kayak lagi Upin Ipin lo!" Alana memukul pundak Edgar, segera ditangkap oleh Edgar. Alana mencoba menarik tangannya kembali, tapi Edgar menahannya.
"Selamanya gue akan sayang sama lo. Gue selalu ada buat lo." Edgar menatap Alana tajam, membuat Alana merasa canggung.
"Walaupun lo udah punya cewek?"
"Iya." Edgar mengangguk dengan pasti.
"Tapi gue nggak bisa sayang dan selalu ada buat lo, Gar. Mas Adrian ...."
"Nggak papa, gue ngerti." Edgar memotong ucapan Alana. Ia paham kalau Adrian membatasi pergaulan Alana.
Tanpa mereka sadari seseorang melihat adegan itu dengan perasaan sedih. Ia melajukan motornya menjauhi rumah Alana, ia pergi membawa hatinya yang hancur berkeping-keping.
![](https://img.wattpad.com/cover/268337106-288-k670152.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
HumorNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.